Drone Korea Utara Melanggar Wilayah Udara Korea Selatan: Eskalasi Ketegangan Meningkat
Militer Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan, mengirimkan jet tempur dan menerbangkan aset pengawasan miliknya melintasi perbatasan yang dijaga ketat dengan Korea Utara setelah drone milik Korea Utara melanggar wilayah udara milik Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir eskalasi ketegangan antara dua negara ini.
Militer Korea Selatan mendeteksi lima pesawat tak berawak milik Korea Utara melintasi perbatasan, dan salah satu unitnya terbang jauh melintasi bagian utara wilayah ibu kota Korea Selatan pada hari Senin (26/12) ujar Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan.
Militer Korea Selatan menanggapi hal tersebut dengan menembakkan tembakan peringatan dan meluncurkan jet tempur dan helikopter serang untuk menembak jatuh drone Korea Utara tersebut. Helikopter serang menembakkan sekitar 100 rounds peluru tetapi belum dapat dipastikan apakah ada drone Korea Utara yang tertembak jatuh, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Korea Selatan juga mengirim aset pengawasan melintasi perbatasan Korea Utara untuk memotret fasilitas militer utama di Korea Utara sebagai tindakan balasan terhadap penerbangan drone Korea Utara, kata Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan.
“Militer kami akan secara menyeluruh dan tegas menanggapi provokasi Korea Utara semacam ini,” kata Mayor Jenderal Lee Seung-o, direktur operasi di Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan, kepada wartawan.
Belum ada laporan tentang kerusakan sipil di Korea Selatan. Salah satu drone Korea Utara kembali ke Korea Utara setelah tiga jam di Korea Selatan, sementara sisanya menghilang dari radar militer Korea Selatan satu per satu, kata Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan.
Peristiwa melintasnya pesawat tak berawak Korea Utara dan tanggapan cepat dari Korea Selatan terjadi tiga hari setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek dalam uji coba senjata terbaru tahun ini. Peluncuran hari Jumat (23/12) dipandang sebagai protes atas latihan udara gabungan Korea Selatan-AS yang dipandang Korea Utara sebagai latihan invasi.
Ini adalah pertama kalinya pesawat tak berawak Korea Utara memasuki wilayah udara Korea Selatan sejak 2017, ketika pesawat tak berawak yang diduga milik Korea Utara ditemukan jatuh di Korea Selatan. Pejabat militer Korea Selatan mengatakan pada saat itu bahwa drone dengan kamera buatan Sony memotret sistem pertahanan rudal AS di Korea Selatan.
Seorang pejabat Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan para pejabat AS “berkonsultasi erat dengan (Republik Korea) tentang sifat serangan ini.”
“Kami menyadari kebutuhan ROK untuk melindungi integritas teritorialnya,” kata pejabat Keamanan Nasional Gedung Putih. Dia menambahkan “Komitmen AS untuk membela Republik Korea tetap kuat.”
Awal Desember ini, Korea Utara mengklaim telah melakukan tes besar yang diperlukan untuk memperoleh satelit mata-mata pertamanya dan rudal balistik antarbenua yang lebih mobile yang mampu mencapai daratan AS. Mereka termasuk di antara sistem senjata berteknologi tinggi yang telah dijanjikan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk diperkenalkan bersama dengan multi-hulu ledak, rudal nuklir yang diluncurkan di bawah air, kapal selam bertenaga nuklir, dan rudal hipersonik.