Filipina meminta penjelasan dari China setelah seorang komandan militer Filipina melaporkan bahwa penjaga pantai China secara paksa menyita puing-puing roket China milik personel angkatan laut Filipina di Laut China Selatan yang disengketakan. Namun, China membantah penjaga pantainya secara paksa menyita puing-puing dari para pelaut Filipina itu.
Insiden pada Minggu, 20 November di pulau Thitu yang diduduki Filipina menjadi gejolak terbaru dalam sengketa teritorial Laut China Selatan yang melibatkan China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina, Maria Theresa Daza, mengatakan tanpa menjelaskan lebih lanjut bahwa sebuah nota diplomatik telah disampaikan ke China untuk “klarifikasi dari pihak China atas insiden tersebut” dilansir dari ABC News pada 25 November 2022.
Wakil Laksamana Alberto Carlos, yang mengepalai Komando Barat militer Filipina, mengatakan para pelaut Filipina, melihat puing-puing hanyut dalam gelombang kuat di dekat gundukan pasir sekitar 540 meter lepas pantai. Mereka berangkat dengan perahu dan mengambil benda terapung itu dan mulai menariknya kembali ke Pulau Thitu.
Saat mereka melakukan perjalanan kembali ke pulau itu, “mereka melihat bahwa kapal penjaga pantai China dengan nomor haluan 5203 mendekati lokasi mereka dan kemudian memblokir jalur kapal Filipina,” kata Carlos dalam sebuah pernyataan.
Kapal penjaga pantai Tiongkok kemudian mengerahkan perahu karet dengan personel yang “secara paksa mengambil benda terapung tersebut dengan memotong tali penarik” yang dipasang pada perahu karet pelaut Filipina. Para pelaut memutuskan untuk kembali ke pulau mereka, kata Carlos tanpa merinci apa yang terjadi.
Selain itu, kapal penjaga pantai China telah memblokir kapal pasokan Filipina yang mengirimkan pasokan ke pasukan Filipina di perairan yang disengketakan serta menyita objek milik militer negara lain merupakan tindakan yang lebih berani.
Kementerian Luar Negeri China sendiri membantah bahwa puing-puing itu disita secara paksa. Mengatakan bahwa pengambilalihan obyek tersebut dilakukan secara damai. “Pihak Filipina menyelamatkan dan menarik benda itu terlebih dahulu. Setelah konsultasi ramah di lokasi, pihak Filipina mengembalikan objek tersebut ke China, dan China menyatakan penghargaan untuk itu,” kata juru bicara kementerian China, Mao Ning. “Tidak ada yang namanya intersepsi atau penyitaan paksa di tempat kejadian” tuturnya.
Menanggapi penyangkalan China, pejabat tinggi pertahanan Filipina, Jose Faustino Jr. mendukung laporan personel angkatan laut Filipina dan mengatakan bahwa puing-puing itu “dengan kasar” diambil dari mereka oleh penjaga pantai China. Faustino mengatakan penyelidikan Filipina terpisah sedang dilakukan setelah penduduk desa Filipina di Thitu melaporkan mendengar ledakan yang tidak dapat dijelaskan pada hari Minggu, 20 November 2022.
Tidak jelas dari mana datangnya ledakan seperti guntur yang menyebabkan sedikit getaran di tanah, dan apa sifatnya, namun cukup membuat penduduk desa di pulau itu khawatir, kata para pejabat, menambahkan mereka menyiapkan rencana evakuasi jika diperlukan. Untuk itu, Presiden Filipina yang baru dilantik beberapa bulan lalu, Ferdinand Marcos Jr. mengatakan dia juga akan meminta klarifikasi ketika dia mengunjungi Beijing pada Januari untuk bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping.