Pejabat perwakilan Amerika Serikat dan Iran baru-baru ini meninggalkan Doha, Qatar, setelah satu putaran diskusi untuk mencoba memulihkan kesepakatan nuklir Iran, JCPOA. Kedua belah pihak pergi dengan kecewa lantaran belum menemukan titik kesepakatan untuk merestorasi kesepakatan tersebut dimana hampir lebih dari satu tahun terjadi secara tidak langsung dengan pejabat perwakilan Uni Eropa sebagai perantara.
Dilansir dari NPR, Uni Eropa sebagai koordinator dan perantara, ingin mencoba satu upaya lagi dengan berencana mengundang kedua delegasi di Doha dengan harapan bahwa Iran akan menunjukkan kesediaan untuk mencapai restorasi tersebut yang sampai saat ini belum mampu memberikan jawaban.
Menurut Robert Malley, utusan Khusus AS untuk Iran, UE telah memberikan gambaran yang sangat rinci tentang apa yang menurut mereka akan menjadi kesepakatan antara kedua belah pihak dengan hasil yang adil. Malley juga mengatakan bahwa negosiasi yang dibawa oleh AS adalah negosiasi bentuk baru, bukan negosiasi lama yang sama seperti diskusi-diskusi sebelumnya. Sehingga AS tinggal menunggu jawaban dari Iran. Di sisi lain, Iran termasuk Doha juga menambahkan tuntutan baru sebagai syarat restorasi JCPOA yang menurut Malley tidak ada hubungannya dengan kesepakatan nuklir.
Iran juga diketahui telah memiliki bahan yang cukup untuk membuat sebuah bom. “Sepengetahuan kami, mereka belum melanjutkan program persenjataan mereka, yang mereka perlukan untuk mengembangkan bom.” Jelas Malley. Tetapi hal ini membuat AS dan juga mitranya khawatir dan hal tersebut menjadi alasan utama mengapa pihak Barat ingin merestorasi kembali perjanjian ini, “kesepakatan (JCPOA) adalah untuk kepentingan nonproliferasi kami”tambah Malley. Menurut pihak AS, Iran sendiri diperkirakan hanya butuh waktu beberapa minggu untuk merakit bom dan persenjataan nuklir.
Malley menjelaskan saat ini fokus diskusi bukan lagi antara AS dan Iran meskipun Washington siap untuk melakukannya. Tetapi diskusi perlu dilakukan antara pihak internal Iran, “Mereka perlu sampai pada kesimpulan tentang apakah mereka sekarang siap untuk kembali mematuhi kesepakatan,”
Meski begitu, pihak Iran menyatakan bahwa mereka juga memiliki keinginan untuk merestorasi perjanjian yang dibatalkan oleh AS pada masa kepemimpinan Trump itu. Dilansir dari Times of Israel, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian bersikeras bahwa perjanjian nuklir yang ‘dihidupkan’ kembali dengan negara-negara besar tetap dapat dicapai, bahkan setelah putaran diskusi yang gagal di Doha.