Presiden ke-41 Amerika Serikat (AS), George W. Bush hadir dalam sebuah acara mengenai demokrasi di perpustakan presidensinya di Dallas. Bush menyatakan pandangannya mengenai pemilihan di Rusia yang dinilai tidak bersih karena banyak kecurangan, terutama melihat banyaknya lawan politik yang dipenjara dan dilarang berpartisipasi dalam proses pemilihan.
“Kondisi tersebut merupakan hasil dari tidak adanya checks and balances di Rusia,” kata Bush. Checks and balances mengacu pada adanya keseimbangan dan kontrol dalam ketatanegaraan, di mana baik lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif perlu saling berkomunikasi dan mengontrol negara.
Tidak lupa, Bush juga turut berkomentar mengenai serangan Rusia di Ukraina. Bush menyatakan, “Keputusan satu orang untuk meluncurkan serangan yang tidak dapat dibenarkan dan brutal ke Irak… maksud saya Ukraina.” kata Bush.
Saat bermaksud mengatakan Ukraina, mantan Presiden Bush keliru menyebutkan negara menjadi Irak. Namun, setelah itu Bush mengatakan “Irak, juga” namun dengan suara yang lebih kecil. Bush selanjutnya mencoba mencairkan suasana dari ‘kesalahan’ ucapannya dan mengatakan bahwa dirinya sudah berusia 75 tahun.
Pernyataan Bush tersebut mendapat reaksi, di mana seorang senator AS bernama Nina Turner memandang Bush sebagai penjahat kriminal, sedangkan seorang kolumnis Wajahat Ali mengatakan bahwa Bush membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk mengaku.
Presidensi Bush saat invasi ke Irak tahun 2003
Selama kepemimpinannya, AS bersama Inggris dan aliansi yang lain melakukan invasi ke Irak tahun 2003 saat pemerintahanan domestiknya dipimpin oleh Saddam Huussein. AS yang memimpin serangan tersebut mengklaim bahwa pemerintah Irak memiliki dan mengembangkan senjata nuklir dan biologi.
Selain alasan nuklir, George W Bush dan Tony Blair berupaya untuk menghentikan kepemimpinan Saddam Hussein yang dinilai mendukung teroris, serta ingin ‘membebaskan’ masyarakat Irak.
Perang tersebut menghancurkan tidak hanya kestabilan di domestik Irak yakni masyarakat Irak, namun meluas ke seluruh wilayah regional. Perang Irak ini menyebabkan ratusan bahkan ribuan orang meninggal. Studi dari Iraq Body Count bahkan mengestimasikan kematian dan kekerasan pada rentan waktu 2003-2013 mencapai 122,438 korban jiwa.
Padahal, setelah itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan inspeksi dan mereka tidak menemukan bukti apapun terkait Hussein memiliki senjata kimia.