Presiden Amerika Serikat, Joe Biden telah menyetujui rencana Departemen Pertahanan untuk mengirimkan kembali pasukan AS ke Somalia sebagai aksi kontraterorisme. Biden juga dilaporkan memberi wewenang kepada Pentagon untuk menargetkan para pemimpin kelompok al-Shabab. Salah satu kelompok terorisme paling mematikan di Afrika yang berada di Somalia.
Berita ini muncul setelah konferensi koalisi anti-ISIS internasional di Maroko pekan lalu, dimana para pemimpin dari puluhan negara memperingatkan bahwa kelompok teroris itu mendapatkan daya tarik di seluruh Afrika Barat. Dilansir dari Foreign Policy, Biden telah mengizinkan setidaknya lima serangan pesawat tak berawak terhadap al-Shabab sejak ia menjabat.
Langkah tersebut berlawanan dengan keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik semua pasukan AS dari negara itu pada tahun 2020. Pada tahun 2021, setelah keputusan final Trump untuk menarik pasukan AS, al-Shabab meningkatkan serangannya dan diperkirakan akan terlibat dalam lebih dari 2.000 insiden kekerasan dan peningkatan 28 persen dalam bentrokan dengan pasukan keamanan pemerintah, menurut sebuah laporan Juli lalu dari Pusat Studi Strategis Afrika.
Seorang pejabat senior mengatakan bahwa akan ada sekitar 500 tentara AS yang akan dikirimkan ke Somalia tetapi karena alasan keamanan, pejabat tersebut tidak memberikan rincian tambahan tentang pasukan yang dikerahkan. Sebelumnya, AS memiliki sekitar 750 tentara di Somalia sampai Trump memerintahkan penarikan pasukan. Sejak itu, pasukan AS telah dirotasi masuk dan keluar dari Somalia untuk misi tertentu, yang menurut pihak AS dinilai sebagai sistem yang tidak efisien yang merusak upaya AS untuk membantu Somalia.
Keputusan Biden ini diharapkan dapat membantu pemerintah federal Somalia yang tidak berhasil menumpas kelompok terorisme di wilayah kedaulatannya. Argumen pemerintah AS dijelaskan oleh seorang pejabat dengan menggambarkan penarikan pemerintahan Trump sebagai “tiba-tiba dan mendadak”, dan mengatakan bahwa al-Shabaab “sayangnya hanya tumbuh lebih kuat” sejak saat itu.
“Kami telah melihat, sayangnya, bukti yang jelas bahwa al Shabaab memiliki niat dan kemampuan untuk menargetkan orang Amerika,” kata pejabat AS, mencatat bahwa kelompok itu telah membunuh lebih dari selusin orang Amerika di Afrika timur dalam beberapa tahun terakhir, termasuk tiga anggota militer di pangkalan AS di Kenya pada awal 2020.
“Ini adalah langkah yang merasionalisasi apa yang pada dasarnya merupakan pengaturan irasional yang kami warisi,” tambah pejabat AS, merujuk pada keputusan pemerintahan Trump. Pejabat tersebut juga menjelaskan bahwa keputusan Trump sebelumnya menciptakan risiko yang tidak perlu dan meningkatkan risiko bagi pasukan AS.
“Memulihkan kehadiran militer AS yang gigih akan membantu meningkatkan keamanan dan kebebasan bergerak untuk personel lain, seperti Departemen Luar Negeri dan [A.S. Rekan Badan Pembangunan Internasional] saat mereka melakukan misi diplomatik dan pembangunan yang kritis,” tambah pejabat AS tersebut dilansir dari Foreign Policy.
Dilansir dari CNN, seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya tidak akan mengkonfirmasi apakah Biden telah mengizinkan serangan yang ditargetkan terhadap para pemimpin al Shabaab tertentu, tetapi mengatakan bahwa kehadiran militer AS “bukan satu-satunya komponen” dari strategi kontraterorisme AS di Somalia.