Prancis baru saja mengadakan debat untuk pemilu calon presiden putaran kedua antara Emmanuel Macron dan Marine Le Pen. Kedua calon pemimpin mendebatkan isu domestik hingga global, termasuk di antaranya isu biaya hidup, Rusia, perubahan iklim, hingga imigrasi. Debat kedua politisi ini penting untuk membujuk pemilih bimbang, terutama dari kiri, sebelum pemungutan suara putaran kedua hari Minggu nanti.
Sebelumnya, survei dari OpinionWay-Kea Partners for Les Echos menilai hanya ada 14 persen pemilih yang menunggu debat capres dan akan berpengaruh pada pemilihannya nanti. Sedangkan, hanya ada sekitar 12 persen pemilih yang berpikir apakah mereka akan menggunakan hak pilihnya nanti.
Berikut adalah beberapa sorotan dari apa yang disampaikan kedua kandidat:
- Macron tuding Le Pen sebagai antek-antek Vladimir Putin
Meski kedua kandidat sama-sama mengecam agresi militer Rusia di Ukraina, namun Macron menyatakan Partai Nasional Le Pen pernah meminjam dana besar dari bank Rusia di tahun 2017. Macron menilai Le Pen bergantung pada Rusia dan Putin. Namun, Le Pen menjawab bahwa bank Prancis menolak memberikannya pinjaman, sehingga sebagai seorang yang “bebas,” dia memilih pihak lain.
- Kemungkinan “perang sipil” karena larangan hijab
Kebijakan larangan hijab untuk Muslim dari Le Pen juga dikomentari oleh Macron. Macron menilai kebijakan tersebut sebagai pembatasan hak umum dan bertentangan dengan konstitusi Prancis. Bahkan, Macron menyatakan kebijakan tersebut mampu mendorong terjadinya perang sipil. Di sisi lain, Le Pen menegaskan dirinya menilai hijab sebagai bagian dari orang Islam radikalisme, namun bukan berarti dia melawan Islam.
- Perbedaan pandangan terkait Uni Eropa
Macron menuding Le Pen ingin Prancis keluar dari Uni Eropa, namun Le Pen menolak argumen tersebut. Le Pen menegaskan dirinya hanya ingin Dewan Eropa untuk menghormati negara berdaulat. “Saya ingin mengubah Uni Eropa, bukan meninggalkannya,” tegas Le Pen. Namun, Macron juga menambahkan bahwa kebijakan Le Pen akan melanggar dan bertentangan dengan hukum dan prinsip di Uni Eropa, terlebih Le Pen tidak bisa mengubah Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara hanya untuk Prancis saja. Macron menilai tindakan dan gagasan tersebut hanya akan semakin memundurkan Prancis.
Debat capres dinilai kurang ‘menarik’
Berbagai komentar bermunculan terkait jalannya debat capres Prancis. Dilansir dari AlJazeera, Le Pen dinilai tidak lantang dalam menyuarakan pandangannya, padahal biasanya dia seorang orator yang kuat. Disinyalir, Le Pen ingin membentuk gambaran dirinya yang lebh lembut untuk menurunkan pandangan “ekstremis” yang lekat darinya. Di sisi lain, Macron dinilai lebih santai dan ingin mengurangi pandangan masyaarakat atas dirinya yang dikatakan arogan.
Debat dinilai kurang menarik karena kedua kandidat hanya menyanggah pernyataan rivalnya tanpa ada tanggapan yang “tepat sasaran.” Namun, pasca debat, survei dari BFM TV channel menunjukkan terdapat 59 persen dari penonton menilai Macron lebih meyakinkan dari pada Le Pen. Namun, persentase ini tidak cukup menunjukkan bahwa mereka akan berencana memilih Macron nanti.