Upaya pengambilalihan kekuasaan kembali terjadi di wilayah benua Afrika. Kali ini terjadi di wilayah Guinea-Bissau, di mana presiden Umaro Sissoco Embaló menyatakan dirinya ‘selamat’ dari upaya kudeta oleh kelompok bersenjata.
Kelompok bersenjata tersebut menggunakan senjata mesin dan AK-47 menyerang bangunan pemerintah selama lima jam. Padahal, presiden Umaro Sissoco Embaló dan perdana menteri Nuno Gomes Nabiam masih berada di dalam.
Serangan di wilayah Ibu Kota Guinea Bissau terjadi hanya dua minggu setelah kekuatan militer menurunkan pemimpin demokrasi terpilih di Burkina Faso.
Analis politik percaya bahwa kondisi kudeta di wilayah satu meningkatkan intensi dan aspirasi kelompok lain untuk melakukan hal yang sama.
Guinea-Bissau sudah mengalami empat kali upaya kudeta sejak meraih kemerdekaan dari Portugal di 1974.
Presiden Guinea-Bissau: Upaya kudeta sama dengan menyerang demokrasi
Presiden Sissoko Embalo mengatakan pada reporter bahwa upaya kudeta merupakan serangan pada demokrasi. “Kekuatan pertahanan dan keamanan republik ini berhasil menghentikan tindakan jahat ini,” lata Embalo.
Bahkan Embalo menilai tindakan kudeta bukan hanya sekedar pengambilalihan kekuasaan, namun juga upaya membunuh presiden, perdana menteri, dan semua anggota kabinet.
Kondisi keamanan di wilayah ibu kota mencekam. Warga sekitar berlarian, pasar lokal, dan bank juga menutup lokasi.
ECOWAS mengirimkan bantuan
Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) memutuskan akan mengirimkan bantuan kekuatan keamanan untuk mendukung stabilisasi keamanan di Guinea-Bissau.
“Keputusan ini menjadi hal yang akan kami lakukan secara cepat untuk memastikan bahwa pengambilalihan kekuasaan dengan kekerasan tidak terjadi,” kata Kassi Brou, Presiden Komisi ECOWAS.
Meskipun keadaan sudah kembali normal, namun stabilitas jangka panjang tetap perlu dicapai. Perlunya dukungan dan kepercayaan masyarakat atas pemerintahan berkuasa agar tugas dan fungsi kewenangan pemerintah dapat ditegakkan.