Pandemi Covid-19 masih menjadi permasalahan global, terutama dengan varian baru Omicron dan Detacron (Delta Omicron). Proses vaksinasi masih berlangsung secara global dengan penyediaan akses yang adil dan bebas untuk vaksin Covid-19.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama beberapa negara anggota meluncurkan program inisiasi bersama terkait akses vaksin. Kerja sama ini ditujukkan guna memperluas akses vaksin terutama ke negara-negara miskin.
Fokus ke negara miskin didasari adanya akses yang sangat terbatas, di mana negara yang lebih maju ‘mengamankan’ kebanyakan dosis vaksin untuk negaranya.
Baru-baru ini, COVAX berhasil mencapai satu miliar dosis vaksin ke seluruh dunia. Sekitar 144 negara mendapatkan akses tambahan untuk dosis vaksin.
Program COVAX yang dimulai sejak tahun 2020 lalu tersebut juga didukung oleh Indonesia, di mana Menlu Retno Marsudi menjadi salah satu salah satu Ketua Covax Advance Market Commitment Engagement Group (AMC EG).
Per 6 Desember 2021, Indonesia memperoleh sekitar 45 juta dosis vaksin dari fasilitas COVAX.
Tantangan pengelolaan program COVAX
Target COVAX yakni mengirimkan dua miliar dosis di akhir tahun 2021, namun proses menjadi lambat dikarenakan penimbunan awal oleh negara-negara kaya.
Terlebih juga adanya pembatasan ekspor, dan seringnya perubahan-perubahan dalam organisasinya.
Dilansir Reuters, program ini mulai menyebarkan dosis vaksin sejak Februari 2021. Sekitar sepertiga dosisnya telah disumbangkan oleh negara-negara kaya, meskipun rencana awal COVAX hanya memasok suntikan yang diperoleh langsung oleh program dengan anggaran lebih dari USD10 miliar dari dana donor.
Pada 24 Februari 2021, Ghana menjadi negara pertama di dunia yang menerima vaksin melalui COVAX, di mana sekitar 600.000 dosis vaksin Oxford–AstraZeneca dikirimkan ke Accra.
Perubahan strategi telah menyebabkan penundaan, karena donor sering meminta untuk mengirim dosis ke negara-negara yang dipilih oleh mereka.
Ketimpangan akses vaksin masih sangat tinggi
Menurut siaran pers PBB per 13 Januari 2022, dari 194 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia, 36 negara telah memvaksinasi kurang dari 10% dari populasi mereka, dan 88 negara kurang dari 40%.
Di kesempatan lain, Menlu RI Retno Marsudi, mengapresiasi pencapaian COVAX.
“Tapi akhirnya COVAX membuktikan multilateralisme dapat bekerja dan bermanfaat bagi masyarakat di seluruh dunia. Covax memperlihatkan kita bisa berhasil kalau kita bekerjasama dan mengutamakan solidaritas. Bagi banyak negara, Covax sangat diandalkan untuk memperoleh pasokan vaksin Covid-19,” kata Retno.
Retno mendorong semua negara dan komunitas dunia agar mendukung program COVAX melalui investasi.
Menlu RI juga menekankan bahwa program COVAX merupakan kepentingan bersama terkait memastikan akses yang adil untuk bantuan vaksin Covid-19 ke seluruh dunia.
Pentingnya investasi dan kerja sama semua pihak akan memperlancar proses pemulihan dunia dari virus Covid-19.