Milisi Houthi di Yaman yang bersekutu dengan Iran terus melakukan teror dan serangan pada masyarakat Uni Emirat Arab (UEA). Serangan dilakukan dengan menggunakan rudal dan pesawat tak berawak atau drone.
UEA merupakan bagian dari koalisi militer dipimpin Arab Saudi guna mendukung pemerintah Yaman atas pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Houthi, yang telah berperang selama bertahun-tahun dengan koalisi militer pimpinan Saudi yang mencakup wilayah Uni Emirat Arab, mengatakan mereka menggunakan drone dan rudal dalam serangan itu.
Sisa delapan drone yang menargetkan Arab Saudi berhasil dihalau.
Pemerintah Emirat mengatakan Houthi bertanggung jawab dan kementerian luar negeri mengutuknya sebagai “tindakan pengecut untuk menyebarkan terorisme dan kekacauan di kawasan itu.”
Sedikitnya tiga orang dilaporkan tewas dan enam luka-luka karena serangan yang memicu ledakan di truk bahan bakar dekat fasilitas penyimpanan Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (ADNOC).
Serangan yang menewaskan tiga orang ini menjadi serangan terparah pertama di tanah UEA yang dipublikasikan oleh UEA, dan kali pertama Houthi mengakui bertanggung jawab atas serangan.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan kelompoknya menembakkan lima rudal balistik dan “sejumlah” drone di bandara Dubai dan Abu Dhabi, kilang minyak di Musaffah dan beberapa situs “sensitif” di UEA.
Polisi UEA juga mengonfirmasi penyebab kebakaran yakni benda terbang kecil yang jatuh di dua area.
Tiga orang tersebut merupakan satu warga negara Pakistan, dan dua lainnya warga negara India. Ketiga korban yang merupakan pekerja di wilayah minyak ADNOC tersebut tewas di sekitar wilayah fasilitas minyak.
Dampak serangan juga turut membakar area konstruksi di daerah Bandara Internasional Abu Dhabi.
Pemerintah UEA mengecam dan mengutuk serangan yang menewaskan sipil tersebut, bahkan siap mengirimkan serangan balasan.
“UEA mengutuk serangan teroris oleh milisi Houthi di daerah-daerah dan fasilitas sipil di tanah Emirat … (Itu) tidak akan dibiarkan begitu saja,” kata Kementerian Luar Negeri UEA.
Kementerian Luar Negeri UEA menegaskan bahwa UEA berhak untuk membalas serangan teroris ini dan eskalasi kriminal yang terjadi. Milisi Houthi sudah melanggar hukum internasional dan kemanusiaan.
Tidak hanya itu, Amerika Serikat juga turut mengecam serangan Houthi. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Washington akan berupaya meminta pertanggungjawaban Houthi.
Serangan Houthi bukan kali pertama
Kedua pihak turut menyerang satu sama lain. Beberapa hari sebelumnya, milisi Yaman yang didukung UEA melancarkan serangan terhadap pejuang Houthi di provinsi tengah Marib.
Sebagian besar pertempuran terburuk di Yaman telah terjadi selama setahun terakhir ketika Houthi berusaha merebut infrastruktur minyak dan gas yang dikontrol oleh Saudi.
Houthi di Yaman sering menargetkan negara di wilayah Arab Saudi menggunakan serangan pesawat tak berawak, termasuk juga serangan di fasilitas minyak Saudi pada tahun 2019 lalu. Serangan terdahulu sangat mengganggu arus ekspor minyak negara itu.
Harga minyak tidak terpengaruh, di mana patokan nilai perdagangan minyak mentah Brent berada di sekitar $85,89 per barel dalam beberapa jam setelah ledakan, hanya turun sekitar 0,2% dari hari sebelumnya.
Eskalasi ketegangan baru-baru ini antara Houthi dan pasukan pimpinan Saudi di Yaman telah menggeser momentum perang setelah serangan Houthi.
Serangan ini semakin memperumit upaya internasional yang tengah berupaya menengahi gencatan senjata untuk mengakhiri perang.
Serangan balasan Koalisi Arab Saudi ke Houthi
Koalisi Arab Saudi bernama Coalition to Restore Legitimacy menyerang kamp Houthi dan menewaskan 20 orang. Korban termasuk pejabat tinggi militer Houthi dan keluarganya.
Serangan ditujukkan ke wilayah Sana’a di Yamann Utara yang memang dikuasai oleh pasukan Houthi.
Kepala milisi akademi penerbangan pro-Iran, Abdullah Qassim Al Junaid, dijatuhi hukuman mati karena upaya kudeta militer dan kejahatan perang.