Kazakhstan berada dalam situasi darurat setelah protes yang berubah menjadi kerusuhan memakan ratusan korban jiwa. Hingga sejauh ini, sekitar 164 orang terbunuh, di mana 16 di antaranya merupakan petugas keamanan. Peristiwa ini berawal dari turunnya ribuan orang di beberapa wilayah Kazakhstan terutama Almaty karena kenaikan harga LPG (liquefied petroleum gas) atau gas bumi. Meskipun kaya akan minyak, namun kerusuhan di Kazakhstan selama beberapa bulan terakhir semakin meningkat tensinya. Demonstrasi tidak terhindarkan karena harga gas meningkat dua kali harga sebelumnya di awal tahun 2022 ini.
Protes warga tersebut berubah menjadi kekacauan karena masyarakat menyerang dan merusak bangunan pemerintahan, serta menjarah toko swalayan. Dikarenakan kondisi ini, pemerintah setempat bahkan meminta dukungan keamanan dari Rusia. Lalu, mengapa demo ini berubah menjadi kekacauan, dan mengapa pemerintah domestik Kazakhstan memilih jalan ‘kekerasan?”
Presiden Kazakhstan melabeli masyarakat rusuh sebagai ‘teroris’
Keputusan mengenai penanganan kondisi ketidakstabilan di Kazakhstan dapat dilihat melalui bagaimana pemerintah memandang asal permasalahan. Pendefinisian masalah bisa berbeda tergantung dari persepsi pemimpin dan situasi domestiknya. Penetapan masalah ini penting karena akan berdampak terhadap tindakan apa yang akan dilakukan pada permasalahan tersebut. Dalam peristiwa demo Kazakhstan ini, Presiden Kassym-Jomart Tokayev, menilai tindakan kerusuhan dilakukan oleh ‘teroris’ yang didukung oleh pihak asing. Pihak asing merujuk pada Amerika Serikat (AS), di mana AS menyangkal tuduhan tersebut. Tensi hubungan ini terjadi karena Kazakhstan merupakan negara perpecahan Uni Soviet pada 1991 lalu.
Keputusan Presiden Kazakhstan untuk melabeli para perusuh dengan teroris sangat disayangkan. Hal ini dikarenakan penggunaan kata teroris (domestik teroris) merujuk pada orang maupun kelompok melakukan kekerasan serta ancaman untuk mengintimidasi atau membuat kerusuhan, khususnya untuk tujuan politis. Perusuh belum tentu bisa dilabelkan sebagai teroris karena teroris biasanya juga menginginkan adanya ketakutan dan teror pada masyarakat atau pemerintah untuk mengimplementasikan pemahaman ideologinya. Para demonstran yang merupakan warga negara Kazakhstan menginginkan adanya perubahan kondisi kemiskinan, korupsi, dan pengaruh politik pemimpin terdahulu diperbaiki. Permasalahan intinya merupakan tuntutan masyarakat dalam demonstrasi. Namun, Tokayev tetap memerintahkan militer untuk menembak mati para ‘teroris’ tanpa peringatan. Bukan meredakan kondisi, namun penggunaan kekuatan militer justru semakin memicu peningkatan kekerasan yang lebih.
Demonstrasi menjadi Kekerasan
Demonstrasi bisa memicu terjadi kekacauan, di mana riset menunjukkan orang-orang berkumpul dalam protes karena mereka merasakan adanya ketidakadilan. Kondisi instabilitas dan minimnya perubahan membuat masyarakat tertekan dan memilih untuk menyuarakan pendapatnya pada pemerintah. Masyarakat percaya dengan bersatu, maka suatu perubahan dapat dicapai. Namun, di saat masyarakat percaya pemerintah tidak ‘mendengar’ mereka, besar kemungkinan metode yang digunakan pun meningkat pada penggunaan kekerasan.
Dengan kondisi interaksi daring saat ini, terutama karena batasan Covid-19 selama beberapa tahun ke belakang, semakin meningkatkan percepatan informasi antar masyarakat. Percepatan informasi juga menyebabkan gerakan protes semakin membesar. Kemarahan masyarakat berkaitan dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi di Kazakhstan, terutama pandangan masyarakat pada mantan presiden, Nazarbayev. Selama 2 dekade lebih, Kazakhstan dipimpin oleh Nursultan Nazarbayev yang dinilai korup, pelanggar hak asasi, dan otoriter. Nazarbayev yang sudah mundur dari kekuasaannya pada 2019 lalu tetap mendapat posisi di pemerintahan sebagai Dewan Keamanan di kepemimpin Tokayev.
Selama kekuasaan Nazarbayev terdahulu, Ia menguasai perekonomian dengan mengembangkan perusahaan swasta sembari memperkuat dominasi di parlemen. Monopoli ekonomi dinilai hanya menguntungkan kalangan atas, dan masyarakat semakin terpuruk. Kepemimpinan Tokayev saat ini pun diinisiasi oleh Nazarbayev, yang menilai Tokayev sebagai ‘loyalis’ nya dan penerus kepemimpinannya. Namun, masyarakat percaya bahwa Nazarbayev masih mengendalikan pemerintahan. Maka dari itu, masyarakat menunggu Nazarbayev muncul saat demonstrasi meluas, namun ternyata Nazarbayev sudah keluar dari Kazakhstan dengan alasan berobat.
Selanjutnya dengan kondisi kerusuhan, Tokayev memutuskan untuk mencopot jabatan Nazarbayev. Keputusan pencopotan ini tentunya sudah didiskusikan secara internal dengan harapan menurunkan tensi. Pencopotan jabatan saja tidak cukup untuk menghentikan kerusuhan. Sebagai dewan keamanan, Nazarbayev seharusnya berada di Ibu Kota untuk meredam massa, terutama menurunkan tensi kekerasan. Meskipun tidak memiliki jabatan, besar kemungkinan Nazarbayev akan tetap memiliki pengaruh kuat dalam perekonomian serta perpolitikan di Kazakhstan.
Upaya mempertahankan kekuasaan melalui kekuatan militer
Pemerintah akan berupaya menjaga kestabilan kekuasaannya dengan berbagai cara, termasuk kekuatan militer. Pada kerusuhan Kazakhstan, terdapat penggunaan kekuatan militer dibantu dengan pengamanan dari aliansi keamanan CSTO. CSTO merupakan aliansi pertahanan yang dibentuk setelah runtuhnya Uni Soviet dan terdiri dari tujuh negara anggota yakni Russia, Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, and Uzbekistan. Aliansi ini untuk pertama kalinya setuju untuk menurunkan pasukannya untuk melaksanakan tugas “penjaga perdamaian” untuk negara anggotanya. Alutsista militer berjejer di wilayah Rusia, dan siap untuk dikerahkan ke Kazakhstan.
Keputusan ini menunjukkan upaya Tokayev meredakan kondisi domestik. Namun, penggunaan kekuatan militer ini meningkatkan jumlah korban, terutama karena Tokayev meminta menembak ‘teroris’ di tempat. Anehnya, sebagai mantan diplomat, Tokayev enggan melakukan tahap pertama dalam mengatasi konflik, yakni negosiasi. Upaya diplomasi tidak dilakukan pada warga negaranya yang disebut sebagai teroris tersebut. Tokayev menilai para kriminal harus ditindak dengan kekerasan, sehingga kekuatan militer langsung merupakan jawabannya. Tokayev tidak percaya diri dengan kemampuan militer domestik, sehingga Ia meminta dukungan kekuatan Rusia. Keamanan CSTO berfungsi menjaga infrastruktur vital Kazakhstan yang sempat dikuasai oleh demonstran.
Keputusan meminta bantuan memang dibutuhkan jika kondisi dirasa sulit dikendalikan. Di satu sisi, bantuan militer ini penting tidak hanya bagi domestik negara, namun juga wilayah regional. Kerusuhan di wilayah Kazakhstan mengkhawatirkan negara sekitarnya termasuk Rusia dan China. Terutama dikarenakan baik Rusia dan China juga sama-sama sedang berkonflik perbatasan dengan wilayahnya masing-masing. Namun di sisi lainnya, masuknya otoritas negara lain ke wilayah domestik dapat memicu ketergantungan dan terganggunya kedaulatan politik keamanan bagi Kazakhstan, terutama karena kekuatan CSTO sudah masuk. Saat ini yang terpenting merupakan mengatasi luapan amarah masyarakat terhadap sistem ekonomi dan politik domestik.