Rusia akhirnya mengundang wartawan untuk datang langsung ke pangkalan militernya di Arktik pada 17 Mei 2021 semenjak Rusia membuka tur virtualnya pada tahun 2017. Pada hari itu, selain melakukan tur, Rusia juga menunjukan berbagai senjata yang dimiliki di pangkalan militer tersebut. Pembangunan pangkalan militer ini telah menjadi rencana sejak lama karena dugaan adanya cadangan energi di kawasan tersebut. Pangkalan militer ini adalah bangunan kedua di Arktik setelah Northern Clover di Pulau Kolteny.
Baru-baru ini, lapangan udara di pangkalan militer Rusia atau dikenal dengan “Arctic Trefoil” diperbaharui agar semua jenis pesawat dapat mendarat di Arktik. Pada tur yang digelar pertengahan Mei 2021 tersebut, komandan yang bertanggung jawab mengatakan bahwa pangkalan militer tersebut berteknologi tinggi dan efisien secara ekologis sehingga layaknya seperti berada di stasiun luar angkasa namun berlokasi di kekosongan Arktik, bukan di orbit. Pangkalan militer yang berlokasi di Alexandra Land ini memiliki akses lewat udara, laut, dan darat yang memperkuat kekuatan pertahanan udara dan maritim Rusia.
Dibukanya pangkalan militer Rusia ini menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak seperti North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan juga Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa kerja sama yang damai pada masalah lingkungan, keselamatan maritim, dan kesejahteraan masyarakat adat di wilayah Arktik harus dipatuhi oleh semua pihak yang berada di Kutub Utara itu. Namun negara pemilik pangkalan berkapasitas 150 tentara ini justru mengatakan bahwa pihak NATO dan AS lah yang menjadi sumber provokasi. Laksamana Moiseyev mengatakan bahwa sudah bertahun-tahun tidak ada banyak pasukan mereka disini semenjak Perang Dunia Kedua dan kesempatan para wartawan untuk mengunjungi Arctic Trefoil itu adalah untuk menyampaikan sinyal damai kepada negara-negara yang curiga terhadap Rusia. Walaupun, semenjak 2007 ketika Rusia menancapkan benderanya di dasar laut Arktik, Rusia berusaha mengklaim bahwa wilayah daratan dan lautan Arktik itu adalah milik Rusia.
Pembukaan pangkalan militer di Arktik ini menurut pihak Rusia adalah untuk kepentingan ekonomi, selain karena prediksi adanya cadangan energi dimana Survei Geologi AS mengatakan terdapat 412 miliar barel minyak atau setara dengan 22 persen dari minyak dan gas dunia yang belum ditemukan, Rusia juga berencana untuk membuat jalur perdagangan laut lewat Arktik yaitu Northern Sea Route (NSR), untuk menghubungkan barang dan sumber daya alam antara Asia dan Eropa dan menyaingi jalur perdagangan Terusan Suez, karena mempersingkat durasi pengiriman sekitar 15 hari. Terkait dengan pangkalan militer, Laksamana Moiseyev menyebut pasukannya sebagai instrumen utama untuk melindungi kepentingan ekonomi tersebut, serta perbatasan Rusia.