Sejak awal Februari lalu, intensitas krisis sosial dan politik terus meningkat dikarenakan adanya gerakan protes penangkapan beberapa elit politik terutama pemimpin de facto Aung San Suu Kyi di Myanmar. Hingga saat ini lebih dari 570 masyarakat Myanmar, di mana sekitar 43 korban merupakan anak-anak, tewas ditembak oleh anggota militer yang seharusnya melindungi masyarakat.
Kondisi di Myanmar ini mendorong Indonesia mengajukan pertemuan darurat Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN) kepada ketua ASEAN 2021 yakni Brunei Darussalam. Inisiasi dari Presiden RI Joko Widodo mendapat respon positif dari Brunei Darussalam, di mana dukungan juga datang dari China dan Rusia. Rencananya, KTT ASEAN akan dilaksanakan akhir bulan April ini di Sekretariat ASEAN, Jakarta.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi juga bertemu dengan perwakilan China Wang Yi membahas permasalahan Myanmar dan bilateral. Retno menyatakan China mendukung upaya dan penawaran ASEAN untuk menolong Myanmar, termasuk pertemuan darurat ASEAN di Jakarta.
Kekerasan di Myanmar yang menewaskan ratusan sipil tersebut sudah melukai lebih dari 2.750 masyarakat Myanmar, di mana junta militer Myanmar juga membuat daftar penangkapan kepada sekitar 60 selebriti atau influencer yang dianggap mendukung protes dengan tuduhan “menyebarkan berita yang mempengaruhi stabilitas negara.” Jika terbukti, mereka bisa ditahan hingga 3 tahun penjara.
Apa yang dibahas?
“Sebagai inisiator, Indonesia bersama ASEAN akan mendorong upaya negosiasi dan menolak aksi kekerasan pada sipil, namun tetap berada pada batasan atau prinsip konsensus dan tidak melakukan campur tangan domestik Myanmar.”
Inisiasi Indonesia ini penting untuk menunjukkan peran dan kepemimpinan vital Indonesia di ASEAN secara politik, sekaligus melindungi kepentingan keamanan dan kestabilan regional Asia Tenggara. Kepemimpinan Indonesia perlu diperlihatkan juga pada ASEAN dan global, termasuk pada Amerika Serikat mengingat isu ini berkaitan dengan penyelesaian isu demokrasi dan hak asasi.
Meskipun mekanisme untuk mengatasi krisis Myanmar masih belum jelas, namun pendekatan yang digunakan ASEAN akan tetap berpegang pada diplomasi yang lebih aktif, kohesif, dan paralel pada pemerintah Myanmar dan militer untuk mendorong kepatuhan terhadap hukum internasional, terutama terkait kekerasan pada sipil agar krisis di Myanmar bisa diatasi dan stabilitas bisa dicapai kembali.
Kondisi krisis di Myanmar perlu dibahas bersama dengan negara-negara di ASEAN sebagai satu kesatuan dan jika dibutuhkan menambah bantuan dari negara dan organisasi internasional demi keselamatan dan kesejahteraan sipil Myanmar. Mengingat wilayah negara di ASEAN yang saling berdekatan, krisis sosial dan politik ini jika dibiarkan bisa mempengaruhi kestabilan wilayah regional ASEAN lainnya.
Sumber:
Dian Septiari, China, Russia in favor of ASEAN summit on Myanmar: Minister, The Jakarta Post, https://www.thejakartapost.com/seasia/2021/04/02/china-russia-in-favor-of-asean-summit-on-myanmar-minister.html, 2021.
Sebastian Strangio, ASEAN to Hold Emergency Summit on Myanmar, No Date Set, The Diplomat, https://thediplomat.com/2021/04/asean-to-hold-emergency-summit-on-myanmar-no-date-set/, 2021.