Apa Arti Latihan Militer Bersama Cina-Rusia bagi Aliansi AS?
Beberapa waktu lalu, Rusia mengumumkan bahwa mereka telah memulai latihan angkatan laut dan udara yang ekstensif dengan melibatkan lebih dari 400 kapal angkatan laut, 120 pesawat militer, dan 90.000 tentara. Latihan berskala besar yang disebut “Ocean-2024” ini melibatkan Cina dan sudah berlangsung hingga tanggal 16 September lalu. Latihan militer ini dibagi menjadi dua fase dengan fase pertama diadakan bersamaan dengan latihan strategis Ocean-2024 Rusia, dan fase kedua merupakan sesi mandiri.
Tidak hanya itu, pada tanggal 21 September 2024, kedua negara ini juga memulai patroli bersama di perairan internasional Pasifik Utara. Latihan Angkatan Laut ini dinilai sebagai bagian dari Latihan Angkatan laut terbesar Rusia sejak era Uni Soviet. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan pentingnya memperkuat hubungan militer dengan negara-negara sekutu dan memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tidak meningkatkan kehadiran militernya di dekat Rusia dan Cina. Lalu, apa arti latihan militer bersama ini bagi aliansi AS?
Menekankan kepentingan keamanan dan politik negara
Kerja sama pertahanan dan keamanan militer Rusia dan Cina melalui latihan dan patroli bersama merefleksikan adanya persamaan kepentingan kedua negara dan upaya memperkuat kemampuan dalam merespons ancaman. Latihan militer kedua negara penting terutama di tengah ketegangan global terutama di wilayah Indo-Pasifik dan Eropa Timur. Tidak hanya menunjukkan kekuatan militer, namun juga sebagai upaya restrukturasi global lebih besar yang mengindikasikan bahwa unipolaritas AS sudah mulai goyah dan Rusia-Cina ingin menantang serta menyeimbangkan dominasi AS dan aliansinya, termasuk di wilayah Indo-Pasifik. Secara politik, baik Rusia dan Cina juga saling mendukung satu sama lain, di mana Rusia tetap bersikap netral mengenai klaim Cina di Laut Cina Selatan, serta Cina menolak untuk mengkritisi perang Rusia di Ukraina dan berbalik menyalahkan AS yang sudah memprovokasi Putin.
Putin menyatakan bahwa Latihan strategis “Ocean-2024” yang lebih luas akan dilakukan mulai dari Laut Tengah hingga ke Pasifik. Presiden Putin juga memperingatkan AS agar tidak berusaha mengalahkan Rusia dalam aspek persenjataan di Asia. Berdasarkan pandangan realisme, negara memiliki dilemma keamanan yang dalam hal ini, peningkatan kekuatan aliansi AS di wilayah Indo-Pasifik dinilai sebagai ancaman oleh Rusia sehingga dalam merespons ini, Rusia memilih untuk turut meningkatkan kemampuan keamanannya melalui kerja sama militer dengan Cina, sehingga terciptanya blok penyeimbang AS di Indo-Pasifik.
Keterlibatan Rusia dalam Latihan militer bersama juga mendemonstrasikan kapasitas Rusia yang lebih luas dan tidak hanya berfokus pada Eropa. Kombinasi latihan militer kedua negara juga memproyeksikan adanya dominasi regional dan potensi pengaruh global dan tidak hanya mewakili ambisi kepentingan nasional saja. Guna menjadi aliansi yang solid, maka Rusia dan Cina perlu terus memanfaatkan kekuatan militer mereka dalam persaingan geopolitik global. Hingga saat ini, dengan persamaan pandangan politik dan ancaman, baik Rusia dan Cina akan terus berupaya untuk menciptakan koalisi yang tidak hanya bersifat defensive namun juga ofensif. Tindakan ini tercermin dari upaya Cina untuk ‘mengetes’ komitmen AS untuk mendukung aliansinya di wilayah Indo-Pasifik. Cina beberapa waktu lalu meningkatkan aktivitasnya di sekitar wilayah Filipina, Jepang, dan Taiwan. Cina memperumit kestabilan dan keamanan di wilayah dekat Laut Cina Selatan sehingga fokus AS dan aliansinya turut terpecah.
Bagaimana respons AS dan aliansinya?
Menggunakan paradigma realisme, AS akan menyesuaikan kembali strategi militernya dengan meningkatkan frekuensi Latihan militer Bersama dan memperkuat kehadiran militernya. Sama dengan Rusia-Cina, Latihan militer AS termasuk Latihan tempur gabungan dan simulasi perang asimetris yang melibatkan teknologi canggih termasuk siber untuk memerangi Cina dan Rusia.
Sebagai contoh, negara seperti Prancis dan Jepang melakukan latihan militer bersama selama dua tahun berturut-turut, menandakan kerja sama pertahanan mereka sebagai tanggapan atas meningkatnya kehadiran militer Cina dan Rusia. Latihan Brunet-Takamori, yang dinamai berdasarkan kolaborasi abad ke-19 antara Jenderal Prancis Jules Brunet dan pemimpin Samurai Jepang Saigo Takamori, melibatkan hampir 50 tentara Prancis dari Resimen Infanteri Asing ke-2 dan Resimen Infanteri ke-39 Pasukan Bela Diri Darat Jepang. Latihan yang diadakan di Jepang utara ini berfokus pada pertempuran infanteri dan dukungan pesawat tak berawak.
Meskipun latihan ini menekankan kerja sama pertahanan, latihan ini dilakukan di tengah kegiatan militer paralel oleh Cina dan Rusia, yang juga telah meningkatkan latihan angkatan laut bersama mereka di Pasifik. Meningkatnya ketegangan antara Cina dan Jepang telah membuat kapal dan pesawat angkatan laut Cina melakukan manuver yang berani di dekat Jepang, yang semakin meningkatkan ketegangan regional. Meskipun kemitraannya dengan Jepang semakin meningkat, Prancis tetap berhati-hati, menyeimbangkan keterlibatan militernya tanpa secara langsung memusuhi Cina.