Australia dan Kanada telah menandatangani perjanjian bersejarah untuk berkolaborasi dalam pengembangan dan pengolahan mineral kritis sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada China dan memperkuat rantai pasokan global alternatif. Mineral kritis adalah mineral yang memiliki andil penting dalam perekonomian, pertahanan dan keamanan sebuah negara.
Perjanjian tersebut bernama Deklarasi Bersama tentang Kerjasama Mineral Kritis ditandatangani di Toronto oleh Menteri Sumber Daya dan Australia Utara Australia, Madeleine King, dan Menteri Sumber Daya dan Energi Kanada, Tim Hodgson, di sela-sela Pertemuan Menteri Energi dan Lingkungan G7.
Kemitraan baru ini bertujuan untuk memfasilitasi investasi bersama dalam proyek-proyek mineral kritis besar, memfasilitasi pengolahan lintas batas sumber daya masing-masing negara, serta mendorong kolaborasi komersial dan penelitian antara kedua negara. Berdasarkan kesepakatan ini, mineral yang diekstraksi di Australia dapat diolah di Kanada dan sebaliknya, memperkuat ketahanan pasokan dan meningkatkan diversifikasi pasar.
Menteri King menekankan bahwa langkah ini didorong oleh ketidakstabilan rantai pasokan yang terkait dengan pembatasan ekspor China, yang baru saja ditangguhkan minggu ini setelah pembicaraan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump. Ia mencatat bahwa volatilitas tersebut menyoroti pentingnya membangun “rantai pasokan alternatif yang dapat diandalkan” untuk mineral kritis. King menyatakan bahwa kebanyakan anggota negara G7, kecuali Jepang, sangat bergantung bahkan bergantung sepenuhnya pada China untuk mineral kritis, termasuk untuk magnet langka dan logam baterai.
“Kanada dan Australia adalah dua negara produsen besar yang memiliki visi serupa dan menguasai sebagian cadangan mineral kritis terbesar di dunia,” bunyi deklarasi bersama tersebut. “Kami sepakat akan kebutuhan…. untuk memperdalam aliansi bilateral kami dan beralih dari persaingan ke kolaborasi.”
Perjanjian ini juga akan berfokus pada pengembangan teknologi pengolahan rendah karbon, perbaikan proses persetujuan, dan berbagi praktik terbaik dalam standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Langkah terbaru ini mengikuti kesepakatan serupa antara Australia dan AS yang diumumkan awal tahun ini, di mana kedua negara akan berinvestasi bersama dalam proyek-proyek mineral kritis senilai lebih dari USD13 miliar. AS sejak itu menandatangani kesepakatan serupa dengan Jepang, Malaysia, dan Thailand, dalam upaya yang semakin intensif untuk menyaingi dominasi China di sektor ini.
Mineral kritis seperti unsur tanah jarang, kobalt, dan litium sangat penting bagi berbagai industri, termasuk energi bersih, pertahanan, dan manufaktur canggih.
Menteri King menyambut baik arah kerja sama yang diambil oleh anggota G7, “Saya menantikan kerja sama dengan Kanada untuk membangun rantai pasokan yang tangguh yang mendukung inovasi dan pertumbuhan ekonomi.”