Faksi-faksi di Palestina baru-baru ini menandatangani deklarasi “persatuan nasional” yang bertujuan untuk mempertahankan kontrol Palestina atas Gaza jika perang Israel di wilayah tersebut berakhir. Menariknya, deklarasi ini ditandatangani oleh faksi yang sudah lama berkompetisi yakni Hamas dan Fatah, serta 12 kelompok Palestina lainnya.
Tidak hanya itu, dari berbagai upaya untuk menyatukan faksi ini berujung kegagalan, namun Cina berhasil menjadi fasilitator deklarasi faksi ini. Pernyataan bersama ini dinamakan “Deklarasi Beijing untuk Menghentikan Perpecahan dan Memperkuat Persatuan Nasional Palestina” menunjukkan peran Cina dalam mendukung kesatuan dan perdamaian di Palestina.
Deklarasi yang berisi delapan poin tersebut ditandatangani pada Selasa (23/07/2024) tersebut dimediasi oleh Cina setelah tiga hari pembicaraan intensif. Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyatakan bahwa inti dari kesepakatan penting untuk membentuk “pemerintah rekonsiliasi nasional sementara” untuk memerintah Gaza pascaperang. Tidak hanya mengenai persatuan pasca perang, namun juga terdapat kesepakatan tentang wilayah dan kependudukan sesuai dengan hukum internasional. Inti penting lain deklarasi ini juga adalah bahwa Organisasi Kemerdekaan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO) akan menjadi satu-satunya perwakilan resmi untuk masyarakat Palestina. PLO sendiri merupakan koalisi partai yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel pada tahun 1993 dan membentuk pemerintahban baru di bawah Otoritas Palestina.
Perwakilan pejabat Hamas Mousa Abu Marzouk dan Sekretaris Jenderal Prakarsa Nasional Palestina Mustafa Barghouti mengatakan hal serupa yakni perjanjian ini menjadi perjalanan persatuan nasional dan menjadikan perjanjian ini paling ‘penting’ yang telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir. Namun, bagaimana arti deklarasi ini bagi faksi Palestina dan bagi Cina?
Deklarasi persatuan sebagai kesatuan politik secara internal dan internasional?
Terdapat beberapa poin menarik yang bisa diambil dari perjanjian faksi-faksi Palestina ini. Faksi-faksi Palestina terdiri dari berbagai kelompok sendiri yang memiliki pandangan dan pendekatannya masing-masing, sehingga deklarasi ini menjadi pencapaian besar di tengah konflik Israel-Palestina.
Barghouti menilai perjanjian yang ‘menyatukan’ berbagai faksi Palestina ini penting untuk menahan upaya Israel untuk membuat kolaborasi struktural lainnya yang hanya akan bertentangan dengan kepentingan Palestina. Selain itu, Hamas juga menilai deklarasi ini akan memberikan batasan untuk melawan segala campur tangan dari pihak internasional dan regional yang berpotensi melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Palestina. Deklarasi ini merefleksikan kesamaan pandangan dan tujuan faksi Palestina, di mana bahkan Hamas pun mengatakan terdapat kemungkinan bahwa mereka tidak akan mengambil peran apapun untuk pemerintahan Gaza setelah perang.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyebut perjanjian tersebut sebagai momen bersejarah yang akan mendukung kemerdekaan Palestina. Keberhasilan Cina dalam mencapai kesepakatan ini ternyata tetap memunculkan keraguan terutama dalam penerapannya. Hal ini dikarenakan terdapat kompleksitas seperti konflik lama yang terjadi antara faksi-faksi Palestina dan oposisi Barat yang menentang Hamas untuk berperan dalam pemerintahan. Selain itu, tidak ada juga jadwal yang diumumkan untuk pelaksanaannya. Namun, meskipun begitu, deklarasi ini tetap menjadi awal penting bagi semua pihak untuk mencapai langkah penting menuju persatuan Palestina secara internal.
Berdasarkan pendekatan neorealisme Kenneth Waltz, politik internasional bersifat anarki yang mengacu pada ketidakadaannya otoritas yang lebih tinggi untuk mengadili perselisihan nasional. Poin lainnya yakni adanya distribusi kekuasaan yang tidak merata dan negara-negara kuat memaksakan kepentingannya agar tercapai. Berkaitan dengan deklarasi persatuan nasional Palestina, faksi-faksi Palestina yakni Hamas, Fatah, dan kelompok lainnya menilai negara Barat dengan kepentingannya ingin terus memecah belah Palestina, sehingga bersatu lebih kuat dibandingkan terpecah. Deklarasi yang disepakati bersama ini menjadi upaya membentuk dan memperkuat persatuan dan persepsi yang sama terhadap ancaman eksternal, terutama dari Israel dan negara-negara yang mendukungnya.
Selain itu, Cina juga memiliki kepentingan dan peran yang menunjukkan bahwa setidaknya faksi-faksi Palestina lebih memilih Cina sebagai fasilitator deklarasi perdamaian dibandingkan negara-negara Barat dan aktor internasional. Cina sebagai negara yang dianggap ‘berlawanan’ dengan Barat berupaya meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah. Deklarasi ini juga menjadi upaya China untuk menyeimbangkan kekuasaan politik di wilayah yang berada di bawah pengaruh dominasi negara Barat. Peran negara dan aktor non-negara dalam isu ini juga menunjukan adanya upaya untuk menavigasi sruktur sistem internasional yang anarkis untuk lebih meningkatkan peran diplomasinya. Meski Cina tidak secara langsung terlibat dalam upaya Amerika Serikat untuk mendukung gencatan senjata, namun China secara aktif mendekat kepada Palestina guna mendukung perdamaian.