Jaksa Penuntut Regional Burkina Faso, Aly Benjamin Coulibaly, pada hari Minggu (3/3/2024) mengatakan bahwa dia menerima laporan tentang serangan di desa Komsilga, Nodin, dan Soroe di provinsi Yatenga pada tanggal 25 Februari dengan perkiraan korban “sekitar 170 orang dieksekusi.”
Tidak hanya itu, serangan tersebut juga menyebabkan beberapa orang lain terluka dan merusak barang-barang, kata jaksa kota utara Ouahigouya dalam sebuah pernyataan. Ouahigouya juga mengatakan kantornya telah memerintahkan penyelidikan dan meminta bantuan publik untuk informasi.
Para penyintas serangan menyampaikan bahwa puluhan korban merupakan perempuan dan anak-anak kecil. Sumber keamanan lokal mengatakan serangan-serangan tersebut berbeda dengan insiden mematikan sebelumnya di sebuah masjid dan gereja di utara Burkina Faso yang juga terjadi seminggu yang lalu.
Negara di Afrika Barat ini berjuang melawan pemberontakan jihadis yang dilancarkan oleh pemberontak yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan kelompok Negara Islam (IS) yang meluas dari Mali tetangga pada tahun 2015. Menteri Keamanan Mahamadou Sana menggambarkan bahwa gelombang serangan yang terjadi merupakan tindakan yang terkoordinasi.
Kekerasan tersebut telah menewaskan hampir 20.000 orang dan mengungsi lebih dari dua juta orang di Burkina Faso, salah satu negara termiskin di dunia yang terletak di Sahel, sebuah wilayah yang dilanda ketidakstabilan.
Kemarahan atas ketidakmampuan negara untuk mengakhiri ketidakamanan memainkan peran utama dalam dua kudeta militer pada tahun 2022. Pemimpin saat ini, Ibrahim Traore, telah menjadikan perang melawan kelompok pemberontak sebagai prioritasnya.