Iran menyalahkan Israel dan Amerika Serikat terkait dua bom yang meledak dan menewaskan setidaknya 84 orang yang sedang mengenang jenderal Pasukan Garda Revolusioner, Qasem Soleimani, empat tahun setelah kematiannya dalam serangan AS. Dua ledakan tersebut yang disebut sebagai ‘serangan teroris’ oleh media nasional dan otoritas regional muncul di tengah tensi Timur Tengah mengenai konflik di Gaza dan kematian pemimpin senior Hamas di Lebanon.
Seangan yang tidak diklaim itu, yang memicu ketakutan akan konflik yang meluas di wilayah tersebut, memicu ketakutan akan konflik yang meluas di wilayah tersebut. Kekhawatiran mengenai harga minyak yang melonjak lebih dari tiga persen dan memicu kecaman global.
Mohammad Jamshidi, wakil presiden Iran, meragukan bahwa AS dan Israel tidak memiliki andil dalam serangan teroris di Iran. Namun, AS menolak segala tuduhan tersebut yang menyatakan AS dan aliansinya Israel terlibat, sementara Israel menolak untuk memberikan komentar.
Korban semakin bertambah
Pemimpin Iran Ayatollah Khamenei menyalahkan serangan itu telah dilakukan oleh “musuh dan kriminal” Iran dan berjanji akan memberikan “tanggapan yang tegas.” Presiden Ebrahim Raisi, yang membatalkan kunjungan ke Turki mengutuk kejahatan “keji” tersebut ketika Republik Islam Iran menyatakan hari Kamis (4/1/2023) sebagai hari berkabung nasional.
Ledakan terjadi di dekat pemakaman para syuhada Masjid Saheb al-Zaman di kampung halaman selatan Soleimani, Kerman, tempat para pendukungnya berkumpul untuk memperingati pembunuhannya dalam serangan pesawat tak berawak AS di Bagdad pada tahun 2020. Insiden ini terjadi dengan selang waktu sekitar 15 menit saat pendukung berkumpul bersama.
Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran awalnya melaporkan 103 orang tewas, namun televisi pemerintah mengatakan 211 orang terluka, beberapa di antaranya berada dalam kondisi kritis. Menteri Kesehatan Bahram Einolahi kemudian merevisi jumlah korban tewas, dengan mengatakan: `Jumlah pasti orang yang tewas dalam serangan teroris ini adalah 95. ” Ia merevisi angka sebelumnya yaitu 103 mengatakan alasannya adalah beberapa nama “salah dicantumkan dua kali.”
Menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, korban tewas termasuk tiga pekerja medis yang bergegas ke lokasi kejadian setelah ledakan pertama. Menurut IRNA, ledakan pertama terjadi hanya berjarak sekitar 700 meter dari makam Soleimani dan ledakan kedua terjadi hanya berjarak satu kilo meter saja.
Respons internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan beberapa negara termasuk Arab Saudi, Yordania, Jerman dan Irak mengecam ledakan tersebut. Sekjen PBB Antonio Guterres “mengutuk keras” ledakan tersebut, kata kantornya, dan Uni Eropa mengatakan: “Tindakan teror ini telah menimbulkan korban jiwa dan cedera pada warga sipil.”
Diplomat utama UE, Josep Borrell, mengatakan bahwa dia berbicara dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian untuk “menyampaikan belasungkawa” dan “mengecam keras serangan teroris ini dan menyatakan solidaritas dengan rakyat Iran.”
Presiden Rusia Vladimir Putin juga menulis kepada Raisi dan Khamenei bahwa “pembunuhan orang-orang damai yang mengunjungi pemakaman tersebut sangat mengejutkan karena kekejaman dan sinismenya.”
Ledakan bom tersebut disinyalir sebagai yang paling mematikan di Iran sejak serangan pembakaran Cinema Rex tahun 1978 di kota Abadan di barat daya, yang menewaskan sedikitnya 377 orang, menurut arsip AFP. Iran telah lama melancarkan perang bayangan berupa pembunuhan dan sabotase dengan musuh bebuyutannya, Israel, dan juga memerangi berbagai kelompok jihad dan kelompok militan lainnya.