Pada hari Rabu (16/8), AS, Jepang, dan Australia telah menggelar latihan angkatan laut bersama, di tengah ketegangan terus meningkat di Laut China Selatan menyusul aktivitas militer Rusia dan China di wilayah tersebut.
Bersamaan dengan latihan angkatan laut bersama ini, Presiden Biden juga bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Camp David untuk membahas meningkatnya ketegangan di wilayah Indo-Pasifik. Presiden Joe Biden pada hari Jumat (18/8) menandatangani perjanjian bersejarah dengan para pemimpin Korea Selatan dan Jepang, menjembatani sejarah yang penuh ketegangan antara kedua negara tersebut dengan janji-janji untuk memperkuat kepentingan ekonomi dan keamanan nasional masing-masing negara.
Pemerintahan Biden juga mengumumkan kesepakatan ini untuk meningkatkan koordinasi dalam pertahanan rudal balistik dan pertukaran informasi, berkontribusi dalam data ekonomi seperti sistem peringatan dini untuk gangguan rantai pasokan, dan untuk lebih baik mengkoordinasikan keamanan nasional seperti rencana multi-tahunan untuk mengadakan latihan militer.
Dengan memperhatikan ancaman yang ditimbulkan baik oleh Korea Utara maupun China, Gedung Putih mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk memperkuat kerja sama tiga negara ini dalam jangka panjang. Biden menekankan bahwa kesepakatan tersebut akan tetap berlaku — bahkan jika Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Jepang mengumumkan pada hari Jumat bahwa mereka telah mengirimkan jet tempur sebagai tanggapan terhadap dua pesawat mata-mata Rusia IL-38 terdeteksi terbang bolak-balik antara Laut Jepang dan Laut China Timur, menurut Reuters.
Aktivitas Rusia terbaru ini di dekat perairan Jepang dan Korea Selatan datang hanya satu hari setelah Tokyo mengatakan bahwa mereka melihat kapal-kapal angkatan laut Rusia dan China melintasi perairan antara kepulauan Jepang bagian selatan, Okinawa, dan Miyako.
Berita ini juga datang saat Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa kapal perang Rusia dan China sedang melakukan patroli maritim bersama di Samudra Pasifik, yang menurut Moskow, melibatkan latihan penyelamatan dan latihan menangkal serangan udara. Video yang dirilis oleh agensi berita negara Rusia, TASS, menunjukkan sembilan kapal besar berlayar dalam formasi berlian sambil para kru berdiri tegak di atas dek.
Latihan ini juga melibatkan latihan pengisian ulang cadangan bahan bakar kapal dan transfer kargo. “Sebuah kelompok kapal dari Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Laut PLA China sedang beroperasi di perairan Laut China Timur,” kata kementerian tersebut, merujuk pada Tentara Pembebasan Rakyat China.
“Selama periode ini, anggota kru dari kedua negara melakukan latihan anti-kapal selam, menangkis serangan udara dari musuh, menjalani latihan penyelamatan di laut, serta memperbaiki keterampilan lepas landas dan mendarat helikopter di atas dek kapal perang,” bunyi pernyataan tersebut.
Dilansir dari berita AS, Flotila gabungan Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Laut Pembebasan Rakyat (PLAN) China yang berlayar di dekat Alaska dan Kepulauan Aleutian pada awal Agustus sekarang sedang beroperasi di Laut China Timur.
Flotila tersebut telah berlayar bersama sejak tanggal 27 Juli, ketika ia berangkat dari Vladivostok, Rusia. Pada saat itu, flotila terdiri dari 10 kapal: kapal perusak Angkatan Laut Rusia RFS Admiral Panteleyev (548) dan RFS Admiral Tributs (564); korvet RFS Gremyashchiy (337) dan RFS Hero of the Russian Federation Aldar Tsydenzhapov (339); serta kapal tanker armada Pechenga. Sementara kapal-kapal PLAN dari China adalah kapal perusak CNS Guiyang (119) dan CNS Qiqihar (121); fregat CNS Zaozhuang (542) dan CNS Rizhao (598); serta kapal pengisian bahan bakar armada CNS Taihu (889).
Ketika flotila berlayar di dekat Alaska, terdapat 11 kapal dalam flotila tersebut, menurut pernyataan bersama oleh Senator Lisa Murkowski (R-Alaska) dan Senator Dan Sullivan (R-Alaska). Namun, tidak ada rincian yang diungkapkan mengenai identitas kapal-kapal tersebut. Kapal ke-11, yang diidentifikasi sebagai kapal pengintai kelas Dongdiao Kaiyangxing (796) oleh Kantor Staf Gabungan Kementerian Pertahanan Jepang, masih bersama flotila tersebut, sesuai dengan pernyataan pada hari Kamis.
Moskow dan Beijing Semakin Dekat
Hubungan antara Moskow dan Beijing semakin erat dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pertempuran berkepanjangan di Ukraina yang mengakibatkan hubungan Rusia dengan pemerintah-pemerintah Barat menjadi renggang.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan China mengungkapkan bahwa armada kapal perang kedua negara sedang melakukan patroli maritim di wilayah barat dan utara Samudra Pasifik. “Tindakan ini tidak ditujukan kepada pihak ketiga dan tidak memiliki hubungan dengan situasi internasional dan regional saat ini,” tambah juru bicara tersebut.
Menteri Pertahanan China, Li Shangfu, mengunjungi Rusia dalam pekan ini untuk menghadiri Konferensi Keamanan Internasional Moscow yang ke-11, di mana ia meminta adanya kerja sama militer yang lebih erat.
Moskow dan Beijing telah meningkatkan kerja sama pertahanan bilateral dalam beberapa bulan terakhir, termasuk melaksanakan patroli udara bersama di atas Laut Jepang dan Laut China Timur pada bulan Juli.
Tindakan-tindakan yang menunjukkan kekuatan ini telah memunculkan kekhawatiran di wilayah tersebut—patroli udara pada bulan Juli menyebabkan Korea Selatan mengerahkan jet tempur sebagai tindakan pencegahan.