Putra sulung penguasa Kamboja telah mendapatkan dukungan sebagai perdana menteri berikutnya di Kamboja dalam sebuah rangkaian formalitas yang mengonfirmasi peralihan kekuasaan. Pada hari Senin (07/08/2023), raja Kamboja Norodom Sihamoni mengeluarkan dekret yang menyatakan bahwa Hun Manet akan menggantikan ayahnya, Hun Sen, yang telah memerintah selama 38 tahun.
Hun Sen mengumumkan bahwa Ia akan mundur hanya beberapa hari setelah pemilihan 23 Juli lalu, yang dikritik oleh negara Barat karena tidak demokratis. Partainya memenangkan hampir semua kursi kecuali lima di parlemen, setelah oposisi utama dilarang ikut pemilu. Namun, Hun Sen menolak tunduhan-tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa penyerahan kursi PM ke anaknya bukan untuk suksesi dinasti, namun untuk menjaga perdamaian dan menghindari ‘pertumpahan darah’ jika dia meninggal dunia saat menjabat.
Raja Norodom Sihamoni mengeluarkan dekret kerajaan setelah Hun Sen mengirim surat permohonan catatan resmi.
Pengangkatannya masih perlu dikonfirmasi oleh parlemen pada tanggal 22 Agustus, tetapi diperkirakan akan berjalan lancar di Majelis Nasional di mana 120 dari 125 kursi dikuasai oleh Partai Rakyat Kamboja Hun Sen.
Partai Rakyat Kamboja (Cambodian People’s Party/CCP) berhasil meraih paling tidak 6.398.311 suara dari total 8,2 juta pemilih. Di sisi lain, Partai Fucinpec mendapatkan 716.490 suara populer. Jika dibedah lebih lanjut, terdapat 8,2 juta surat suara yang didistribusikan, dengan total 7,7 juta suara sah dan 440.154 suara dianggap rusak oleh panitia.
Hun Manet, 45 tahun, yang baru-baru ini merupakan komandan Angkatan Darat Kerajaan Kamboja, telah lama disiapkan untuk peran kepemimpinan ini. Pendekatan pemerintahan baru Hun Manet juga diperkirakan akan mencakup wajah-wajah muda. Banyak dari pria yang naik bersama Hun Sen melalui revolusi Khmer Merah dan perang saudara pada tahun 1970-an dan 1980-an juga turun, dalam beberapa kasus memberikan posisi mereka kepada anak-anak mereka sendiri.
Peralihan ini pertama kali diumumkan pada tahun 2021, tetapi hingga bulan Juli tidak jelas kapan penyerahan kekuasaan akan terjadi.
Masih akan dibayangi kekuasaan sang ayah?
Waktu itu, Hun Sen menyatakan bahwa ia mundur untuk memastikan stabilitas di Kamboja. Namun, Hun Sen mengatakan bahwa ia akan tetap memimpin Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa – posisi yang, menurut analis politik, masih memberikan kendali mutlak baginya.
Sejak berkuasa pada tahun 1985, pemerintahan Hun Sen semakin otoriter dengan menyingkirkan lawan-lawannya dengan cara menahan atau mengasingkan mereka.
Pemimpin yang akan lengser itu juga mengkonfirmasi bahwa Hun Manet terpilih sebagai anggota parlemen untuk Phnom Penh, maka hal ini akan prosedural terakhir menuju kekuasaannya.
Disinyalir, Hun Manet akan menghadapi sedikit tantangan dari luar partai penguasa. Selain itu, Ia juga perlu mempertahankan jaringan aliansi kompleks yang dibangun oleh ayahnya dengan keluarga-keluarga berpengaruh dan kaya lainnya.
Dalam laporan AFP, disebutkan bahwa Hun Manet telah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia, termasuk Presiden Xi Jinping dari China, yang merupakan sekutu utama Kamboja, serta seorang dermawan berpengaruh.
Dibandingkan dengan ayahnya, beberapa spekulasi menyebutkan bahwa Hun Manet, yang bersekolah di akademi militer AS, West Point, dan Universitas Bristol, mungkin memimpin rezim yang kurang represif dan lebih menerima masukan dari Barat mengenai hak asasi manusia. Namun, para analis mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa dia mungkin lebih terbuka.