Kemungkinan lebih banyak latihan militer China di dekat Taiwan dapat mendorong investor dan pemasok menarik diri dari pulau itu dan dapat mengancam rantai pasokan atau meningkatkan risiko konflik yang sebenarnya, kata para analis.
Para pebisnis kini tengah mengawasi Taiwan ketika latihan militer People’s Liberation Army (PLA) terjadi setelah pertemuan antara Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan ketua DPR AS, Kevin McCarthy, di California awal bulan April. Para pejabat Cina Daratan telah memperingatkan Tsai agar menentang pertemuan itu, namun pertemuan tetap terjadi.
Meskipun latihan tersebut secara resmi berakhir pada pertengahan April lalu, kementerian pertahanan Taiwan mengatakan pesawat PLA terus melintasi garis median informal Selat Taiwan antara kedua belah pihak selama dua hari berikutnya, konsisten dengan pola hampir setiap hari sejak pertengahan 2020.
Analis mengatakan perusahaan multinasional, termasuk perusahaan semikonduktor ternama Taiwan, yang memompa 60 persen pasokan chip dunia, diperkirakan akan melipatgandakan pencarian lokasi produksi di luar Taiwan, yang dapat menjadi pukulan bagi ekonomi pulau tersebut karena bernilai US$829 miliar.
Walaupun begitu, latihan PLA minggu lalu tidak terlalu memengaruhi pengiriman atau penerbangan sipil. Tetapi latihan pada bulan Agustus, ketika China mengumumkan tujuh zona larangan terbang di dekat Taiwan setelah kunjungan Nancy Pelosi, hal ini mendorong maskapai penerbangan untuk membatalkan atau mengalihkan sejumlah penerbangan antara Asia Tenggara dan Timur Laut.
Teknologi sendiri menyumbang sekitar 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) Taiwan. Industri ini mencakup rantai pasokan yang luas, mulai dari penelitian dan pengembangan hingga komponen smartphone dan perakitan massal elektronik konsumen umum.
Taiwan sendiri telah bergulat dengan penurunan ekspor selama tujuh bulan, karena permintaan global yang menurun untuk peralatan teknologi. Dan minggu lalu, Dana Moneter Internasional menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB untuk Taiwan tahun ini sebesar 0,7 poin persentase, menjadi 2,1 persen.
Banyak investor asing yang telah menjajaki peluang di Taiwan, tetapi dihadapkan pada kondisi saat ini, investor sepertinya akan mencari di wilayah lain untuk perkembangan bisnisnya karena kekhawatiran akan terjadi perang. Terkait kekhawatiran akan perang, Menteri urusan ekonomi Taiwan, Wang Mei-hua, mengatakan bahwa stok gas alam cair pulau itu akan bertahan 11 hari jika impor diblokir.
Bagi sebagian besar perusahaan, rencana darurat untuk keluar dari Taiwan hanya akan dilakukan di ambang konflik yang sebenarnya. Hammond-Chambers mengatakan belanja modal di masa depan akan mencari lokasi baru, “tetapi sebagian dari uang itu akan terus mempertahankan infrastruktur yang ada, yang sangat terfokus pada Asia Utara”. Setiap perhitungan apakah akan menarik diri dari Taiwan akan menjadi rumit, kata Cheng Kai-an, seorang analis senior di Market Intelligence & Consulting Institute di Taipei.