Pesawat Jet Tempur Rusia Tabrak Drone Amerika di Atas Laut Hitam
Sebuah pesawat jet tempur Rusia menabrak sebuah pesawat tanpa awak (drone) MQ-9 Reaper AS di atas Laut Hitam pada hari Selasa (14/03). Jet Rusia menghantam baling-baling drone tersebut dan membuat operator drone AS menjatuhkannya di perairan internasional, menurut Pentagon, ini adalah kontak fisik pertama yang diketahui antara militer Rusia dan AS sejak perang di Ukraina yang dimulai pada bulan Februari 2022.
Jatuhnya drone MQ-9 Reaper, yang merupakan armada pengintai udara militer AS, secara cepat meningkatkan ketegangan antara Gedung Putih dan Kremlin dikarenakan para pejabat AS menuduh pasukan Rusia yang terlibat dalam insiden tersebut telah berperilaku berbahaya.
Pejabar militer AS mengatakan bahwa drone Reaper yang tidak bersenjata itu sedang menerbangkan misi pengintaian ketika dicegat oleh dua jet tempur Su-27 Rusia sekitar 75 mil di sebelah barat daya Semenanjung Krimea, Ukraina, yang digunakan Rusia sebagai pangkalan untuk melancarkan serangan-serangan yang menghancurkan.
“Sebelum tabrakan terjadi, Su-27 beberapa kali membuang bahan bakar dan terbang di depan MQ-9 dengan cara yang sembrono, tidak ramah lingkungan, dan tidak profesional,” kata Komando Militer Eropa AS dalam sebuah pernyataan. “Insiden ini menunjukkan kurangnya kompetensi selain tidak aman dan tidak profesional.”
John F. Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakan bahwa telah terjadi “pencegatan” serupa oleh pesawat Rusia dalam beberapa minggu terakhir – hampir semuanya dilakukan tanpa insiden, menurut para pejabat militer – tetapi kejadian ini “patut diperhatikan karena tidak aman dan tidak profesional.” Presiden Biden telah mendapatkan laporan tentang episode tersebut, tambahnya.
Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa duta besar Rusia di Washington telah dipanggil untuk menerima keberatan resmi AS atas penembakan drone tersebut, yang disebutnya sebagai “pencegatan yang tidak aman dan tidak profesional” serta “pelanggaran hukum internasional yang kurang ajar.”
Adapun respon dari Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa pesawat tempurnya yang harus disalahkan dan menawarkan penjelasan alternatif tentang konfrontasi tersebut. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setelah Angkatan Udara Rusia mengerahkan jet-jet tempurnya untuk mengidentifikasi drone tersebut, drone AS itu bermanuver dengan tajam, kehilangan ketinggian, dan menghantam air. Drone itu telah terbang di dekat Semenanjung Krimea dan menuju ke perbatasan Rusia dengan transponder pengenalnya dimatikan, bertentangan dengan instruksi yang telah dikeluarkan Rusia untuk wilayah udara di atas operasi militernya di Ukraina, tambah pernyataan itu.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan bahwa drone MQ-9 lepas landas dari pangkalannya di Rumania pada Selasa pagi untuk misi pengintaian yang dijadwalkan secara rutin, yang biasanya berlangsung sekitar sembilan hingga 10 jam. Meskipun Reaper dapat membawa rudal Hellfire, pesawat ini tidak bersenjata, kata pejabat tersebut. Terbang di ketinggian sekitar 25.000 kaki, kamera canggih Reaper dan sensor lainnya dapat mengintip ke dalam wilayah Krimea yang dikuasai Rusia saat terbang di ruang udara internasional, sebuah misi khas yang telah dilakukan oleh MQ-9 sebelum perang di Ukraina dimulai, kata pejabat itu.
Namun, misi pengawasan pada hari Selasa itu dengan cepat berubah menjadi berbahaya. Brigjen Patrick Ryder, juru bicara Pentagon, mengatakan bahwa pesawat Su-27 Rusia terbang di dekat Reaper Amerika selama sekitar 30 hingga 40 menit. Pesawat tempur Rusia yang jauh lebih cepat itu berulang kali berputar-putar di sekitar Reaper yang digerakkan oleh baling-baling, menyiramkan bahan bakar ke pesawat tersebut, tampaknya dalam upaya untuk mengotori kamera pesawat tak berawak atau merusak sensor lainnya, kata pejabat militer senior itu.
Insiden itu mengejutkan para pejabat militer AS yang menyaksikannya melalui tayangan video dari drone yang dikirimkan secara langsung ke pusat operasi di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, demikian ungkap pejabat militer itu. Jenderal Ryder mengatakan bahwa Departemen Pertahanan sedang melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendeklasifikasi gambar-gambar tersebut. Sementara itu, Jenderal Ryder menolak untuk membahas upaya apa pun yang dilakukan AS untuk menemukan MQ-9, yang jatuh di perairan yang didominasi oleh Angkatan Laut Rusia.