Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik ke perairan lepas pantai timur Semenanjung Korea, dilansir dari CNN. Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan para pejabatnya masih menganalisis data tetapi memperkirakan kedua rudal ditembakkan sekitar pukul 07.00 waktu setempat pada hari Senin dan jatuh ke Laut Jepang “di sebelah timur Semenanjung Korea, di luar zona ekonomi eksklusif Jepang” kata pernyataan dari pemerintah Jepang.
Korea Utara mengakui peluncuran itu sebagai tanggapan terhadap gabungan angkatan udara Amerika Serikat dan Korea Selatan yang dilakukan pada satu hari sebelumnya menurut Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan. Sebelumnya, Pyongyang telah memperingatkan Seoul terkait latihan gabungan tersebut, bahwa jika latihan tersebut dilakukan akan ada “tanggapan kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Akibat peluncuran misil tersebut, pembom strategis B-1B Angkatan Udara AS dikerahkan di Semenanjung Korea dengan bantuan pendamping dari F-35A, F-15K, dan F-16 dari Angkatan Udara Korea Selatan dan AS, kata Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan. Washington dan Seoul juga diperkirakan akan mengadakan latihan meja nuklir minggu ini di Pentagon, kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Laporan media pemerintah Korean Central News Agency (KCNA) tentang peluncuran tersebut mengatakan Tentara Rakyat Korea dari Korea Utara memobilisasi dua senjata radial 600 mm dan menembakkan beberapa proyektil. Korea Selatan menganggap peluncur multi-roket yang lebih besar dari 600 mm sebagai rudal balistik.
Kementerian Pertahanan Jepang mencatat bahwa rudal pertama diluncurkan sekitar pukul 06:59 waktu setempat dan terbang sekitar 400 km pada ketinggian maksimum sekitar 100 km. Sedangkan, rudal kedua ditembakkan sekitar pukul 07.10 waktu setempat pada ketinggian maksimum sekitar 50 km. Di sisi lain, penjaga pantai Jepang mengeluarkan peringatan kepada kapal yang tengah berlayar di wilayah tersebut dan untuk menjauh dari benda yang jatuh dan melaporkan setiap penampakan ke penjaga pantai.
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un merilis pernyataan pada hari 20 Februari 2023 sekitar waktu peluncuran rudal yang dicurigai. Ia mengatakan dalam pernyataan yang diposting di KCNA, bahwa Korea Utara memiliki “teknologi dan kemampuan yang memuaskan” dan sekarang yang tersisa hanyalah “fokus pada peningkatan jumlah pasukan.”
“Daripada meragukan atau mengkhawatirkan teknologi orang lain, lebih baik berpikir lebih dalam tentang tindakan pencegahan untuk membela diri,” katanya dilansir dari KCNA. Dia juga mengatakan bahwa jika Korea Utara menganggap kehadiran pasukan AS di kawasan itu sebagai ancaman, untuk itu mereka akan mengambil langkah-langkah yang sesuai, dan menambahkan “frekuensi penggunaan Samudra Pasifik sebagai jarak tembak kami bergantung pada sifat tindakan militer AS.”
Sehari sebelum insiden itu, Korea Utara mengakui telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang menjadi uji coba senjata jarak jauh ketiga yang diketahui dalam waktu kurang dari setahun. Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah mengatakan ICBM Hwasong-15 ditembakkan dalam latihan peluncuran kejutan ICBM di bawah perintah tertulis dari pemimpin Kim Jong Un. Uji coba itu menjadi bukti kemampuan Korea Utara untuk memberikan serangan balik yang fatal kepada musuh.