Populasi global telah mencapai 8 miliar, namun dikatakan pencapaian ini “bukan skenario kiamat” menurut pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa walaupun mereka menyerukan tindakan cepat untuk mengurangi bahan bakar fosil dan emisi.
Tingginya populasi global ini dikatakan saat ini sendiri cukup lambat, dan jika dipertahankan selama beberapa dekade, akan membantu mengurangi degradasi lingkungan. “Intensifnya pertumbuhan dan digabungkan peningkatan emisi gas rumah kaca” adalah hal yang berbahaya menurut pejabat PBB dalam pengarahan PBB pada 15 November 2022.
Menurut PBB, negara-negara dengan tingkat konsumsi dan emisi tinggi adalah negara yang memiliki populasi yang lambat, bahkan Maria-Francesca Spatolisano, seorang pejabat di Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB mengatakan mayoritas pertumbuhan itu terus terkonsentrasi “di antara negara-negara termiskin di dunia”.
Hal ini membuat khawatir berbagai aktor internasional menyusul KTT iklim COP27 yang menunjukan kekacauan dunia akibat pemanasan global. Populasi dunia mencapai tonggak sejarah 8 miliar minggu ini, dengan perkiraan PBB akan ada 9,7 miliar manusia di Bumi pada tahun 2050.
“Untuk mengantarkan dunia di mana 8 miliar orang dapat berkembang, kita memerlukan pemisahan cepat kegiatan ekonomi dari ketergantungan berlebihan pada energi bahan bakar fosil, serta efisiensi yang lebih besar dalam penggunaan sumber daya tersebut.” tutur Spatolisano.
Untuk itu, PBB mengajak negara-negara kaya untuk membantu negara-negara dengan perekonomian rendah untuk mneyelesaikan permasalahan bersama ini. “Negara-negara kaya dan komunitas internasional [dapat membantu] negara-negara berkembang menerima bantuan yang diperlukan agar ekonomi mereka dapat tumbuh.” Tetapi menegaskan bahwa bantuan harus dilakukan dengan menggunakan teknologi yang akan meminimalkan emisi gas rumah kaca di masa depan.
Spatolisano juga meminta negara-negara untuk “melipatgandakan” upaya mereka untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030. PBB memiliki 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dianggapnya sebagai “seruan mendesak untuk bertindak” bagi semua negara, termasuk menghilangkan kemiskinan, kelaparan, dan ketidaksetaraan, meningkatkan aksi iklim, dan menciptakan perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat secara global.
“Ketika dunia menghadapi krisis dan konflik global yang mengalir dan saling terkait, aspirasi yang ditetapkan dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan berada dalam bahaya,” tulis Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dalam laporan tahun 2022.
Wakil direktur eksekutif untuk manajemen Dana Kependudukan PBB (UNFPA), Ib Peterson, mengatakan tingkat keragaman antar negara yang belum pernah terjadi sebelumnya benar-benar unik. “Kami menganggap ini sebagai momen kisah sukses, bukan skenario dari awal mula kiamat,” katanya.
“Usia rata-rata di Eropa adalah 41 tahun, sedangkan usia rata-rata di Afrika sub-Sahara adalah 17 tahun. Jadi ini berarti orang-orang di seluruh dunia memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dan peluang yang sangat berbeda.” Peterson mengatakan perbedaan antar negara berarti solusi perlu disesuaikan di tingkat lokal.