Media pemerintah Korea Utara telah mengklaim bahwa serangkaian uji coba rudalnya itu adalah bagian dari serangkaian prosedur simulasi yang dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapannya menembakkan hulu ledak nuklir taktis pada target potensial di Korea Selatan. Hal ini meningkatkan ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan sejak tahun 2017.
Mengutip Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah mengatakan uji coba tersebut yang bertepatan dengan latihan militer terdekat antara Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang, menunjukkan Pyongyang siap untuk menanggapi serangan regional terutama jika terjadi ketegangan dengan dengan melibatkan “angkatan bersenjata yang besar.”
KCNA mengatakan serangkaian latihan “unit operasi nuklir taktis” Korea Utara menunjukkan bahwa “pasukan tempur nuklirnya” “sepenuhnya siap untuk menyerang dan memusnahkan objek yang ditetapkan di tempat yang dituju dalam waktu yang ditentukan.”
Jeffrey Lewis, direktur Program Nonproliferasi Asia Timur dan profesor di Institut Studi Internasional Middlebury, mengatakan pengumuman Korea Utara pada hari Senin menunjukkan potensi kemajuan dalam program misilnya. “Apa yang saya temukan penting bahwa peluncuran ini tidak dibingkai sebagai uji coba rudal itu sendiri, melainkan dari unit yang meluncurkannya. Itu menunjukkan sistem ini dikerahkan,” kata Lewis di Twitter.
Para ahli mengatakan bahwa Korea Utara kemungkinan telah memproduksi beberapa hulu ledak nuklir – “20 hingga 30 hulu ledak untuk pengiriman terutama oleh rudal balistik jarak menengah,” Hans Kristensen dan Matt Korda dari Proyek Informasi Nuklir dengan Federasi Ilmuwan Amerika, menulis pada bulan September, dilansir dari CNN.
Tetapi kemampuannya untuk meledakkan secara akurat di medan perang tidak terbukti. Namun, Pejabat Korea Selatan dan AS telah memperingatkan sejak Mei bahwa berdasarkan citra satelit menunjukkan aktivitas Korea Utara di lokasi uji coba nuklir bawah tanahnya mungkin sedang mempersiapkan uji coba nuklirnya.