Berbicara pada acara peringatan Perang Korea, Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara mengatakan bahwa negaranya “sepenuhnya siap untuk setiap konfrontasi militer” dengan Amerika Serikat, dilansir dari kantor berita negara Korea Utara, KCNA.
Komentar itu muncul di tengah kekhawatiran bahwa Korea Utara mungkin sedang mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh yang telah diperingatkan oleh pihak AS sejak bulan lalu bahwa Pyongyang memiliki “kesempatan” untuk melakukan tes semacam itu kapan saja dimana uji coba nuklir terakhir Korea Utara dilakukan pada tahun 2017. Perwakilan khusus AS untuk Korea Utara, Sung Kim mengatakan Pyongyang telah menguji rudal dengan repetisi paling banyak dan belum pernah terjadi sebelumnya sebanyak 31 kali pada tahun 2022, memecahkan rekor 25 kali percobaan pada tahun 2019.
Meskipun Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, Korea Utara mengklaimnya sebagai kemenangan melawan AS. Perayaan “Hari Kemenangan” tahunan ditandai dengan parade militer, kembang api, dan tarian. Dalam pidatonya untuk menandai hari “kemenangan” tersebut, Kim Jong Un mengatakan ancaman nuklir dari AS mengharuskan Korea Utara untuk mencapai “tugas sejarah yang mendesak” untuk meningkatkan pertahanan diri.
Pada pidato tersebut, Kim Jong Un juga mengatakan bahwa pemerintahan dan militer presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol akan “dilenyapkan” jika dia melakukan serangan pendahuluan. AS sendiri melihat percobaan rudal tersebut sebagai provokasi di kawasan, terutama Korea Selatan dan mitranya, Washington. Hingga pada bulan Juni Korea Selatan menanggapi dengan meluncurkan delapan rudalnya sendiri. Beberapa analis telah memperingatkan bahwa hal itu membawa risikonya sendiri dan dapat memicu perlombaan senjata.