Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melangsungkan invasi skala besar, kini Rusia tengah berusaha untuk mendapatkan bantuan militer dan ekonomi dari China, menurut pejabat Amerika Serikat (AS). Bantuan ini diperkirakan akan digunakan untuk untuk membantu menangkal sanksi luas yang dijatuhkan oleh AS dan negara-negara Eropa dan Asia.
Hal ini membuat khawatir banyak negara termasuk AS karena China memiliki teknologi militer yang canggih. Washington telah memberi tahu sekutunya bahwa Rusia telah meminta China untuk lima jenis peralatan, termasuk rudal darat-ke-udara. Kategori lainnya adalah drone, peralatan terkait intelijen, kendaraan lapis baja, dan kendaraan yang digunakan untuk logistik dan dukungan.
Namun ketika diminta kejelasannya, seorang pejabat senior administrasi mengatakan kepada kantor berita FT tentang daftar peralatan tidak akurat tanpa memberikan perincian lebih lanjut. Sebelum konflik Rusia dan Ukraina pecah, China sebenarnya lebih banyak membeli peralatan militer dari Rusia daripada sebaliknya. Namun, Rusia telah meningkatkan penjualan persenjataannya ke China dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi, saat ini China memiliki rudal dan drone yang memiliki kemampuan canggih yang dapat digunakan Rusia dalam invasinya ke Ukrainanya.
Hubungan antara Presiden China, Xi Jinping dan Putin juga menguat beberapa waktu terakhir, terutama semenjak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina. Saat ini, pemerintah AS tengah mengamati situasi itu dengan “sangat, sangat cermat”. Tidak sampai disitu, dilansir dari FT, Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional mengatakan bahwa “Jika China memilih untuk secara material mendukung Rusia dalam perang ini, kemungkinan akan ada konsekuensi bagi China,”
Pada senin, 14 Maret 2022, Sullivan juga kemudian bertemu dengan Yang Jiechi, anggota Politbiro elit Partai Komunis Tiongkok dan Direktur Komisi Urusan Luar Negeri Pusat China di Roma, Italia. Ia meminta kejelasan dan memberikan peringatan kepada Jiechi terkait wacana bantuan China kepada Russia.
Pertemuan itu terjadi satu hari setelah para pejabat AS mengatakan kepada The New York Times tentang permintaan Rusia untuk bantuan militer dan ekonomi dari China. Dimana sebenarnya rencana ini dijadwalkan sebelum perang di Ukraina dimulai dan direncanakan sebagai diskusi lanjutan dari pertemuan puncak melalui video antara Presiden Biden dan Xi pada November.
Sullivan sendiri berusaha menjamin bahwa AS “Tidak akan membiarkan itu berlanjut dan membiarkan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia,” katanya.
Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, mengatakan dia belum pernah mendengar permintaan dari Rusia. Justru ia menyebutkan bahwa “Situasi saat ini di Ukraina memang membingungkan,” seraya menambahkan bahwa Beijing juga menginginkan hasil akhir yang damai. Dilansir dari The New York Times, Liu juga mengatakan bahwa tujuan utama China saat ini bukan membantu Rusia, tetapi China “Prioritas tinggi sekarang adalah mencegah situasi tegang meningkat atau bahkan lepas kendali.”