Alutsista pertahanan menjadi salah satu aset penting guna mendukung pertahanan keamanan suatu negara. Tidak heran banyak negara terus berupaya mengembangkan kemampuan militernya dengan melakukan belanja pertahanan.
Filipina dikabarkan akan menyepakati kerja sama dengan India terkait BrahMos. Namun, negosiasi sempat tertunda dikarenakan batasan pandemi Covid-19.
BrahMos (PJ-10) merupakan rudal jelajah supersonik jarak menengah yang dapat diluncurkan dari kapal selam, kapal laut, pesawat terbang atau darat. India-Filipina melalui kerja sama antar pemerintah selanjutnya menyepakati pembelian peralatan keamanan termasuk rudal BrahMos yang memiliki jangkauan 290 km dan dapat membawa sekitar 200 kg.
BrahMos termasuk ke dalam salah satu rudal jelajah supersonik tercepat di dunia. Produksinya merupakan kerja sama antara Russian Federation‘s NPO Mashinostroyeniya dan India‘s Defence Research and Development Organisation (DRDO). Berikut adalah gambar dari BrahMos:
Gambar. BrahMos
Sumber. DNA India
Rudal jelajah supersonik BrahMos memiliki tampilan arsitektur jaringan-sentris, beberapa lintasan, dan kemampuan titik arah yang memungkinkan senjata untuk menyerang target darat dan laut di luar cakrawala.
BrahMos dilengkapi dengan propelan padat yang membuat sistem dengan akselerasi awal dan sistem ramjet berbahan bakar cair yang memungkinkan kecepatan Mach 3 atau sekitar 3704.4 km per jam.
Kapal dan rudal BrahMos berbasis darat mampu membawa hulu ledak semi-armor-piercing seberat 200 kilogram, sedangkan varian udara dapat membawa hulu ledak 300 kilogram. BrahMos dapat mencegat target permukaan pada ketinggian minimal 10 meter (32 kaki).
Filipina jadi Konsumen Pertama dari Asia Tenggara
Pembicaraan antara Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Rodrigo Duterte mengenai BrahMos sudah dilaksanakan sejak tahun 2019 lalu. Padahal, Filipina sudah melirik BrahMos sejak tahun 2016. Pembelian BrahMos akan menjadikan Filipina sebagai negara di Asia Tenggara pertama yang membeli sistem senjata yang dibuat oleh India-Rusia tersebut.
Proyek ini merupakan bagian dari Program Modernisasi Angkatan Bersenjata Filipina. Program modernisasi selama 15 tahun yang dimulai pada tahun 2012 ini diperkiraan membutuhkan biaya total lebih dari USD40 miliar. Sementara pelepasan dana saat ini ditujukan untuk Angkatan Laut. Sedangkan untuk Angkatan Darat Filipina memiliki persyaratan serupa untuk Sistem Rudal Berbasis Darat (LBMS).
Filipina kabarnya sudah mengalokasikan dana sekitar USD55,5 juta atau sekitar Rp797 miliar untuk pembayaran awal alutsista tersebut. Menurut situs web Departemen Manajemen Anggaran Filipina, terdapat dua “perintah penjatahan khusus” senilai 1,3 miliar peso dan 1,535 miliar peso dikeluarkan pada 27 Desember. Dana ini digunakan untuk menutupi persyaratan pendanaan awal untuk “Sistem Rudal Anti-Kapal Berbasis Pantai Proyek Akuisisi” Angkatan Laut Filipina.
Dikonfirmasi bahwa alokasi ini untuk sistem rudal BrahMos. Mereka menambahkan bahwa tim dari Angkatan Laut Filipina mengunjungi unit produksi BrahMos Aerospace di Hyderabad sebagai bagian dari proses akuisisi.
BrahMos Filipina untuk Mengatasi China
Dilansir dari Naval News, Filipina khawatir dengan kebangkitan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN atau Angkatan Laut China). Tentara China sudah menguasai banyak pulau seperti Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoal.
Penemuan drone kapal selam China baru-baru ini di Pulau Selayar di dekatnya dan undang-undang baru yang memungkinkan penjaga pantai China untuk menembaki kapal asing di perairan yang diklaim oleh China terus memicu ketegangan di wilayah tersebut.
Pengadaan Brahmos akan menawarkan Filipina cara untuk mencegah ekspansionisme China dan sedikit memulihkan keseimbangan militer antara kedua negara. Jika Filipina melanjutkan rencana pengadaan Brahmos, itu akan menjadi pelanggan ekspor pertama dari sistem tersebut.