Penyelidikan mengenai kerusuhan di Capitol Amerika pada tahun 2021 lalu masih berlanjut. Panel DPR Amerika Serikat dibentuk guna melanjutkan penyelidikan dan meminta keterangan langsung dari para anggota Kongres pada masa kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Baru-baru ini Panel Penyelidik Serangan 6 Januari meminta pemimpin Partai Republik, Kevin McCarthy, untuk melakukan wawancara dan beberapa catatan dokumen. Namun, McCarthy menolak permintaan Penyelidik Serangan 6 Januari tersebut.
McCarthy sebelumnya menyatakan bahwa mantan Presiden Donald Trump “bertanggung jawab” atas serangan di Capitol. “Trump seharusnya meminta massa mundur saat melihat kerusuhan terjadi,” kata McCarthy.
Namun, setelah itu McCarthy berubah pandangan dan mengatakan penyelidikan mengenai isu tersebut atas dirinya merupakan suatu tindakan tidak sah dan menyalahgunakan kekuasaan.
“Sebagai perwakilan dan pemimpin dari partai minoritas, tanpa penyesalan atau kepuasan, saya telah menyimpulkan untuk tidak berpartisipasi dalam penyalahgunaan kekuasaan komite terpilih yang menodai institusi kita hari ini dan akan merugikan juga di masa depan,” kata politisi Republik California tersebut.
McCarthy menilai Ia tidak memiliki pernyataan lain untuk diberikan pada penyelidik serangan 6 Januari. Hal ini dikarenakan wawancara akan berkaitan dengan pernyataan publik yang sudah diketahui dunia, dan juga perbincangan pribadi yang tidak berkaitan dengan serangan di Capitol.
McCarthy mengkritik kepemimpinan Biden
McCarthy dalam wawancara dengan Fox News sempat ‘mengejek’ Presiden Biden dan partai Demokrat. McCarthy menilai Biden sudah berada dalam tingkat terendah kepemimpinan, sehingga muncul isu bahwa Hillary Clinton akan naik lagi di tahun 2024 nanti.
Nama Hillary Clinton kembali setelah dua politisi Demokrat yakni Douglas E. Schoen dan Andrew Stein menyinggung Clinton.
Mantan Senator AS menilai, terdapat penurunan tingkatan dukungan pada Biden hingga di bawah 40 persen. Kondisi ini dikarenakan gagalnya Biden mengatasi pandemi Covid-19, dan dampaknya pada sosial ekonomi AS. Selain itu, Wapres AS Harris juga tidak populer, dan terdapat kekosongan kepemimpinan kuat Demokrat untuk pemilihan tahun 2024 nanti.
“Kondisi ini menunjukkan seberapa buruk ekonomi AS, bagaimana buruknya kepemimpinan Joe Biden sebagai presiden, sehingga mereka akan memberikan kembali kepemimpinan pada orang yang sudah ‘ditolak’ oleh negara,” kata McCarthy.
Clinton sebelumnya kalah dari Barack Obama di tahun 2008, dan Donald Trump tahun 2016, meskipun memenangkan suara populer. “Ini adalah hal yang memalukan bagi Demokrat.”
McCarthy diduga menutupi sesuatu
Liz Cheney dari partai Republik, sekaligus wakil ketua DPR AS, menilai McCarthy berupaya menutupi kebenaran.
Analis politik juga menilai McCarthy kemungkinan sedang menutupi kejahatan yang berpotensi telah dilakukan oleh Donald Trump. Tidak bisa dipungkiri bahwa McCarthy merupakan saksi dari kemungkinan kejahatan yang dilakukan oleh mantan presiden AS tersebut. Hal ini dikarenakan McCarthy melakukan pembicaraan dengan Trump pada masa serangan terjadi. Perbincangan ini bisa menjadi bukti langsung dari pemikiran dan skema Trump pada saat itu.
Bennie Thompson, Ketua Komite, ingin mengetahui kegiatan McCarthy sebelum, saat, dan sesudah serangan di Capitol berlangsung. Thompson mengusulkan agar McCarthy bertemu dengan komite bipartisan pada 3 atau 4 Februari 2021 lalu, dan menulis bahwa anggota panel “sangat menghormati hak prerogatif Kongres dan privasi anggotanya. Pada saat yang sama, kami memiliki tanggung jawab serius untuk menyelidikinya. sepenuhnya fakta dan keadaan dari peristiwa ini.”