Khawatir China dan Korut, PM Jepang Setuju Peningkatan Belanja Militer Jepang
Kementerian Pertahanan Jepang merilis pernyataan untuk meminta para pembuat keputusan agar menyetujui peningkatan belanja militer sekitar 20 persen dari budget di tahun 2020.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengatakan akan mempertimbangkan “semua cara” untuk melawan China, sehingga Kishida menyetujui rencana penambahan budget pertahanan. Sebelumnya, Kishida pernah menjanjikan rencana untuk menggandakan belanja militer menjadi 2 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) Jepang.
Selama beberapa dekade, belanja militer Jepang kurang dari 1 persen, yakni hanya sekitar 0.94 persen dari total GDP. Proposal penambahan dana militer akan meningkatkan belanja militer hingga 1.3 persen dari total GDP. Di sisi lain, aliansinya Jepang yakni Amerika Serikat juga menilai Jepang perlu meningkatkan kapabilitas militer domestiknya.
Isu penambahan budget militer Jepang tidak hanya guna mendukung kekuatan militer dan janji politiknya, namun juga mendukung perekonomian kontraktor pertahanan yang terganggu selama pandemi berlangsung. Pendekatan Kishida dinilai lebih tegas karena di satu sisi ingin “menyenangkan” pemimpin di partai politiknya, termasuk mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, sekaligus mempertahankan dukungan dan kekuasaannya.
Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, penambahan dalam budget militer merupakan hal biasa, namun jumlah sekitar 774 miliar yen merupakan jumlah terbesar yang pernah diambil selama ini. Jepang berencana meningkatkan sekitar USD6,75 miliar untuk belanja militer terutama pertahanan udara dan maritim, menyusul eskalasi ancaman dari China dan Korea Utara. “Keadaan keamanan di sekitar Jepang semakin memburuk dengan cepat, sehingga banyak program darurat yang harus dipercepat pengaplikasiannya.” kata Menteri Pertahanan Jepang.
China terus menekan Taiwan menggunakan kekuatan militer seperti puluhan pesawat tempur termasuk pengebom nuklir. Terakhir, sekitar 27 pesawat tempur masuk ke wilayah “abu-abu” sekitar Taiwan, sehingga tensi politik keamanan juga terus meningkat. Di sisi lain, Korea Utara terus melakukan percobaan atau tes rudal dan meningkatkan kapabilitas balistik yang mengancam perairan Jepang.
Tensi ini juga membuat Jepang khawatir karena China mengendalikan pulau berjarak sekitar 100 kilometer (62 mil) yang dipersenjatai kekuatan militer China. Pengendalian pulau akan menambah kekuatan dan akses China di sekitar Pasifik Barat. Maka dari itu, kondisi ini mengancam kestabilan wilayah regional, termasuk keamanan dalam rute perdagangan maritim yang menyuplai Jepang dengan minyak dan sumber mineral lainnya.
Peningkatan tambahan belanja militer Jepang dipercepat tiga bulan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dana tambahan pertahanan akan digunakan untuk memperbarui beberapa alutsista, pertama yakni peluncur rudal ke udara di pulau-pulau di tepi Laut Cina Timur. Kedua yakni baterai rudal Patriot PAC-3 yang merupakan garis pertahanan terakhir sebagai penangkal hulu ledak Korea Utara yang masuk. Ketiga yakni rudal anti-kapal selam, jet militer, pesawat patroli maritim, dan lain-lain.
Peningkatan dana militer akan menambah kapabilitas Pasukan Bela Diri Jepang atau Japan Self Defence Force (JSDF). Dengan budget ini, maka Jepang akan memiliki “kapabilitas menyerang pangkalan musuh.”