Darurat Covid-19 India: Jenazah Hingga Dikremasi Massal

Peningkatan kasus positif Covid-19 di India sedang menjadi perhatian dunia. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu satu minggu lalu yakni 18 – 25 April, tercatat 2.24 juta kasus baru yang menjadi rekor tertinggi Negara Anak Benua tersebut.
Dalam kurun sehari, lebih dari 360,000 kasus meningkat tajam dengan hampir 3000 kasus kematian per harinya. Namun banyak pihak mengatakan angka ini pasti lebih tinggi di lapangan dibandingkan yang tercatat.
Kasus Covid-19 di India
India menjadi negara kedua kasus positif Covid-19 tertinggi setelah Amerika Serikat (AS) dengan total 18 juta kasus positif dan kematian sekitar 201 ribu orang. Selanjutnya, rata-rata tes pengecekan Covid-19 di India juga cukup tinggi per harinya mencapai lebih dari 1,5 juta tes dengan persentase positif sekitar 20 persen.
Ledakan kasus ini dipengaruhi banyak faktor seperti ditemukannya temuan varian baru Covid-19 yang sudah bermutasi, termasuk kegiatan religius masyarakat India beberapa waktu lalu. Kegiatan Kumbh Mela atau Kumbha Mela merupakan festival penting bagi umat Hindu di India yang diselenggarakan dengan 4 tahap perjalanan keagamaan yang mengitari dan mandi di empat sungai suci di sekitar Sungai Gangga yakni Haridwar, Prayagraj, Ujjain dan Nashik.
Meskipun sedang dalam masa pandemi gelombang kedua, Festival Kumbh Mela tetap dihadiri jutaan masyarakat India yang memprioritaskan kegiatan keagamaan, namun tidak disertai dengan protokol kesehatan, mengingat semua masyarakat sangat berdekatan dan hanya sedikit yang menggunakan masker. Dampaknya, setelah itu kasus langsung meningkat ke 200 ribu dalam sehari untuk pertama kalinya.
Jenazah Dikremasi Massal dan Respons Internasional
Rumah sakit kewalahan membantu pasien, di mana ruangan termasuk tempat tidur rawat pasien, pasokan obat-obatan, dan oksigen semakin menipis dan langka di India bahkan di Ibu Kota Delhi.
Banyak pasien kritis dibiarkan di luar rumah sakit dan bahkan pasien harus berbagi tempat tidur dengan pasien lainnya. Kasus dan kondisi ini dikhawatirkan lebih rentan terjadi di wilayah pinggiran dan kaum marginal India.
Jacob John, seorang virologis, menyatakan lemahnya sistem dan akses pelayanan kesehatan, baik bagi petugas kesehatan, pasien Covid-19, dan korban meninggal membuat kasus Covid-19 di India semakin memburuk.
Banyaknya pasien yang meninggal membuat para petugas melakukan penguburan massal terbuka, yang dikhawatirkan jika kasus terus meningkat maka akan menggunakan sisi jalan untuk melakukan kremasi jenazah Covid-19.
Petugas bahkan meminta keluarga dari jenazah korban Covid-19 untuk menebang pohon-pohon di taman untuk kebutuhan kremasi jenazah keluarganya. Selain itu, masalah lain juga muncul karena pembakaran massal mengganggu pernapasan dan jarak pandang masyarakat sekitar.
Dalam upaya membantu India, Bank Dunia mendukung upaya Prancis dan AS mengirimkan bantuan teknis, suplai medis, dan keuangan untuk membantu stabilisasi sosial, kesehatan, dan ekonomi India. Namun, India menolak tawaran bantuan dari PBB dengan alasan masih memiliki sistem dan kemampuan mengatasi situasi ini.