Quadrilateral Security Dialogue

Prime Minister Anthony Albanese of Australia, Prime Minister Narendra Modi of India, Prime Minister Fumio Kishida of Japan, and President Joe Biden of the United States

August 8 2024

Kepentingan India di Tengah-Tengah QUAD

Chatrine Debora America, Asia Pacific, Politics, Security and Defence, Think amerika serikat, Australia, India, Jepang, Quadrilateral Security Dialogue 0

Pada 29 Juli 2024, Menteri Luar Negeri dari empat negara anggota Dialog Keamanan Kuadrilateral atau Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) mengadakan pertemuan untuk membahas kerja sama maritim. Mereka juga sekaligus membahas intimidasi dan tindakan berbahaya yang terjadi di Laut Cina Selatan tanpa menyebut negara Cina. QUAD awalnya dibentuk tahun 2007, namun hanya bertahan setahun sebelum akhirnya dibentuk kembali di tahun 2017. QUAD saat ini terdiri dari Amerika Serikat (AS), Australia, India, dan Jepang dengan berbagai agenda seperti keamanan, kesehatan, dan ekonomi. Sebelumnya, Australia bahkan sempat keluar dari forum ini dikarenakan tekanan politik dari Cina dikarenakan rivalitas AS dan Cina di wilayah Asia-Pasifik, namun pada tahun 2010, AS dan Australia kembali mengadakan latihan militer bersama.

Sejak tahun 2021, keempat negara semakin bersatu dikarenakan mereka memiliki kekhawatiran sama yakni tindakan agresif China di wilayah regional dan juga kepentingan untuk membangun kerja sama di berbagai sektor. Keempat negara juga sudah melakukan latihan militer bersama untuk pertama kalinya pada tahun 2020 lalu di India. Di antara ke empat negara ini, Amerika Serikat (AS), Australia, dan Jepang memang merupakan aliansi, sedangkan India menjadi negara mitra strategis. Jika dilihat dari perspektif Amerika Serikat (AS) dan aliansinya, negara-negara ini menginginkan adanya kerja sama guna mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, sekaligus menjaga kestabilan regional. Lalu, bagaimana posisi dan kepentingan India pada QUAD?

Perbedaan kepentingan antar negara?

Sejauh ini, QUAD masih merupakan forum dialog keamanan strategis informal yang berkaitan erat dengan Indo-Pasifik yang aman dan bebas, inklusif, dan sejahtera. Indo-Pasifik menjadi fokus dikarenakan berdasarkan laporan PBB yang menyatakan bahwa sekitar 42 persen dari ekspor dan 38 persen dari impor global diantisipasi akan melalui wilayah ini.

Meskipun sudah terbentuk cukup lama, namun negara anggota QUAD awalnya memiliki pandangan dan tujuan yang berbeda. Jepang awalnya menyoroti sifat demokratis dari keempat negara tersebut, sementara Australia masih ragu untuk menciptakan kesan bahwa kelompok ini merupakan aliansi formal.

Dalam konteks ini, posisi India cukup menarik. Menggunakan konsep otonomi strategis, India memilih untuk berada di tengah negara Barat dan juga aliansi Rusia. Otonomi strategis erat kaitannya dengan kebijakan politik, di mana tidak hanya memastikan aktor politik dapat membentuk hubungan internasional melalui aksi eksternalnya, namun juga tetap menjunjung tinggi pilihan kebijakan eksternalnya yang independen. Konsep ‘otonomi strategis’ tidak hanya berkaitan dengan isu pertahanan guna menemukan ‘keseimbangan’ antara strategi pertahanan internal dan eksternal, namun juga untuk mencari keseimbangan mencapai kepentingan pertahanan dan proyeksional yang memungkinkan kolaborasi dengan negara lain. Otonomi strategis India mencerminkan upaya mencari keseimbangan antara kepentingan pertahanan maritim internal dan eksternal, serta kolaborasi dan kerja sama dengan negara lain di berbagai aspek, baik dengan QUAD dan juga dengan Rusia.

Di satu sisi, bergabungnya India dengan QUAD mampu mendukung kepentingan strategis keamanan dan ekonominya dengan Cina. Terutama dikarenakan India juga memiliki konflik perbatasan berdarah dengan Cina di wilayah Himalaya. Latihan militer bersama dan kerjasama keamanan maritim dengan QUAD mampu membangun kemampuan militernya dan menyeimbangkan ancaman dari Cina, serta menambah pandangan bahwa India bisa bekerja sama dengan AS dalam isu keamanan. Dengan berpartisipasi pada QUAD, India juga dapat menyeimbangkan pengaruh Cina tanpa perlu terlibat dalam aliansi formal yang dapat mempengaruhi hubungan bilateralnya dengan negara anggota QUAD.

Tidak hanya bertemu dengan AS saat pertemuan QUAD, India yang diwakili Perdana Menteri Narendra Modi juga beberapa waktu lalu bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Interaksi ini menjadi salah satu alasan mengapa QUAD belum bisa secara terang-terangan menyatakan Cina sebagai lawan. Dalam satu aspek ini, QUAD terbagi terutama dalam bagaimana menangani hubungan dengan Cina dan dengan isu lainnya. QUAD yang dipimpin oleh AS ini juga tidak bisa membujuk India untuk memutuskan hubungan dengan Rusia dan sepenuhnya bersekutu dengan AS. Hal ini juga memungkinkan India untuk menjaga hubungan baik dengan Rusia dan berpartisipasi dalam QUAD tanpa kehilangan kemandirian kebijakannya. Sikap India yang ambivalen memungkinkan India berada di tengah-tengah, di mana India bersama QUAD menjadi sinyal bahwa India tidak mentolerir agresi regional China.

Lalu, bagaimana dengan masa depan QUAD? Dengan perbedaan hubungan negara-negara anggota QUAD dengan Cina, QUAD masih akan berada dalam posisi yang tidak mampu mengkonfrontasi Cina secara terbuka. Hal ini dikarenakan baik India, Australia, dan Jepang masih memerlukan hubungan baik dengan China sehingga QUAD tetap perlu mempertahankan pendekatan yang fleksibel dan inklusif agar mampu menampung berbagai kepentingan semua anggotanya. QUAD juga perlu semakin memperluas kerja samanya di berbagai sektor terutama keamanan, ekonomi, dan teknologi.

Quad-Quadrilateral-security-dialogue-india-US-australia-Japan-Law-Insider

April 4 2024

Masa depan Quad di Indo-Pasifik

Rifani Agnes Eka Wahyuni Asia Pacific, Politics, Security and Defence, Think Geopolitics, Indo-Pasifik, Quadrilateral Security Dialogue 0

Ketika Quad dihidupkan kembali pada tahun 2017, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi[1] mengatakan bahwa Quad akan menghilang seperti buih laut di lautan.[2] Hal itu termasuk dalam kategori angan-angan. Para anggota Quad telah menginvestasikan cukup banyak modal reputasi ke dalam Quad sehingga mereka tidak ingin Quad gagal, terutama setelah KTT tingkat pemimpin dilembagakan pada tahun 2021.

Akan tetapi, hal itu mungkin lebih mendekati kenyataan daripada para optimis yang membuat klaim besar bahwa Quad akan memberikan “kontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran seluruh kawasan Indo-Pasifik.”[3] Ini adalah tampilan yang buruk ketika dua pertemuan pemimpin secara berturut-turut harus dijadwal ulang. Pertemuan di Australia dibatalkan hanya seminggu sebelumnya ketika Presiden Biden tidak dapat melakukan perjalanan karena krisis politik dalam negeri terkait plafon utang.[4] Baru-baru ini, Presiden Biden tidak menerima undangan dari Perdana Menteri Modi[5] untuk mengadakan pertemuan para pemimpin di India pada bulan Januari, yang berarti pertemuan tersebut akan ditunda hingga paruh kedua tahun 2024[6].

Jadi, bagaimana arah Quad dan, yang terpenting, apakah ada perubahan dalam komitmen keempat anggotanya?

Salah satu sinyalnya adalah, setelah Presiden Biden tidak dapat menghadiri pertemuan di Australia, ada upaya untuk mengadakan pertemuan keempat mitra di Hiroshima di sekitar pertemuan G7. KTT Pemimpin 2023 memuncak dengan dikeluarkannya Pernyataan Bersama[7] dan, yang menarik, Pernyataan Visi Pemimpin Quad[8] yang menegaskan kembali “komitmen teguh” para pemimpin untuk bekerja melalui Quad.

Pengumuman-pengumuman penting termasuk:

Pernyataan Prinsip tentang Rantai Pasokan Energi Bersih di Indo-Pasifik dan Inisiatif Rantai Pasokan Energi Bersih yang diarahkan untuk memfasilitasi penelitian, pengembangan, dan proyek-proyek yang terkait dengan manufaktur dan penyebaran energi bersih.
Pembentukan Kemitraan Keamanan Kesehatan Quad, termasuk kegiatan untuk membangun kapasitas kawasan dalam mendeteksi dan merespons wabah penyakit yang berpotensi epidemi dan pandemi. Hal ini termasuk dukungan untuk sistem informasi kesehatan elektronik dan koordinasi tanggapan wabah.
Program Beasiswa Infrastruktur Quad, yang bertujuan untuk memberdayakan lebih dari 1.800 praktisi infrastruktur di kawasan ini untuk merancang, membangun, dan mengelola infrastruktur berkualitas di negara asal mereka, dan Kemitraan Quad untuk Konektivitas dan Ketahanan Kabel yang ditujukan untuk memperkuat sistem kabel di Indo-Pasifik.
Kerja sama dengan Palau untuk membangun penyebaran Jaringan Akses Radio Terbuka (Open RAN) untuk memungkinkan negara-negara memperluas dan memodernisasi jaringan telekomunikasi mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa komitmen keempat negara Quad terhadap Quad terus berlanjut, sejalan dengan apa yang digambarkan oleh para pemimpin sebagai “agenda positif dan praktis” Quad.

Hal ini melanjutkan catatan inisiatif Quad yang memenuhi dua tujuan: membangun hubungan yang lebih luas di seluruh anggota Quad dan menggunakan kemitraan untuk menyediakan barang publik bagi negara lain. Pada tujuan pertama ini, lintasan Quad adalah untuk meningkatkan kerja sama di antara para pejabat, militer, dan kelompok kerja.

Pertemuan pejabat tingkat tinggi telah menjadi hal yang biasa dilakukan, yang mencakup kepala angkatan laut dari keempat negara anggota. Australia diundang untuk bergabung kembali dengan latihan angkatan laut tahunan Malabar pada tahun 2020 dengan mitra Quad,[9] dan serangkaian kelompok kerja telah dibentuk.[10] Kelompok kerja Quad telah terlibat dalam berbagai masalah utama yang menjadi kepentingan publik global mulai dari kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ruang angkasa, komunikasi, dan dunia maya, yang berkontribusi pada penyediaan barang publik. Quad juga berfokus pada hubungan antar masyarakat di antara para anggotanya. Quad Fellowship[11], yang didirikan pada tahun 2021, telah menerima 100 mahasiswa doktoral dan magister dari anggota Quad setiap tahunnya untuk menempuh pendidikan di universitas-universitas STEM terkemuka di Amerika.

Ini semua adalah perkembangan yang positif. Namun, orang-orang yang melihat Quad sebagai perubahan besar dalam lingkungan strategis kemungkinan akan kecewa. Langkah-langkah seperti ini tidak langsung transformatif untuk stabilitas dan kemakmuran di seluruh wilayah Indo-Pasifik yang luas. Sering kali, langkah-langkah itu tidak terlalu mencolok. Tetapi mereka memenuhi tujuan untuk membangun jaringan integrasi di antara empat anggota Quad – sambil memberikan kontribusi praktis, meskipun sering kali dalam skala kecil, kepada negara-negara lain di kawasan ini. Secara lebih halus, pekerjaan yang dilakukan Quad dalam hal standar dan prinsip – seperti Prinsip-prinsip Quad tentang Standar Teknologi Kritis dan Berkembang[12], Prinsip-prinsip Bersama Quad untuk Perangkat Lunak yang Aman,[13] dan Prinsip-prinsip Bersama Quad untuk Keamanan Siber untuk Infrastruktur Kritis[14] – semuanya memberikan alternatif bagi standar Cina sebagai standar baku.

Setelah terbentuk dan membangun momentumnya, berbagai kelompok kerja, jaringan, dan kontak di tingkat pejabat akan terus berlanjut, secara bertahap membangun kebiasaan kerja sama.[15] Konstituen pendukung Quad terus berkembang di luar lingkaran keamanan di setiap negara.[16]

Semua faktor ini berarti bahwa hilangnya Quad sangat tidak mungkin terjadi selama lingkungan geopolitik yang mendorongnya terus berlanjut.[17] Pertanyaannya adalah seberapa besar dampaknya. Yang terburuk, ini bisa menjadi salah satu institusi zombie dalam urusan internasional.[18] Yang terbaik, secara bertahap akan membangun hubungan antara keempat negara, yang akan memberikan efek limpahan positif bagi negara-negara Indo-Pasifik lainnya. Jawabannya akan ditentukan oleh komitmen keempat negara anggota,[19] termasuk dorongan mereka untuk terlibat, tingkat dukungan domestik, dan kapasitas birokrasi.[20]

Jadi, apakah keempat anggota terus bersikap positif terhadap kerja sama melalui Quad? Sikap positif Australia terhadap Quad sepertinya tidak akan berubah, mengingat kesesuaian antara Quad dan tujuan kebijakan luar negeri Australia yang lebih luas. Aliansi AS, meningkatkan kerja sama keamanan dengan Jepang, dan meningkatkan hubungan dengan India di semua tingkatan adalah beberapa tujuan utama Australia. Quad dipandang sebagai pilar utama dalam kebijakan luar negeri Australia yang melengkapi kerja sama lainnya.[21] Hal ini menunjukkan bahwa Australia kemungkinan akan tetap antusias dan memberikan sumber daya. Jepang juga demikian, tanpa perubahan pendekatan yang jelas.[22]

Meskipun Quad merupakan pusat dari Strategi Indo-Pasifik AS, saat ini, AS terganggu dan kemungkinan akan tetap seperti itu. Pada tahun pemilihan umum AS, isu-isu domestik akan mendominasi. Bahkan dalam kebijakan internasional, perang di Eropa dan Timur Tengah berarti perhatian AS terhadap Asia akan lebih terbatas.

Namun, ini berarti bahwa peran India akan sangat penting.[23] Variabel kunci untuk kesuksesan Quad adalah tingkat komitmen dan kepentingan India dalam keberhasilannya. Saat ini, tampaknya ada basis dukungan yang tahan lama untuk Quad di keempat negara anggota.[24]

Jadi, apa yang seharusnya menjadi langkah selanjutnya untuk Quad? Seharusnya Quad terus melakukan apa yang telah dilakukannya,[25] fokus pada pemenuhan janji-janjinya dan membangun area-area yang telah berhasil. Inilah yang pada akhirnya akan menjadikannya lebih dari sekadar buih-buih buih laut dan gelembung tanpa substansi di baliknya. Keberhasilan Quad sangat penting bagi Indo-Pasifik yang terbuka dan aman.

[1] Rej, A. (2020, October 15). China and the Quad: From sea foam to Indo-Pacific NATO. The Diplomat. https://thediplomat.com/2020/10/china-and-the-quad-from-sea-foam-to-asian-nato/

[2] Moyle, B. E. (2019, July 17). Foam in the Ocean? Quad 2.0 at 18 months – Australian Institute of International Affairs. Australian Institute of International Affairs. https://www.internationalaffairs.org.au/australianoutlook/foam-ocean-quad-2-at-18-months/

[3] Downer, A. (2021, March 21). Why the Quad’s a big strategic step forward for Australia. Australian Financial Review. https://www.afr.com/policy/foreign-affairs/why-the-quad-s-a-big-strategic-step-forward-for-australia-20210321-p57cl3

[4] ABC News. (2023, May 17). US President Joe Biden postpones Australia visit due to domestic debt ceiling crisis. ABC News. https://www.abc.net.au/news/2023-05-16/biden-postpones-australian-visit-quad-summit-debt-ceiling/102354318

[5] Sen, S. R. (2023, December 12). India Says Proposed Quad Summit Postponed to Later in 2024. Bloomberg. https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-12-12/india-says-proposed-quad-summit-postponed-to-later-in-2024

[6] Yeshi Seli. (2023, December 12). Quad Summit pushed to second half of 2024 after Biden fails to confirm presence as R-Day chief guest. The New Indian Express. https://www.newindianexpress.com/nation/2023/Dec/12/quad-summit-pushed-to-second-half-of-2024-after-biden-fails-to-confirm-presence-as-r-day-chief-guest-2640887.html

[7] Quad leaders’ joint statement. (2023, May 20). Prime Minister of Australia. https://www.pm.gov.au/media/quad-leaders-joint-statement

[8] Quad leaders’ vision statement – Enduring partners for the Indo-Pacific. (2023, May 20). Prime Minister of Australia. https://www.pm.gov.au/media/quad-leaders-vision-statement-enduring-partners-indo-pacific

[9] https://www.foreignminister.gov.au/minister/marise-payne/media-release/australia-participate-exercise-malabar-2020?_gl=1*1k23pno*_ga*MjA5MDEzMDQ2NC4xNzAxOTI1NjA4*_ga_8Z18QMQG8V*MTcwNjc1MTIyMi4xMC4xLjE3MDY3NjQwMzAuNTQuMC4w

[10] https://www.pmc.gov.au/quad-2023/quad-working-groups

[11] Elevating the brightest minds in STEM for collective good. (n.d.). Quad Fellowship. https://www.quadfellowship.org/

[12] https://www.pmc.gov.au/resources/quad-leaders-summit-2023/critical-and-emerging-technology#:~:text=Quad%20Principles%20on%20Critical%20and,%2C%20openness%2C%20security%20and%20interoperability.

[13] Quad Cybersecurity Partnership: Joint Principles for secure software. (2023, May 20). Ministry of External Affairs, Government of India. https://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/36574/Quad_Cybersecurity_Partnership_Joint_Principles_for_Secure_Software

[14] Quad cybersecurity partnership: Joint principles for secure software. (2023, May 20). PM&C. https://www.pmc.gov.au/resources/quad-cybersecurity-partnership-joint-principles-secure-software

[15] Muttreja, I. (2023, March 28). India-China relations: Is the Quad the answer? Chatham House – International Affairs Think Tank. https://www.chathamhouse.org/2023/03/india-china-relations-quad-answer

[16] Mohan, G., & Govella, K. (2022, June 21). The future of the quad and the emerging architecture in the Indo-Pacific. GMFUS. https://www.gmfus.org/news/future-quad-and-emerging-architecture-indo-pacific

[17] Lee, L. (2020, May 20). Assessing the Quad: Prospects and limitations of quadrilateral cooperation for advancing Australia’s interests. Lowy Institute. https://www.lowyinstitute.org/publications/assessing-quad-prospects-limitations-quadrilateral-cooperation-advancing-australia-s

[18] Gray, J. (2018). Life, death, or zombie? The vitality of international organizations. International Studies Quarterly, 62(1), 1-13.

[19] Lee, L. Op.Cit.

[20] Mohan, G., & Govella, K. (2022b, June 21). The future of the quad and the emerging architecture in the Indo-Pacific. GMFUS. https://www.gmfus.org/news/future-quad-and-emerging-architecture-indo-pacific

[21] https://www.dfat.gov.au/international-relations/regional-architecture/quad

[22] Advancing the Common Vision of a Free and Open Indo-Pacific: a Statement by PM Kishida Following the Quad Leaders’ Meeting. (2022, June 23). The Government of Japan. https://www.japan.go.jp/kizuna/2022/06/quad_leaders_meeting.html

[23] The National Bureau of Asian Research. (2023, October 30). India and the Quad: When a “Weak link” is powerful – The National Bureau of Asian Research (NBR). The National Bureau of Asian Research (NBR). https://www.nbr.org/publication/india-and-the-quad-when-a-weak-link-is-powerful/

[24] Mohan, G., & Govella, K. (2022b, June 21). The future of the quad and the emerging architecture in the Indo-Pacific. GMFUS. https://www.gmfus.org/news/future-quad-and-emerging-architecture-indo-pacific

[25] Channer, H. (2021, September 16). Roadmap to Quad success: Practical recommendations for action and sustainability. https://perthusasia.edu.au/research-insights/publications/roadmap-to-quad-success-practical-recommendations-for-action-and-sustainability/

May 20 2021

Pertemuan AS dan Korsel: Negosiasi Keanggotaan QUAD Plus?

Chatrine Debora America, Asia Pacific, Security and Defence, Think Joe Biden, Moon Jae In, Pertahanan Keamanan, Quadrilateral Security Dialogue, Summit 0

Setelah bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan bertemu dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae In di Washington pada tanggal 21 Mei besok. Pendekatan Biden pada negara-negara maju di Asia Timur ini menunjukkan fokus Biden dalam melihat pentingnya memperkuat kerja sama dengan aliansinya di wilayah Asia Timur, terutama dalam menghadapi rivalnya China di wilayah Indo Pasifik. Hubungan dekat AS-Korsel semakin memunculkan pertanyaan terkait keanggotaan Korsel dengan The Quadrilateral Security Dialogue (Quad) Plus yang akan membantu Korsel memperkuat hubungan dengan aliansinya terkait berbagai isu di wilayah regional dan global termasuk Nuklir Korea, pandemi Covid-19, dan lain-lain. Namun, akankah Korsel masuk ke dalam QUAD Plus?

QUAD baik untuk AS, buruk untuk China

QUAD saat ini beranggotakan empat negara yakni AS, India, Jepang, dan Australia yang awalnya dimaksudkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan saat bencana di Samudera Hindia.^[1] QUAD dalam perkembangannya semakin luas dengan membahas berbagai isu strategis di antara negara anggota, baik dalam aspek politik dan militer terutama berkaitan dengan peningkatan pengaruh ekonomi dan militer China di wilayah Indo Pasifik. QUAD dalam era Biden akan lebih kepada menyatukan negara-negara yang memiliki pandangan dan tujuan bersama dalam menjaga dan memastikan wilayah Indo Pasifik yang bebas, damai, dan terbuka. Pendekatan multilateralisme ini digunakan menyusul peningkatan kekuatan dan pengaruh ekonomi dan militer China, sehingga memunculkan kemungkinan diperluasnya kerja sama QUAD dengan tambahan kerja sama dengan negara lain seperti Korea Selatan, Vietnam, dan Selandia Baru menjadi QUAD Plus.^[2] Namun, pembahasan mengenai QUAD Plus ini juga masih sangat dini dan menjadi perdebatan mengingat terdapat beberapa faktor ketergantungan ekonomi dan kondisi wilayah regional dengan China membuat adanya keengganan negara untuk mengkonfrontasi China secara terbuka.

Terkait keanggotaan baru di QUAD Plus ini, Korsel menyatakan belum ada pertemuan formal lanjutan baik dengan China maupun AS. Namun, China yang melihat QUAD sebagai “NATO Indo-Pasifik” melihat perkumpulan ini menjadi tantangan dan ancaman dalam pencapaian ambisi politik, militer, dan ekonomi kawasannya. Kekhawatiran China tergambar dari cukup seringnya China memastikan apakah Korsel masih memiliki keinginan untuk bergabung dengan QUAD. Selain Korsel, negara Bangladesh juga sempat diperingatkan China terkait keinginan bergabung dengan QUAD dan menyarankan agar bersama melawan upaya hegemoni AS di Asia Selatan.^[3] China memperingatkan Bangladesh akan “konsekuensi” keanggota di QUAD yang bias mengubah hubungan politik dan ekonomi kedua negara. Peringatan ini bukan tanpa alasan karena China tidak menginginkan pengaruh dan kepemimpinan AS dengan “NATO Indo-Pasifik” nya menjadi lebih meluas, sehingga semakin membatasi ruang gerak dan pengaruhnya di Asia Selatan. Usul China dilihat Bangladesh sebagai intervensi pada kebijakan luar negeri domestiknya, di mana AS membalas dengan menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap hak negara memutuskan kebijakannya sendiri.^[4] Penting bagi AS dan China untuk mengetahui batasan-batasan dalam politik termasuk tekanan dan usul politik untuk menghindari kesalahan persepsi yang merugikan negara dan digunakan sebagai bumerang politik oleh rival negara.

Strategi Ambiguitas Korsel antara China dan AS

Hubungan politik terus berubah dan mengalami dinamika, sehingga terkadang tidak ada musuh dan teman abadi karena bergantung kembali pada kepentingan, fokus, dan tujuan politik yang ingin dicapai pada masa tersebut. Termasuk dalam hal ini Korsel di antara kekuatan AS dan China, di mana Korsel meski sangat dekat dengan AS juga tetap menjaga “keseimbangan” hubungannya dengan China.^[5] Strategi “main aman” Korsel menunjukkan kebijakan ambigu yang membuat keanggotaan Korsel di QUAD Plus pun akan cukup sulit tercapai, jika itu yang diinginkan AS. Strategi ini berkaitan dengan konsep hedging (membatasi) yakni strategi campuran yang digunakan negara saat melihat adanya risiko ancaman keamanan dari negara besar, namun dengan tetap mengupayakan aspek diplomasi dan kerja sama ekonomi.^[6] Dalam menjaga risiko keamanan nasional dan regionalnya, terutama karena nuklir Korea Utara (Korut), Korsel tetap berhati-hati dalam bergabung dengan AS dalam QUAD karena meskipun kerja sama keamanan dan politik dengan AS dan aliansi lain meningkat, namun juga akan menambah pandangan ancaman dan kebijakan keras dari China dan Korut. Risiko terlalu tinggi ini tidak bisa diambil Korsel saat ini mengingat Korsel juga menginginkan adanya upaya diplomasi dan negosiasi terlebih dahulu dengan Korut untuk upaya denuklirisasi.

Dengan AS, kerja sama Korsel bergantung banyak pada kapabilitas keamanan, namun dari aspek ekonomi China menjadi salah satu rekan dagang Korea, sehingga secara ekonomi memang Korsel dan China saling membutuhkan. Terlebih mengingat bahwa keputusan yang diambil Korsel dalam keanggotaan QUAD ini dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi China pada Korsel yang dibutuhkan terutama dalam masa pandemi Covid-19 untuk mencapai pemulihan ekonomi negara. Pada dasarnya Korsel akan tetap berupaya memadukan kekuatan politik, ekonomi, dan wilayah geografisnya di antara dua kekuatan ini, mengingat fokus Moon Jae In saat ini adalah upaya denuklirisasi dan peningkatan hubungan dengan Korut. Upaya negosiasi ini akan terus diupayakan Korsel dengan memperhatikan pengaruh dan peran AS-China dalam menekan Korut terkait nuklirnya.

Risiko keamanan nuklir dari Korut sangat nyata untuk Korsel, di mana China memiliki peran dan pengaruh besar untuk menurunkan eskalasi ancaman dan provokasi Korut di Semenanjung Korea. Maka dari itu, keanggotaan dengan QUAD tidak terlalu baik untuk hubungan Korsel-China, sehingga strategi hedging ini dipilih Korsel untuk tetap beraliansi dengan AS, namun berhubungan baik juga dengan China terutama dari sisi ekonomi dan politik yang akan berpengaruh bagi kestabilan dan keamanan wilayah regionalnya. Meskipun akan terdapat batasan kerja sama baik pada AS dan China, namun pilihan untuk tetap bekerja sama dengan AS masih tetap bisa dilakukan, meskipun tanpa menambah keanggotaan di QUAD demi keseimbangan politik dengan China.

^[1] Harsha Kakar, (2021), Economic dimension key to Quad success, The Statesman, https://www.thestatesman.com/opinion/economic-dimension-key-quad-success-1502953752.html

^[2] European Parliamentary Research Service, (2021), The Quad: An emerging multilateral security framework of democracies in the Indo-Pacific region, European Parliament, https://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2021/690513/EPRS_BRI(2021)690513_EN.pdf

^[3] Nilotpal Bhattacharjee, (2021), China’s Warning to Bangladesh on the Quad, The Diplomat, https://thediplomat.com/2021/05/chinas-warning-to-bangladesh-on-the-quad/https://thediplomat.com/2021/05/chinas-warning-to-bangladesh-on-the-quad/

^[4] Ibid.,

^[5] Rachel Zhang dan Jun Mai, (2021), China checks if Seoul still cool on joining US-led Quad alliance, South China Morning Post, https://www.scmp.com/news/china/diplomacy/article/3130775/china-checks-if-seoul-still-cool-joining-us-led-quad-alliance

^[6] Park Jin, (2020), Korea Between the United States and China: How Does Hedging Work?, Joint U.S.-Korea Academic Studies, https://keia.org/wp-content/uploads/2020/05/korea_between_the_united_states_and_china.pdf