Ketegangan China-Taiwan dalam Pacific Islands Forum
Pacific Islands Forum (PIF) merupakan organisasi antar pemerintah yang berdiri sejak tahun 1971 dan terdiri dari 18 negara-negara di wilayah Pasifik yaitu Australia, Kepulauan Cook, Negara Federasi Mikronesia, Fiji, Polinesia Prancis, Kiribati, Nauru, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Niue, Palau, Papua Nugini, Republik Kepulauan Marshall, Samoa, Kepulauan Solomon, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu. Didirikan dengan tujuan memperkuat kerjasama politik, ekonomi, dan keamanan di antara anggotanya, PIF memainkan peran penting dalam kawasan ini.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PIF di Tonga
Pada Agustus 2024, para pemimpin PIF mengadakan KTT di Neiafu, Vava’u, Tonga, berdiskusi tentang keamanan, pendanaan iklim, dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung terkait dengan Taiwan dan China, dimana diketahui hubungan diplomatik antara negara-negara Forum Kepulauan Pasifik itu ‘terbagi’ memiliki hubungan baik dengan Beijing, dan negara-negara lain seperti Kepulauan Marshall, Palau, dan Tuvalu lebih dekat kepada Taipei.
Peralihan Kepulauan Solomon dari Taiwan ke China
Kepulauan Solomon, sebagai salah satu mitra utama China di Pasifik Selatan, telah melobi agar Forum Kepulauan Pasifik mencabut status kemitraan Taiwan. Menteri Luar Negeri Kepulauan Solomon, Peter Agovaka, menilai Taiwan tidak memenuhi syarat sebagai negara berdaulat, dan mengusulkan agar status kemitraan Taiwan dalam forum ini dievaluasi. “Saya pikir peninjauan ulang itu akan memastikan bahwa Forum Kepulauan Pasifik adalah organisasi antarpemerintah yang mematuhi hukum internasional,” ujarnya, seperti dimuat AFP.
Namun demikian, meskipun ada tekanan dari China dan sekutunya untuk mengecualikan Taiwan sebagai mitra pembangunan, KTT diakhiri dengan penegasan kembali keterlibatan forum bersama Taiwan, dan menolak seruan pemutusan hubungan dengan Taiwan. Mereka menegaskan bahwa negara-negara Kepulauan Pasifik akan merujuk pada perjanjian tahun 1992, di mana mereka diizinkan menjalin hubungan dan pembicaraan dengan Taiwan.
Bagaimana Keputusan Diplomatik Memengaruhi PIF?
Hal ini menjadi menarik, dimana awalnya, sejak kemerdekaan Kepulauan Solomon, negara ini telah menjadi mitra strategis utama Taiwan di kawasan Pasifik Selatan. Namun, pada tahun 2019, Kepulauan Solomon membuat keputusan untuk mengalihkan hubungan diplomatiknya dari Taiwan ke China. Keputusan ini tidak terlepas dari ketegangan yang berlangsung antara China dan Taiwan di Pasifik Selatan, di mana negara-negara di kawasan ini secara strategis mempertimbangkan manfaat ekonomi dan diplomatik dalam menentukan arah kebijakan luar negeri mereka[1].
Alasan Kepulauan Solomon beralih kerjasama bersama China berkaitan dengan kepentingan nasionalnya. Di tengah tantangan keamanan internal seperti ketegangan sosial dan ketidakstabilan hukum, Kepulauan Solomon melihat dukungan dari China sebagai peluang yang lebih baik dibanding Taiwan, untuk memperkuat kepolisian nasional dan meningkatkan stabilitas domestik[2]. Kerja sama dengan China juga dinilai dapat mengatasi tantangan pembangunan melalui proyek-proyek infrastruktur yang didanai China, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan, yang akan meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Kepulauan Solomon. Sedangkan dari sudut pandang China, kemitraan ini penting untuk dapat memperluas pengaruhnya di kawasan Pasifik, sekaligus mendukung inisiatif Belt and Road Initiative (BRI).
Investasi China di kawasan telah perlahan meningkatkan ketergantungan ekonomi negara-negara Pasifik pada China, yang digunakannya dalam memperkuat dukungan politik di arena internasional. Selain itu, dengan adanya kebijakan One China Policy, China kemudian secara aktif menekan negara-negara PIF untuk tidak mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat, dengan memberikan ancaman atau janji bantuan ekonomi yang lebih besar.
Tidak hanya Kepulauan Solomon, nyatanya, Pasifik Selatan pernah dianggap sebagai benteng pendukung klaim Taiwan atas kenegaraannya, tetapi China telah secara sistematis meruntuhkannya, dimana dalam lima tahun terakhir, Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Nauru, semuanya telah dibujuk untuk beralih mengakui Beijing alih-alih Taipei. Beijing bersikeras untuk sekutu diplomatiknya menarik pengakuan atas pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
Adapun Palau, Kepulauan Marshall, dan Tuvalu sejauh ini masih mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taipei, tetapi menghadapi tekanan terus-menerus untuk beralih. Palau sendiri diketahui akan menyelenggarakan pemilu tahun ini, di mana hubungan negara itu dengan Taiwan dan kemungkinan beralih ke China Menjadi topik pembicaraan utama dalam kampanye.
China dan Taiwan di Pasifik Selatan
Hal yang terjadi di Pasifik Selatan memperlihatkan bagaimana China dan Taiwan memanfaatkan pengaruh mereka untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri negara-negara PIF dan bagaimana keputusan-keputusan tersebut dapat mempengaruhi stabilitas serta arah geopolitik kawasan. Ketegangan geopolitik saat ini semakin mempengaruhi organisasi ini, walaupun PIF tetap mempertahankan hubungan dengan Taiwan, meskipun dihadapkan pada tekanan dari China, yang menunjukkan bahwa meskipun ada ancaman dan tawaran dukungan dari Beijing, negara-negara di Pasifik tetap mengedepankan kepentingan mereka sendiri, yang kadang-kadang melawan tekanan luar. Namun, forum tetap tidak dapat membatasi tiap negara anggotanya untuk bekerja sama dengan negara manapun, dalam hal bilateral, seperti yang terjadi pada Kepulauan Solomon. Keputusan peralihan kerjasama Kepulauan Solomon dari Taiwan ke China adalah contoh nyata dari bagaimana negara-negara kecil dapat dipengaruhi oleh pertimbangan strategis dan ekonomi. Kepulauan Solomon melihat dukungan dari China sebagai solusi yang lebih menguntungkan untuk tantangan domestik dan pembangunan infrastruktur, saat China, melalui Belt and Road Initiative (BRI), menawarkan bantuan ekonomi dan pembangunan yang signifikan, yang dilihat sebagai cara untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, membuat negara-negara kecil sering ‘terjebak’ dalam permainan kekuatan besar dan bagaimana investasi asing dapat mengubah lanskap politik domestik. Secara perlahan, China meruntuhkan dukungan untuk Taiwan di kawasan Pasifik. Dengan mengalihkan dukungan diplomatik dari Taiwan ke China, di mana negara-negara PIF dihadapkan pada pilihan antara dukungan yang berpotensi menguntungkan dari China dan hubungan historis mereka dengan Taiwan.
Pada akhirnya, ketegangan antara China dan Taiwan tidak hanya akan mempengaruhi hubungan bilateral tetapi juga memiliki dampak luas pada aliansi regional dan stabilitas kawasan. Negara-negara PIF harus menavigasi antara berbagai tekanan dan peluang, sambil mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka terhadap stabilitas domestik dan hubungan internasional mereka.
[1] Katong Ragawi Numadi, “Cheque Book Diplomacy Di Balik Kebijakan Peralihan Hubungan Diplomatik Solomon Islands Dari Taiwan Ke China Pada Tahun 2019,” Jurnal Hubungan Internasional 16, no. 2 (2023): 338–358.
[2] Gordon Nanau, “Solomon Islands–China Security Deal Is about Local Needs Not Geopolitics,” East Asia Forum June, no. 11 (2022).