Meninjau Produk Intel di China: Bagian dari Ketegangan AS-China
Pada Rabu (16/10), Asosiasi Siber China (Cybersecurity Association of China/CSAC) menyatakan bahwa produk Intel dari perusahaan pembuat cip asal Amerika Serikat yang dijual di China harus menjalani tinjauan keamanan karena “merugikan” keamanan nasional dan kepentingan China.
Meskipun CSAC merupakan kelompok industri dan bukan lembaga pemerintah, asosiasi ini memiliki hubungan erat dengan negara China. Serangkaian tuduhan terhadap Intel yang dipublikasikan melalui akun resmi WeChat mereka dapat memicu tinjauan keamanan oleh otoritas siber China, yakni Administrasi Siber China (Cyberspace Administration of China/CAC).
Dalam pernyataannya, CSAC menyarankan agar dilakukan tinjauan keamanan jaringan terhadap produk-produk Intel yang dijual di China untuk “melindungi secara efektif keamanan nasional China serta hak dan kepentingan sah konsumen China.”
Sementara itu, baik Intel maupun CAC belum memberikan tanggapan terkait permintaan komentar akan hal itu.
Sebelumnya, CAC diketahui pernah memberikan pelarangan pembelian produk dari pembuat cip memori asal AS, Micron Technology Inc., setelah produk perusahaan tersebut dianggap gagal dalam tinjauan keamanan jaringannya.
“Hubungan antara AS dan China saat ini rapuh, dan semakin banyak pembicaraan tentang pembatasan perdagangan serta tarif, semakin mungkin salah satu pihak akan membalas dalam situasi saling berbalas,” ungkap Dan Coatsworth analis investasi dari AJ Bell. Hal ini sejalan dengan pemberitaan perkiraan pelarangan teknologi otomotif China di AS beberap waktu lalu.
Dalam unggahan di WeChat, CSAC menuduh cip Intel, termasuk prosesor Xeon yang digunakan dalam tugas-tugas kecerdasan buatan (AI), memiliki sejumlah kerentanan. Mereka menyimpulkan bahwa Intel “memiliki cacat besar dalam hal kualitas produk dan manajemen keamanan, yang menunjukkan sikap sangat tidak bertanggung jawab terhadap pelanggan.” Kelompok industri ini juga menambahkan bahwa sistem operasi yang tertanam dalam semua prosesor Intel rentan terhadap backdoor yang diduga dibuat oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA). CSAC menyatakan, “Hal ini menimbulkan ancaman besar bagi infrastruktur informasi, dan penggunaan produk intel dapat menimbulkan risiko serius bagi keamanan nasional China.
Produk Intel dan Ancaman terhadap Keamanan China
Dalam konteks geopolitik yang semakin memanas antara Amerika Serikat dan China, isu keamanan nasional tidak hanya terbatas pada pertahanan militer, tetapi juga mencakup sektor teknologi seperti masalah produk Intel. Salah satu kasus nyata seperti tuduhan CSAC terhadap Intel, yang menyebutkan bahwa produk cip perusahaan asal AS tersebut berpotensi merugikan keamanan nasional China. Tuduhan ini mengacu pada dugaan adanya kerentanan keamanan dalam produk-produk Intel, termasuk kemungkinan backdoor yang dapat dieksploitasi oleh Amerika Serikat melalui Badan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA). Untuk memahami lebih dalam mengenai implikasinya bagi keamanan nasional, kita dapat melihat ini dalam perspektif keamanan siber, dalam konteks pertahanan nasional yang berkembang seiring dengan digitalisasi global.
Keamanan siber memandang bahwa kerentanan teknologi informasi dapat berakibat fatal bagi stabilitas nasional. Jika suatu negara bergantung pada teknologi asing, data-data penting dapat dicuri, dimanipulasi, atau disabotase, yang pada akhirnya mengancam kedaulatan negara tersebut. Dalam kasus tuduhan CSAC terhadap Intel, kerentanan dalam produk cip Intel, dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak asing. Jika dugaan bahwa backdoor dikendalikan oleh NSA terbukti benar, ini berarti AS memiliki potensi untuk mengakses dan memata-matai jaringan informasi China. Kerentanan ini mencakup ancaman terhadap sektor-sektor vital seperti infrastruktur pertahanan, telekomunikasi, dan sistem informasi publik. Dalam pandangan keamanan nasional, setiap ancaman terhadap integritas jaringan informasi sebuah negara adalah ancaman terhadap kedaulatan. Cip yang memiliki kerentanan seperti yang dituduhkan dalam kasus Intel, dapat membuka jalan bagi pihak asing terhadap data dan operasi strategis China.
Seiring dengan meningkatnya ketergantungan negara-negara pada cip semikonduktor untuk berbagai aplikasi militer dan komersial, negara-negara besar seperti China dan AS memahami bahwa teknologi tersebut merupakan alat kekuatan yang strategis. Cip Intel, yang digunakan dalam kecerdasan buatan dan sistem komputer, dapat menjadi alat AS dalam menjaga dominasi globalnya. AS secara aktif membatasi akses China terhadap teknologi cip paling canggih, seperti yang terlihat dari larangan ekspor produk Nvidia ke China. Di sisi lain, China mencoba membalas dengan memperketat regulasi terhadap produk cip yang dibuat oleh perusahaan AS seperti Intel.
Tuduhan yang dilontarkan CSAC terhadap Intel bisa dilihat sebagai bagian dari strategi pertahanan realis China, di mana negara tidak hanya melindungi keamanan fisiknya tetapi juga melindungi ruang sibernya dari penetrasi asing. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga agar China tetap memiliki kontrol penuh atas teknologi yang digunakan di dalam negeri dan tidak tergantung pada produk-produk yang berpotensi merugikan dari negara yang dianggap sebagai rival.
Pentingnya Kedaulatan Teknologi dalam Pertahanan Nasional
Dalam era digital, teknologi menjadi salah satu komponen penting dalam pertahanan nasional, dan kedaulatan teknologi harusnya menjadi prioritas bagi negara untuk menjaga keamanannya. Kedaulatan teknologi merujuk pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan, memproduksi, dan mengendalikan teknologi yang vital untuk kepentingan nasionalnya tanpa harus tergantung pada teknologi asing.
Tinjauan produk Intel di China mengilustrasikan bagaimana ketergantungan pada teknologi asing dapat dilihat sebagai ancaman bagi kedaulatan nasional. Jika produk-produk Intel dianggap memiliki backdoor yang dapat digunakan oleh NSA atau lembaga AS lainnya, ini berarti China tidak memiliki kendali penuh atas teknologi yang digunakan di dalam negerinya, sehingga China perlu memastikan bahwa teknologi yang digunakan, terutama dalam infrastruktur kritis, aman dan tidak dapat dieksploitasi oleh kekuatan asing.
CSAC dalam tuduhannya menyebut bahwa sistem operasi yang tertanam dalam semua prosesor Intel rentan terhadap backdoor yang diciptakan oleh NSA. Tuduhan ini mencerminkan ketakutan bahwa AS dapat menggunakan teknologi ini untuk memata-matai atau bahkan mengganggu operasi di China. Sebagai respon, China berupaya mempercepat pengembangan industri semikonduktornya sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing. Hal ini selaras dengan kebijakan kedaulatan teknologi yang bertujuan untuk memastikan bahwa negara memiliki kontrol penuh atas teknologi yang digunakan di wilayahnya.
Jika dilihat lebih jauh, tinjauan produk Intel AS oleh China tidak hanya tentang keamanan teknologi, tetapi juga mencerminkan persaingan yang lebih luas antara keduanya di panggung geopolitik. Di satu sisi, AS berusaha mempertahankan keunggulannya dalam teknologi canggih, dengan membatasi akses China terhadap teknologi-teknologi tersebut, namun di sisi lain, China berusaha memperkuat kemandiriannya di sektor teknologi agar tidak mudah dipengaruhi oleh AS.
Dalam konteks ini, tuduhan terhadap Intel dapat dilihat sebagai bagian dari “perang teknologi” yang lebih luas antara kedua negara. AS sebelumnya telah pernah melarang ekspor teknologi cip canggih ke China, sementara China membalas dengan mengawasi dan membatasi produk-produk dari perusahaan AS yang dianggap mengancam keamanan nasionalnya.
Sementara itu, jika China memutuskan untuk melarang produk Intel di negaranya, ini akan berdampak signifikan pada perusahaan tersebut, karena lebih dari seperempat pendapatan Intel berasal dari pasar China. Di sisi lain, larangan ini juga dapat memperburuk krisis pasokan cip yang sudah mempengaruhi industri teknologi global. Situasi ini memperlihatkan bahwa persaingan antara AS dan China di sektor teknologi dapat memiliki dampak yang meluas, baik secara ekonomi maupun geopolitik.
Tuduhan CSAC terhadap Intel menunjukkan betapa pentingnya teknologi dalam pertahanan dan keamanan nasional di era digital. Ketergantungan pada teknologi asing dapat dianggap sebagai ancaman. Sementara itu, di tengah persaingan teknologi antara AS dan China, tuduhan terhadap Intel menjadi simbol dari pertarungan lainnya dalam hal dominasi teknologi dan kedaulatan nasional di era modern ini.