Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan ketidaksetujuannya kepada Amerika Serikat (AS) mengenai pembentukan negara Palestina, menyusul resolusi konflik di Gaza.
Tidak hanya itu, Netanyahu juga menyatakan bahwa dia akan terus melakukan serangan ofensif di Gaza hingga ‘menang seutuhnya’ di mana Ia akan mengusahakan kehancuran Hamas dan pengembalian tahanan Israel.
Dengan lebih dari 25,000 warga Palestina tewas sejak konflik muncul, kata perwakilan Hamas, dan sekitar 85% populasi mengungsi, Israel mengalami tekanan luar biasa untuk menahan diri dari tindakan ofensifnya dan membuka diri untuk dialog.
Aliansi Israel, AS dan beberapa negara lain juga sudah mendorong untuk dilakukannya gencatan senjata dan ‘solusi dua negara’ di mana Palestina akan menjadi negara di samping Israel.
Juru bicara Dewan Keamanan AS John Kirby menyadari adanya perbedaan pandangan antara AS dan Israel.
Gedung Putih merespons dengan menyatakan bahwa AS akan terus ‘bekerja’ menuju solusi dua negara dan bahwa tidak akan ada reokupasi Gaza oleh Israel setelah perang berakhir. “Akan ada Gaza pasca-konflik, tanpa reokupasi Gaza,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada wartawan di pesawat Air Force One setelah pidato Netanyahu.
Seiring perkembangan lebih lanjut, segera setelah pidato Netanyahu, Meksiko dan Cile mengumumkan bahwa mereka telah merujuk tindakan Israel di wilayah Palestina yang diduduki kepada jaksa pengadilan pidana internasional untuk penyelidikan kemungkinan “kejahatan perang.” Kementerian Luar Negeri Meksiko menyatakan bahwa langkah tersebut diambil karena keprihatinan yang semakin meningkat terhadap eskalasi kekerasan dan korban sipil.
Sebelumnya pada hari Kamis, Perdana Menteri Netanyahu menekankan bahwa Israel harus memiliki kontrol keamanan atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan, yang akan mencakup wilayah negara Palestina yang mungkin ada di masa depan. Ia menyatakan bahwa kondisi ini sangat penting untuk keamanan Israel dan bertentangan dengan konsep kedaulatan Palestina. Netanyahu menyampaikan pandangan ini kepada sekutu Amerika, menegaskan komitmennya untuk melindungi keamanan Israel dan menolak upaya untuk memberlakukan situasi yang dapat merugikan keamanan negaranya.
Oposisi Netanyahu terhadap kemerdekaan Palestina telah menjadi tema konsisten sepanjang kariernya di dunia politik, dan baru-baru ini ia mengungkapkan kebanggaannya atas keberhasilan mencegah pendirian negara Palestina. Meskipun Amerika Serikat secara historis mendukung hak Israel untuk membela diri, terdapat kesenjangan yang semakin melebar dengan sekutu Barat karena tindakan militer terus-menerus yang dilakukan oleh Israel. Setelah serangan pada 7 Oktober, yang merupakan yang terburuk dalam sejarah Israel dengan tewasnya sekitar 1.300 orang Israel oleh penembak Hamas dan penyanderaan sekitar 240 orang, AS mendukung hak Israel untuk membela diri. Namun, seiring bertambahnya jumlah kematian di Gaza, pemerintah Barat menyerukan Israel untuk menahan diri.