Dilansir dari Financial Times, pertemuan mengenai perjanjian perdagangan bebas antara Australia dan Uni Eropa (UE) mengalami kebuntuan setelah kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan akhir pekan lalu. Lima tahun negosiasi berakhir dengan tanpa kesepakatan.
Australia mengungkapkan ketidakpuasan terhadap tuntutan UE untuk membatasi label keju feta Australia dan prosecco, keduanya merupakan kategori yang dilindungi di UE. Selain itu, Australia juga mengeluh bahwa UE tidak bersedia membuka pasar mereka untuk impor daging sapi dan domba tanpa tarif.
Australia mundur dari kesepakatan yang diusulkan pada bulan Juli, dengan argumen bahwa kesepakatan tersebut tidak membuka peluang perdagangan yang memadai untuk produk pertanian negara tersebut. Petani Australia mendesak Menteri Perdagangan, Don Farrell, dalam beberapa minggu terakhir untuk tidak menandatangani kesepakatan yang mantan presiden Federasi Petani Nasional, Fiona Simson, sebut sebagai “kesepakatan buruk” yang dapat merugikan sektor pertanian untuk dekade mendatang.
David Uren, seorang anggota senior di lembaga pemikiran ASPI, menyatakan bahwa kegagalan dalam perundingan ini menunjukkan betapa sulitnya mengamankan perjanjian perdagangan bebas ketika negara-negara di seluruh dunia semakin cenderung proteksionis. Ia menambahkan bahwa kegagalan ini menunjukkan bahwa negara-negara besar yang terindustrialisasi kini menghadapi kesulitan dalam mengejar perjanjian perdagangan bebas di dalam kawasannya.
Menurut Reuters, para menteri pemerintah Australia telah mengkonfirmasi bahwa Australia menolak proposal UE untuk perjanjian perdagangan bebas. Kini, kemungkinan besar tidak akan ada kesepakatan yang dicapai dalam beberapa tahun ke depan.
Kelompok terbesar industri pertanian berterima kasih kepada pemerintah karena tidak “mengorbankan petani Australia” dengan menandatangani perjanjian yang mereka anggap tidak memberikan akses yang cukup terhadap produk mereka di UE.
Perundingan yang telah berlangsung lebih dari lima tahun ini menemui hambatan, khususnya di bidang pertanian. Australia berupaya memperluas akses pasar daging sapi, domba, dan gula ke pasar Eropa, sementara UE ingin mengakhiri penggunaan nama spesifik geografis pada produk seperti Prosecco dan feta.
Menteri Perdagangan Australia, Don Farrell, menyatakan setelah pertemuan para menteri perdagangan G7 di kota Jepang, Osaka, akhir pekan lalu bahwa tidak ada kemajuan yang dicapai. “Saya datang ke Osaka dengan niat untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas,” ujar Farrell dalam sebuah pernyataan.
“Sayangnya, kami tidak berhasil membuat kemajuan,” katanya. “Negosiasi akan terus berlanjut, dan saya berharap suatu hari nanti kami akan menandatangani kesepakatan yang menguntungkan baik Australia maupun teman-teman kami di Eropa.”
Di tempat lain, UE sedang mempertimbangkan penggunaan pengiriman gandum atau pupuk dari Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih luas terkait migrasi dan dukungan ekonomi untuk Mesir. Rincian kesepakatan yang diusulkan bersifat rahasia, namun bisa mencakup ketentuan mengenai impor pangan, yang menimbulkan risiko ekonomi besar bagi Kairo dan penduduknya yang berjumlah 110 juta jiwa bahkan sebelum wabah terjadi.Konflik terjadi di perbatasan timur laut Mesir.
Presiden Dewan UE, Charles Michel, menyebut kemungkinan menggunakan koridor yang sudah ada untuk ekspor dari Ukraina guna memfasilitasi transportasi produk pertanian ke Mesir, khususnya pupuk.