Xi Jinping mengatakan bahwa negaranya akan mengikuti rencananya sendiri untuk mengurangi emisi karbon. Pernyataan itu disampaikan Xi ketika utusan iklim dari Amerika Serikat, John Kerry menyerukan tindakan lebih cepat China untuk menghadapi krisis iklim dalam kunjungan pejabat tinggi AS ke Beijing.
Komentar Xi sendiri itu muncul saat Kerry bertemu dengan Perdana Menteri China, Li Qiang dan diplomat top Wang Yi untuk melanjutkan pembicaraan iklim yang telah lama terhenti di tengah berbagai gejolak geopolitik. Sebagai salah satu negara pencemar terbesar di dunia bersama AS, Xi mengatakan pada konferensi nasional tentang perlindungan lingkungan bahwa komitmen China untuk tujuan penggunaan karbonnya tidak akan berubah: mencapai puncak karbon pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2060, menurut kantor berita negara Xinhua.
Dalam pertemuan dengan Li, Kerry menekankan “kebutuhan China untuk mendekarbonisasi sektor listrik, mengurangi emisi metana, dan mengurangi deforestasi,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan. Kerry juga mendesak China untuk “mengambil langkah tambahan untuk meningkatkan ambisi iklimnya guna menghindari dampak terburuk dari krisis iklim,” dilansir dari CNN.
Tetapi pernyataan Xi di konferensi menunjukkan bahwa China tidak memiliki keinginan untuk didorong, atau terlihat menyerah pada tekanan dari Amerika Serikat, tetap pada pendiriannya bahwa China memiliki jalan sendiri dalam menyelesaikan masalah lingkungannya. Berbicara kepada wartawan pada 19 Juli lalu, Kerry menekankan bahwa dia dan pejabat China sedang berusaha menemukan cara untuk bekerja sama dengan tidakmengikutsertakan aspek politik atau pun ideologi dalam pekerjaan mereka.
Walaupun begitu, China telah banyak berinvestasi dalam energi bersih dalam beberapa tahun terakhir, hal ini terlihat dari bagaimana kapasitas energi dari tenaga suryanya sekarang lebih besar dari gabungan seluruh dunia, dan negara ini juga memimpin dunia dalam kapasitas energi tenaga angin dan kendaraan listrik.
Menurut Kerry, membuat China menghentikan penggunaan batu baranya tetap menjadi salah satu tujuan terbesar AS dalam pembicaraan iklim. Di sisi lain, Beijing juga mempercepat persetujuan pabrik batu bara baru karena fokus baru pada “keamanan energi,” memicu kekhawatiran banyak aktor terutama bagi aktivis lingkungan. China mengandalkan batu bara untuk menggerakkan ekonominya dan membantu menstabilkan jaringan listriknya selama periode panas ekstrem.
China dan AS adalah dua penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, sehingga setiap upaya untuk mengatasi krisis iklim perlu melibatkan pengurangan emisi yang mendalam dari kedua negara pembangkit tenaga listrik ini. Emisi China lebih dari dua kali lipat emisi AS, tetapi secara historis, AS telah mengeluarkan emisi lebih banyak daripada negara lain mana pun di dunia.
Di samping masalah lingkungan, hubungan antara China dan AS sendiri tengah berada pada kondisi buruk karena sejumlah masalah, di tambah, Joe Biden beberapa waktu lalu menyamakan Xi Jinping dengan diktator, padahal beberapa waktu sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken baru saja melakukan diskusi progresif dengan Xi Jinping.