Presiden China Xi Jinping mencatatkan sejarah dengan mengamankan kekuasaannya sebagai presiden untuk periode ketiga. Xi Jinping ditetapkan menjadi presiden China untuk tiga periode berturut-turut merupakan keputusan yang kontroversial dan telah menuai kritik dari beberapa pihak.
Komite Sentral Partai Komunis China menyatakan memilih Xi sebagai sekretaris jenderal hingga lima tahun mendatang, dan hal ini menegaskan kembali sistem one-man rule setelah beberapa dekade China menetapkan sistem berbagi kekuasaan di antara elit politiknya.
Xi Jinping berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin tertinggi di China, berkat dirinya menerima 3.000 suara dari anggota Kongres Rakyat Nasional. Suara bulat ini pun semua miliki Xi Jinping karena memang tidak ada kandidat lainnya (aklamasi).
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh partai dengan tulus, atas kepercayaan yang telah Anda berikan kepada kami,” kata Xi kepada wartawan di Balai Besar Rakyat Beijing setelah pemungutan suara tertutup diumumkan.
Beberapa memandang bahwa keputusan ini akan menimbulkan konsentrasi kekuasaan yang berbahaya, sementara yang lain menyatakan bahwa keputusan ini dibuat untuk stabilitas politik di China dan memungkinkan negara tersebut untuk mempertahankan melanjutkan rencana jangka panjangnya dalam pembangunan ekonomi dan sosial.
Pada kepemimpinan periode ini, Partai Komunis China akan mengadakan perombakan besar-besaran yang mencakup reorganisasi badan-badan yang mengatur berbagai sektor mulaqi daei keuangan dan teknologi, bahkan keamanan nasional.
Namun, ketetapan ini juga bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena banyak pihak sudah mengantisipasi dan memprediksi lanjutnya kepemimpinan Xi Jinping.
Selain itu, Presiden Indonesia Joko Widodo sudah mengucapkan selamat pada Xi Jinping, di mana Ia turut mendorong agar hubungan Indonesia-China terus dikembangkan demi kesejahteraan dan perdamaian kawasan dan stabilitas bersama.
Kekuatan politik Xi Jinping
Dilansir dari CNBC, Seperti Indonesia, pada awalnya konstitusi China juga membatasi jabatan presiden dan wakil presiden maksimal dua periode yang masing-masing berlangsung selama lima tahun. Menurut NPR, hanya ada dua pemimpin sebelumnya, Hu Jianto dan Jiang Zemin, yang menjabat hingga periode kedua. Namun, setelah Xi Jinping memimpin China pada 14 Maret 2013, semua ini berubah.
Xi bukanlah politikus baru dalam dunia politik China. Sebelumnya, ia telah memiliki pengalaman yang cukup dalam perpolitikan China, termasuk pernah menjabat sebagai Gubernur Fujian pada 1999 dan kemudian menjadi pemimpin Politbiro pada 2007. Pengalaman tersebut membantu Xi mengumpulkan kekuatan politik yang sangat berguna ketika ia menjadi penguasa dan membuatnya dianggap sebagai seorang otokrat.
Menurut Reuters, sejak awal berkuasa, pemerintahan Xi sangat ketat mengontrol informasi dan media dari Barat, serta mengendalikan kehidupan politik dalam negeri. Ia juga melakukan tindakan keras terhadap lawan-lawan politiknya, termasuk memerangi korupsi dan menghukum ratusan ribu kader partai dan perwira militer. Meskipun demikian, tindakan ini membuat elektabilitas dan citra Xi sendiri semakin meningkat.
Setelah melakukan pembersihan, Xi kemudian menempatkan orang-orang kepercayaannya pada posisi kekosongan tersebut. Menurut Evan Osnos di New Yorker, kebijakan ini memungkinkan Xi untuk dengan cepat mengkonsolidasikan kekuatan pribadinya dan mengukuhkan China sebagai negara adikuasa regional.
Selain itu, sesuai dengan aturan China, Xi memegang jabatan berlapis yang sangat penting, termasuk sebagai Presiden, Pemimpin Tertinggi, Sekjen Partai Komunis Cina (PKC), dan Ketua Komisi Militer Pusat. Kedudukannya sebagai Sekjen PKC sangat penting karena hal tersebut berarti ia memegang kendali atas rakyat China. Loyalitas kepada PKC sangat penting di China, baik bagi anggota partai maupun rakyat biasa.
Untuk mempertahankan loyalitas tersebut, Xi berupaya menanamkan ajarannya hingga ke akar rumput dan memperkenalkan ideologi baru pada 2017, setahun sebelum periode pertamanya berakhir. Maka dari itu, tidak heran jika Xi mampu melakukan hal yang Ia inginkan, termasuk menjadi presiden seumur hidup.