Seruan Presiden Xi kepada Tentara militer China untuk Bersiap-siap Perang
Menjelang perayaan Festival Musim Semi di China, Presiden Xi Jinping melakukan tinjauan online terhadap kesiapan tempur angkatan bersenjata China. Presiden Xi Jinping menginstruksikan unit-unit angkatan udara dan angkatan laut untuk tetap waspada dan menggarisbawahi perlunya bersiap-siap pada keadaan darurat. Berbicara kepada para prajurit di sebuah pos perbatasan di Xinjiang, Presiden Xi menggambarkan pasukan ini sebagai contoh teladan pertahanan perbatasan. Presiden Xi juga berbicara dengan anggota pasukan Lièyīng (Falcon), pasukan komando elit yang ditugaskan untuk tugas kontraterorisme di bawah Pasukan Polisi Bersenjata Rakyat, dan menanyakan tentang pelatihan mereka. Presiden Xi mendesak formasi tersebut untuk meningkatkan keterampilan mereka dan semangat melakukan tugas mereka.
Meskipun ada interaksi reguler antara anggota eksekutif politik di sebagian besar negara dan cabang-cabang militer, waktu interaksi Presiden Xi dengan berbagai kekuatan yang bertanggung jawab atas keamanan internal dan eksternal China telah diperhatikan oleh para ahli strategi militer. Tahun 2020 menyaksikan konflik terburuk China dalam beberapa dekade terakhir dengan India yang menyebabkan jatuhnya korban di kedua belah pihak. India dan China tetap terlibat dalam konfrontasi yang berkepanjangan di Himalaya yang membeku, dengan teater konflik yang meluas hingga ke Arunachal Pradesh, tempat pasukan India dan China bentrok di sektor Tawang pada Desember 2022. Presiden Xi telah meluncurkan latihan berskala besar dan patroli rutin di daerah-daerah yang diklaim oleh China seperti Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Angkatan udara China telah terbang di dekat Taiwan dengan frekuensi yang semakin meningkat dan latihan perangnya di dekat pantai Taiwan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi pulau itu tahun lalu.
Selain faktor eksternal, sekiranya perlu juga mencermati wacana domestik di China. Tahun 2022 merupakan tahun yang penting dalam kalender politik China karena Xi diperkirakan akan memenangkan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya pada bulan Oktober 2022, yang membawa fokus baru pada kesiapan pasukan pertahanan.
Merombak militer
Secara signifikan, Presiden Xi dalam kapasitasnya sebagai Kepala Komisi Militer Pusat (Central Military Commission – CMC) – lembaga penting Partai Komunis China (CPC) yang bertanggung jawab untuk mengelola angkatan bersenjata – menginspeksi pusat komando operasi gabungan pada November 2022. Dalam Pidatonya Presiden Xi memperingatkan bahwa karena situasi yang berubah dengan cepat, negara itu menghadapi risiko besar dan bahwa pasukan itu harus memfokuskan energi mereka untuk memerangi perang, dan mempercepat pelatihan agar Tentara Pembebasan Rakyat dapat memenangkan perang.
Sebelumnya berpidato di Seminar Reformasi Pertahanan Nasional dan Militer pada September 2022, Presiden Xi menegaskan bahwa reformasi pertahanan nasional selama masa jabatannya telah menjadi pencapaian bersejarah karena telah mengatasi “hambatan struktural dan masalah kelembagaan”. Dalam fase yang berbeda, Presiden Xi telah merestrukturisasi unit pasukan dan ruang komando. China telah membangun kapasitas untuk bertempur di medan baru seperti ruang angkasa dan dunia maya dengan pembentukan Pasukan Pendukung Strategis. Pasukan Roket PLA ditingkatkan menjadi cabang dinas militer penuh dan bertanggung jawab atas pasukan nuklir dan rudal konvensional berbasis darat China.
Selain itu, telah ada upaya keras dalam propaganda internal China untuk menyempurnakan peran Presiden Xi dalam transformasi PLA sebagai kekuatan modern, dan disebut-sebut sebagai inisiatif utamanya. Wakil ketua CMC, Jenderal Zhang Youxia, menyatakan bahwa pasukan pertahanan menghadapi resiko sebelum Presiden Xi mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012 dan bahwa Presiden Xi menjalankan tugas untuk membangun kembali angkatan bersenjata dan membersihkannya dari para jenderal yang korup. Tersirat dalam pernyataan ini adalah bahwa para pendahulu Presiden Xi membiarkan adanya penyimpangan dalam angkatan bersenjata, yang membahayakan keamanan nasional.
Dapat diingat bahwa ada pembersihan ketua CMC Guo Boxiong, Xu Caihou, dan tokoh-tokoh militer senior lainnya tak lama setelah Presiden Xi mengambil alih kekuasaan dengan alasan bahwa mereka bertanggung jawab atas penerimaan suap sebagai pengganti pembagian promosi di angkatan bersenjata. Kejatuhan tokoh-tokoh senior di tubuh militer mengungkapkan sejauh mana praktik pembelian jabatan yang tidak suci di tubuh militer China, yang telah menimbulkan tanda tanya pada kesiapan tempur salah satu angkatan bersenjata terbesar di dunia ini. Pada saat Presiden Xi memberikan cap modernisasi PLA sebagai proyek peliharaan, Presiden Xi harus terus meningkatkan kesiapannya.
Analogi Ukraina-Taiwan
Sejak krisis Ukraina, China dengan tekun mempromosikan pandangan bahwa situasi ini disebabkan oleh obsesi Amerika Serikat untuk membentuk aliansi yang mengancam stabilitas. Menyandingkan situasi Eropa di Asia, sebuah artikel di PLA Daily menggambarkan strategi Indo-Pasifik bertanggung jawab atas terciptanya blok-blok di Asia dan oleh karena itu, membahayakan perdamaian dan stabilitas. Faktanya justru sebaliknya, latihan tembak-menembak yang dilakukan China di selat Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Pelosi tahun lalu telah menyebar ke Jepang dengan pendaratan rudal di zona ekonomi eksklusif Jepang.
Hal ini telah menyebabkan tumbuhnya keyakinan di kalangan elit Jepang bahwa Jepang tidak akan tetap tidak terluka jika terjadi invasi China ke Taiwan. Keyakinan ini kemudian menyebabkan Jepang meningkatkan kerja sama keamanannya dengan AS dan meningkatkan anggaran pertahanannya. Di era Presiden Xi, narasi internal China telah mencoba untuk mempersenjatai keluhan historis, terutama peran Jepang di masa perang di China. Pada tahun 2014, pemerintah mengumumkan dua hari libur nasional: “Hari Kemenangan Perang Melawan Agresi Jepang” dan “Hari Peringatan Pembantaian Nanjing”, dan secara terbuka menghormati pembunuh Perdana Menteri Jepang Hirobumi Ito.
Sebagai penutup, pertama, skandal suap untuk promosi jabatan akan tetap hidup dalam jiwa elit politik China meskipun PLA telah melakukan perombakan, dan terus meragukan keampuhannya. Selain itu, angkatan bersenjata China masih belum teruji dalam pertempuran, setelah terakhir kali terlibat dalam pertempuran aktif pada akhir tahun 1970-an dalam perang China-Vietnam. Untuk menjembatani kesenjangan ini, China telah berusaha untuk melibatkan veteran militer asing untuk melatih personilnya seperti yang dibuktikan dari penyelidikan yang diluncurkan oleh pemerintah Australia baru-baru ini untuk mengungkap tawaran China kepada personil pertahanan mereka. Kedua, para elit China melihat postur keamanan Jepang dari sudut pandang sejarah yang menyebabkan para ahli strateginya berpendapat bahwa Jepang bergerak menjauh dari sikap pasifisme yang selama ini dianutnya, yang telah menyebabkan seruan Presiden Xi kepada tentaranya untuk meningkatkan kesiapan tempur. Mempertimbangkan sikap berperang Presiden Xi, ini bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan oleh dunia.