Kanselir Jerman, Olaf Scholz sekali lagi menolak tuntutan di Jerman dan dari pejabat Ukraina untuk memberikan jet tempur untuk mengusir Rusia dan justru mendesak negara-negara Barat khususnya untuk tidak bergabung dalam “perang penawaran” senjata canggih untuk membantu Ukraina.
Pekan lalu, Jerman mengumumkan akan mengirimkan tank tempur Leopard 2 ke Ukraina setelah mendapat tekanan dari sekutu NATO dan Uni Eropa selama berminggu-minggu. “Fakta bahwa kami baru saja membuat keputusan [mengenai pengiriman tank] dan perdebatan [jet tempur] berikutnya sudah dimulai di Jerman – itu tampak merusak kepercayaan orang pada keputusan pemerintah,” kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan koran Jerman Tagesspiegel pada 29 Januari 2023.
Di sisi lain, Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Melnyk telah mendesak Jerman untuk membeli lusinan pesawat tempur Tornado miliknya, dan mendesak masyarakat internasional untuk bergabung dengan koalisi jet tempur untuk Kyiv. Sedangkan Presiden Ukraina, Volodymr Zelenskyy, kembali meminta aliansi Barat untuk menyediakan lebih banyak senjata canggih untuk negaranya, Zelenskyy sendiri secara spesifik mengatakan bahwa negaranya membutuhkan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS), dilansir dari Al Jazeera.
Rusia pekan lalu mengutuk pengiriman tank tempur NATO ke Ukraina, menyebutnya sebagai bukti “langsung dan berkembang” keterlibatan Amerika Serikat dan Eropa dalam perang tersebut. Untuk itu, Scholz juga mengatakan dia akan terus menelepon Putin untuk menekankan pentingnya mempertahankan saluran komunikasi terbuka untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
Panggilan telepon terakhir antara Scholz dan Putin terjadi pada awal Desember lalu dimana Putin mengatakan bahwa garis Jerman dan Barat di Ukraina “merusak” dan meminta Berlin untuk memikirkan kembali pendekatannya. Selain membicarakan masalah Ukraina, percakapan tersebut, kata Scholz, seringkali tentang “masalah konkret” seperti pertukaran tahanan, ekspor biji-bijian Ukraina, dan nasib Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia.