Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres menyerukan agar negara-negara untuk “membuang” senjata nuklir karena kekhawatiran atas ancaman Rusia untuk menggunakannya persenjataannya tersebut dalam perang Ukraina. “Beberapa dekade setelah runtuhnya Tembok Berlin, kita dapat mendengar sekali lagi derak penggunaan nuklir,” kata Guterres pada sesi khusus Majelis Umum PBB tentang perlucutan senjata nuklir pada hari Senin, 26 September 2022
“Biar saya perjelas – era pemerasan nuklir harus diakhiri,” katanya. “Gagasan bahwa negara mana pun dapat berperang dan memenangkan perang nuklir adalah gila. Setiap penggunaan senjata nuklir akan memicu perang kemanusiaan,” lanjut Guterres, menyatakan bahwa jika senjata nuklir tidak dihilangkan, tidak akan ada perdamaian.
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya pekan lalu membuat ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir setelah pasukan Ukraina merebut kembali tanah yang telah direbut Kremlin dalam invasi tujuh bulannya sejak Februari
Amerika Serikat mengutuk sikap Rusia. Tetapi tidak ada kekuatan yang kuat untuk menjamin pencegahan penggunaan nuklir terkait larangan komprehensif senjata nuklir. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken di sisi lain telah mengingatkan Kremlin, baik secara terbuka maupun lewat saluran pribadi mengenai konsekuensi “bencana” yang dapat ditimbulkan dari penggunaan senjata nuklir apa pun.
Guterres menyuarakan kekecewaannya karena konferensi peninjauan ulang Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir bulan lalu gagal mencapai konsensus. Rusia memblokir hasilnya setelah rancangan dokumen mendukung kendali Ukraina atas pembangkit nuklir Zaporizhzhia, wilayah dimana tempat reaktor nuklir berada.
AS sendiri menjadi satu-satunya negara yang menggunakan senjata nuklir di medan perang pada Perang Dunia ke II yang menewaskan lebih dari 200.000 orang di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Sebagai korban, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pekan lalu, berjanji untuk bekerja demi “dunia tanpa senjata nuklir”.
“Mengancam dengan penggunaan senjata nuklir, seperti yang telah dilakukan Rusia, apalagi penggunaan senjata nuklir yang sebenarnya, merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan komunitas internasional, dan sama sekali tidak dapat diterima,” kata Kishida.