Korea Selatan, AS, dan Jepang menggelar latihan anti-kapal selam di tengah ketegangan Korea Utara
Angkatan Laut Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang menggelar latihan trilateral anti-kapal selam untuk pertama kalinya dalam lima tahun mulai hari Jumat (30/09), di tengah ketegangan atas serangkaian uji coba rudal Korea Utara.
Latihan itu diadakan di perairan internasional di lepas pantai timur semenanjung Korea, hanya sehari setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik ke laut lepas pantai timurnya dan Wakil Presiden AS Kamala Harris mengunjungi Seoul dan perbatasan antara kedua Korea yang dijaga ketat.
Uji coba hari Kamis (29/09) adalah peluncuran kali ketiga dalam uji coba lima hari oleh Korea Utara, dengan menembakkan rudal dalam jumlah yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Angkatan Laut Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan “Latihan tersebut dirancang untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk menanggapi meningkatnya ancaman kapal selam Korea Utara, termasuk rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) pada saat secara konsisten menimbulkan ancaman nuklir dan rudal dengan serangkaian uji coba rudal balistik.”
Angkatan Laut AS mengatakan latihan itu akan meningkatkan interoperabilitas dan koordinasi taktis dan teknis antara ketiga negara.
Angkatan Laut AS dan Jepang juga menambahkan, mengatakan latihan itu diharapkan untuk mempromosikan “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” di tengah ketegangan atas tindakan China di Selat Taiwan.
Latihan anti-kapal selam belum dilakukan sejak 2017 karena kebijakan pemerintah Korea Selatan sebelumnya yang progresif berusaha untuk meningkatkan hubungan antar-Korea dan memfasilitasi pembicaraan denuklirisasi antara Pyongyang dan Washington, yang terhenti sejak 2019.
Presiden baru Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang mulai menjabat pada Mei 2022, telah berjanji untuk meningkatkan kerja sama keamanan trilateral dengan Amerika Serikat dan Jepang untuk meningkat kemampuannya dalam melawan ancaman evolusi senjata dari Korea Utara.
Latihan tersebut melibatkan kapal induk USS Ronald Reagan, kapal penjelajah peluru kendali berbobot 9.800 ton USS Chancellorsville, kapal perusak yang dilengkapi Aegis seberat 6.900 ton, USS Barry, kapal perusak Korea Selatan seberat 4.400 ton, Munmu the Great, dan kapal tanker Asahi seberat 5.100 ton dari Jepang diantara kapal perang lainnya.
Latihan itu dilakukan beberapa hari setelah sebuah think tank AS mengatakan Korea Utara mungkin bersiap untuk meluncurkan kapal selam baru yang diyakini mampu menembakkan rudal balistik, mengutip citra satelit komersial.
Militer Korea Selatan juga telah mendeteksi tanda-tanda bahwa negara yang terisolasi itu mungkin bersiap-siap untuk tes Submarine-Launched Ballistics Missile (SBLM), kantor berita Yonhap melaporkan pada hari Sabtu. Seorang juru bicara militer menolak untuk mengkonfirmasi laporan tersebut tetapi mengatakan pihaknya memantau dengan cermat pangkalan dan kegiatan kapal selam Korea Utara.
Korea Selatan dan sekutunya juga khawatir bahwa Korea Utara akan melakukan uji coba nuklir – yang akan menjadi yang ketujuh sejak 2006.
Adapun para pemangku kebijakan Korea Selatan telah diberi pengarahan oleh pejabat intelijen negara itu yang mengatakan pada hari Rabu (28/09) bahwa Korea Utara telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba nuklir dan ada kemungkinan untuk melaksanakan uji coba yang bisa terjadi dalam rentang waktu antara 16 Oktober dan 7 November.