Iran akan meresmikan hubungannya dengan kekuatan “Timur”, bergerak mendekat pada poros kekuatan Tiongkok-Rusia karena restorasi kesepakatan nuklirnya dengan Amerika Serikat sampai saat ini belum menemukan kesepakatan.
Iran dikabarkan telah menandatangani keanggotaan penuh dalam Organisasi Kerjasama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization atau SCO) setelah penantian selama lima belas tahun sejak mendaftar untuk pertama kali. Iran sendiri telah menjadi pengamat sejak tahun 2005, dan baru menjadi anggota pada tahun ini. Presiden Iran, Ebrahim Raisi mengatakan pada akhir minggu lalu bahwa Iran tengah memperluas keanggotaannya di organisasi tersebut.[1]
SCO sendiri dibentuk pada pertengahan tahun 2001, blok Asia tersebut telah menyumbang hampir sepertiga dari ekonomi dunia dan berfokus pada masalah keamanan regional, perjuangannya melawan terorisme regional, separatisme etnis dan ekstremisme agama. Hingga saat ini, prioritas SCO juga mencakup pembangunan daerah.[2] Ini termasuk negara-negara bekas Soviet seperti Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan dan Uzbekistan, dan baru-baru ini India dan Pakistan pun ikut mendekat ke blok tersebut.
Tawaran bagi Iran untuk menjadi keanggotaan penuh pertama kali disetujui tahun lalu. Persetujuan untuk menjadi anggota tetap ini terjadi pada saat yang kurang “tepat” karena saat ini Iran juga tengah mendiskusikan restorasi Joint Cooperation Plan of Act (JCPOA) dengan AS dimana Uni Eropa ikut mengambil peran sebagai penengah pada kesepakatan itu.
Pada bulan Juni lalu, Iran juga mendaftar untuk bergabung dengan kelompok ekonomi berkembang yang dikenal sebagai BRICS, yang meliputi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Bahkan pada bulan Agustus, Iran juga menjual drone militer kepada Rusia di tengah invasinya ke Ukraina. Tindakan Iran sendiri bukanlah sebuah hal yang tidak wajar, Iran merupakan negara kecil secara “power”, atau menurut Molis, kriteria terpenting yang menentukan posisi kekuasaan suatu negara adalah kekuatan komparatif dan posisi geopolitiknya.[3]
Dalam kata lain, Iran bukan merupakan negara besar seperti AS ataupun Rusia yang dapat menentukan nasibnya sendiri di ranah politik internasional, sanksi dan kesepakatan negara yang “lebih kuat” dapat diputus secara sepihak dan meninggalkan Iran dalam kebingungan seperti yang dilakukan oleh AS pada JCPOA. Menurut gagasan bandwagoning, negara kecil secara teori bersedia untuk mengejar “strategi akomodasi” dengan negara yang lebih besar.[4] Namun, Iran juga di sisi lain merupakan negara berdaulat yang ingin menentukan nasibnya dan menyelamatkan dirinya sendiri.
Jika sebelumnya, Iran telah mendekati Rusia sebagai mitra ekonominya, kini Iran mendekatkan dirinya pada blok “kekuatan” untuk bandwagoning dengan pihak kuat selain pihak barat untuk “menghindari” pengaruh AS terhadap negaranya. Menurut Mearsheimer (2001), negara lebih—terutama dengan kekuatan yang kecil—memilih keberpihakan dengan negara yang kuat, bahkan negara kecil memiliki sedikit pilihan selain daripada ikut bergabung dengan kekuatan yang terbatas jumlahnya atau tidak tersedia sama sekali.[5]
Untuk itu, ada kemungkinan Iran tidak merestorasi JCPOA karena perekonomiannya dapat dibantu oleh SCO sedangkan “senjata utama” AS dan pihak barat terhadap pelanggaran nuklir Iran adalah sanksi ekonomi yang berusaha dicabut oleh Iran. “Iran telah berhasil mulai keluar dari keterasingannya,” kata Trita Parsi, wakil presiden dari Quincy Institute di Washington, DC.[6]
Aliansi ini tampaknya memiliki unsur politis, terutama melihat bagaimana perpolitikan internasional saat ini yang membuat Rusia dan China menjauh dari negara-negara Barat dan berusaha mendekati negara-negara di Asia dan Timur Tengah. Bandwagoning juga tidak hanya bermanfaat bagi negara kecil, tetapi negara yang lebih kuat juga. Rusia dan China juga mendapat “dukungan” dari negara-negara seperti Iran untuk “menghalau” kekuatan AS dan sekutu baratnya.
[1] Nadeen Ebrahim, “Iran inches one step closer to Russia and China as nuclear talks falter”, CNN, 16 September 2022, https://edition.cnn.com/2022/09/16/middleeast/iran-joins-shanghai-coop-mime-intl/index.html
[2] “Shanghai Cooperation Organization”, United Nations, https://dppa.un.org/en/shanghai-cooperation-organization
[3] A. Molis, “The role and interests of small states in developing European security and defence policy”, Baltic Security & Defence Review, 2006
[4] Sandya Nishanthi Gunasekara. “Bandwagoning, Balancing, and Small States: A Case of Sri Lanka”, Asian Social Science, Vol. 11, No, 28, 2015, https://pdfs.semanticscholar.org/809a/dc2e96225c66bb402ada0923652b8d2f7a4d.pdf
[5] Ibid.
[6] Op. Cit., Ebrahim