Angkatan Udara Amerika Serikat dikatakan telah melakukan uji coba rudal hipersonik ‘bermasalah’ selama akhir pekan. Satu bulan setelah Washington mengumumkan program tersebut ditunda untuk uji coba akibat “anomali uji penerbangan baru-baru ini.”
Rapid Response Weapon, sebuah senjata hipersonik yang diluncurkan dari udara berhasil dilepaskan dari pesawat B-52H Stratofortress, pesawat pembom berat jarak jauh yang dapat melakukan berbagai misi. di lepas pantai California Selatan pada hari Sabtu dan mencapai kecepatan hipersonik menurut Angkatan Udara pada hari Senin 18 Mei 2022, tanpa merilis rincian lebih lanjut.
“Ini adalah pencapaian besar oleh tim Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW), untuk perusahaan senjata, dan Angkatan Udara kami,” kata Brigjen. Jenderal Heath Collins, pejabat eksekutif program Angkatan Udara untuk senjata, dilansir dari CNN.
Pada April lalu, Angkatan Udara AS mengatakan bahwa anomali uji terbang telah memperlambat jadwal penyelesaian senjata RRW. Tes lengkap pertama rudal dan roket pendorong sendiri ditunda hingga sekitar tahun fiskal berikutnya, yang akhirnya dimulai pada bulan Oktober tahun lalu. Tetapi, satu hari sebelum tes, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall mengakui masalah yang dihadapi program ARRW.
Angkatan Udara AS telah berjuang dengan pengujian AGM-183A ARRW beberapa tahun kebelakang dan program tersebut mengalami tiga kegagalan uji terbang sebelum keberhasilan terbaru ini. “Program ini belum berhasil dalam penelitian dan pengembangan sejauh ini,” kata Kendall kepada Subkomite Alokasi DPR untuk Pertahanan. Kendall juga menyebutkan menginginkan keberhasilan dari penelitian ini sebelum memberikan pernyataan lebih lanjut.
Akhir-akhir ini, sektor kemaanan AS tengah Pentagon fokus pada pengembangan senjata hipersonik setelah anggota parlemen khawatir bahwa AS tertinggal di belakang program China dan Rusia. Baru-baru ini, Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan senjata hipersonik dalam perang ketika meluncurkan rudal Iskander dan Kinzhal di Ukraina. Dilansir dari CNN, Pentagon sendiri mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan antara 10-12 senjata hipersonik sejak awal invasinya ke Ukraina yang dinilai “tak terkalahkan” oleh Putin pada tahun 2018.
“Apa yang ingin kami lihat adalah campuran senjata yang paling hemat biaya,” kata Kendall kepada anggota parlemen. Kendall juga menjelaskan untuk mencapai tujuan AS, ada peran hipersonik di dalamnya dan ia juga menjelaskan bahwa AS perlu berinvestasi dalam senjata hipersonik dan membelinya dalam jumlah tertentu, walaupun Kendall mengatakan masih ada pertimbangan lebih lanjut untuk menghemat pengeluaran AS.
ARRW adalah senjata hipersonik yang menggunakan roket pendorong untuk mempercepat rudal hingga kecepatan lebih dari Mach 5, atau lima kali kecepatan suara. Sebuah kendaraan meluncur hipersonik kemudian memisahkan diri dari booster dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju sasarannya. AGM-183A ARRW sendiri adalah rudal hipersonik jarak jauh yang dirancang oleh Lockheed Martin untuk Angkatan Udara AS.