Sumber resmi mengatakan 19 migran ditemukan tidak bernyawa di Ipsala, sebuah kota kecil di Turki yang berbatasan dengan Yunani. Penemuan tersebut terjadi setelah satu minggu kedua negara tersebut dihantam badai salju. Wali Kota Ipsala, Abdullah Naci Unsal, mengatakan para migran ini kemungkinan meninggal antara hari Selasa dan Rabu. Dilansir dari CNN, Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu kota tersebut sering dijadikan jalur oleh para migran yang berusaha memasuki wilayah Uni Eropa.
Awalnya, 12 orang ditemukan tidak bernyawa di wilayah berlumpur, sejalan dengan investigasi 7 orang kembali ditemukan oleh pihak berwenang setempat. Sekelompok migran ini diinformasikan merupakan bagian dari 22 anggota kelompok migran dan pihak berwenang tengah mencari 10 orang yang masih hilang dan membuka investigasi terkait insiden tersebut. Darimana ataupun apa tujuan dari kelompok migran ini belum diketahui yang menyebabkan saling tuduh antara Ankara dan Athena
Insiden ini membuat Turki dan Yunani saling menyalahkan satu sama lain karena dianggap tidak dapat melindungi sekelompok orang tersebut. Soylu menuduh sekelompok migran itu ditolak oleh pejabat perbatasan Yunani. Ia juga menyebarkan gambar yang dikaburkan lewat Twitter yang menuduh Yunani melucuti pakaian dan sepatu beberapa mayat yang ditemukan yang terbaring di area lumpur ketika ditemukan. Selain menuduh Yunani, Soylu menyalahkan UE dan mengatakan bahwa UE “tidak dapat disembuhkan, lemah dan tidak memiliki perasaan manusiawi.”
Di sisi lain, Menteri Yunani Notis Mitarachi menyangkal tuduhan Soylu. Mitarachi mengatakan pada sebuah pernyataan bahwa kebenaran dibalik insiden diperbatasan itu tidak seperti propaganda yang disebarkan oleh Turki. Mitachi juga berargumen bahwa kelompok migran tersebut tidak pernah sampai ke perbatasan yang mengindikasikan bahwa tragedi ini adalah kesalahan Turki.
Kasus migran ini telah menjadi masalah di banyak perbatasan negara anggota Uni Eropa, Turki sendiri merupakan jalur utama migran dari Asia, Afria, dan Timur tengah untuk mencapai Eropa sejak tahun 2015. Dilansir dari New York Times, dalam setahun terakhir, Yunani telah mengambil tindakan lebih keras untuk mencegah migran. Yunani membangun pagar memaksa para migran yang datang dari Turki baik lewat jalur darat dan laut.