Korea Utara: Kami Tidak Membutuhkan Vaksin, Kami Butuh Perubahan Iklim
Korea Utara menggelar Pertemuan Ketiga Biro Politik Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea di gedung kantor Komite Sentral Partai pada tanggal 2 September 2021. Pertemuan itu membahas mengenai bagaimana Korea Utara dapat memberikan dampak positif untuk pencegahan perubahan iklim. Di samping perubahan iklim yang berdampak pada kerusakan pertanian, dibahas juga langkah-langkah mencegah pandemi, namun bertolak belakang dengan hal tersebut, justru Korea Utara dikabarkan menolak vaksin gratis dari China.
Sekretaris Jenderal Partai Buruh Korea mengatakan bahwa Korea Utara perlu mengambil langkah-langkah praktis untuk mempromosikan pekerjaan berjangka menengah dan jangka panjang seperti melestarikan tanah dan lingkungan yang kondusif untuk kemakmuran abadi negara. Selain itu, pertemuan tersebut menekankan pentingnya mempelajari dan membahas isu-isu pengelolaan lahan, mengambil langkah-langkah pencegahan pandemi karena krisis kesehatan global semakin memburuk dari hari ke hari, meningkatkan produksi barang-barang konsumsi massal dan berhasil memanen hasil pertanian.
Lebih jelas lagi, Sekretaris Jenderal Korea Utara menekankan konservasi tanah dan lingkungan menjadi tugas politik penting. Pemerintah juga mendorong proyek pembangunan kembali alam yang besar, mengambil langkah-langkah pengendalian krisis yang terperinci untuk meminimalkan bencana alam termasuk kerusakan banjir dan topan yang perlu didukung oleh pejabat-pejabat di bawah pemerintah. Sebelumnya, Korea Utara dikabarkan mengalami akibat banjir yang merendam sebagian besar pertanian negara yang dipimpin Kim Jong Un itu.
Kim Jong Un mengatakan bahwa dia ingin para pejabat memulai “rencana aktif dan ambisius” untuk memperbaiki sungai, mengelola pengendalian erosi, memelihara tanggul, dan memulai proyek tanggul pasang surut sebagai bagian dari Rencana Lima Tahun reguler negara itu. Kim sendiri, yang dikenal memiliki badan berisi dilaporkan telah kehilangan berat badan yang menurut media pemerintah Korea Utara dinilai “patah hati” akibat bencana yang melanda negaranya tersebut.
Selain perlu melindungi negaranya dari perubahan iklim, Kim Jong Un juga perlu melindungi Korea Utara dari penyebaran virus Covid-19, salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengerahkan ranjau darat dan mengeluarkan perintah menembak siapapun yang berusaha keluar ataupun masuk ke wilayah Korea Utara. Walaupun sampai saat ini, Korea Utara melaporkan 0 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di negaranya dimana para pengamat merasa skeptis terhadap data tersebut. Pada bulan Juni, Kim Jong Un sempat mengecam pejabat Korea Utara karena “tidak bertanggung jawab dan ketidakmampuan” mereka dalam menangani pandemi yang bisa saja mengindikasikan bahwa Covid-19 sebenarnya telah masuk ke negara tersebut.
Walaupun Kim mengecam para pejabat, tetapi apa yang dilakukan Korea Utara berbanding terbalik. Selain mengatakan bahwa Korea Utara memiliki 0 kasus Covid-19, mereka juga menolak sekitar 3 juta dosis vaksin Sinovac Biotech China dan mengatakan bahwa vaksin itu dapat digunakan ke negara lain yang lebih membutuhkan. Melansir Yohnap News, menurut analisis dari Institute for National Security Strategy Korea Selatan, Korea Utara sendiri meragukan kemanjuran vaksin buatan China, dan lebih memilih vaksin Sputnik V Rusia tetapi ingin itu diberikan secara gratis.