Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moïse, Pelaku Diduga Sekelompok Orang Profesional

Presiden Haiti, Jovenel Moïse dibunuh di rumahnya oleh kelompok bersenjata yang juga membuat istri dari Presiden Haiti tersebut terluka parah menurut pernyataan dari Perdana Menteri Haiti, Claude Joseph. Dari kabar yang beredar, diduga pelaku yang turut andil pada pembunuhan tersebut melibatkan 28 orang. Sampai pada 9 Juli 2021, aparat kepolisian mengatakan bahwa telah berhasil menangkap 17 terduga pelaku dan 4 orang tewas dalam baku tembak dalam usaha penangkapan.
Leon Charles selaku Kepala Kepolisian Haiti mengatakan terdapat warga asing yang menjadi terduga pelaku pembunuhan yang dibenarkan oleh Claude Joseph yang saat ini mengemban tanggung jawab atas pemerintahan Haiti mengatakan bahwa ada enam orang berkewarganegaraan Kolombia dan dua orang berkewarganegaraan ganda Haiti-AS terlibat dalam pembunuhan yang terjadi di rumah pribadinya pada Rabu, 7 Juli 2021 pukul 01:00 waktu setempat di Kota Port-au-Prince, ibu kota Haiti. Kepanikan yang melanda Haiti ini akhirnya ditenangkan oleh Joseph lewat saluran televisi nasional pada hari yang sama pembunuhan terjadi. Joseph mengumumkan keadaan darurat di seluruh negeri dan memberi penegasan bahwa situasi terkendali. Melansir Channel 4 News, suasana di Ibu Kota Haiti itu sangat sepi karena ketidakpastian akan apa yang selanjutnya akan terjadi.
Menurut Dutar Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond, pembunuh Moïse mengaku sebagai anggota Administrasi Penegakan Narkoba AS (Drug Enforcement Administration atau DEA) saat mereka memasuki kediamannya yang dijaga. Edmond juga menuturkan saat ini investigasi tengah dilakukan terkaitt motivasi dari pembunuhan Presiden berumur 53 tahun itu. Dari video yang didapatkan oleh Edmond, ia mengatakan kelompok bersenjata itu berkomunikasi dengan bahasa spanyol dan kemungkinan telah meninggalkan Haiti untuk menuju Republik Dominika. Edmond sendiri telah meminta AS untuk membantu mencari dan menangkap pembunuh Jovenel Moïse. Pada pernyataan tertulis Joe Biden selaku presiden AS turut berduka cita dan bersedia membantu mengusut insiden tersebut. Melansir AFP, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengadakan pertemuan darurat atas permintaas AS dan Meksiko secara tertutup.
Haiti sendiri merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah yang diperparah oleh bencana gempa bumi yang menewaskan lebih dari 200.000 jiwa pada tahun 2010 dan Badai Matthew yang menyebabkan kerugian sebesar 2.8 milliar dollar AS pada tahun 2016. Kesulitan pemerintah dalam mengembalikan perekonomian ini juga diperparah dengan ketidakstabilan politik, akibatnya inflasi melonjak serta terjadi kelangkaan pangan dan bahan bakar dimana 60% penghasilan penduduknya kurang dari 2 dolar AS per hari. Moïse sendiri semenjak menjabat Presiden Haiti pada tahun 2017 telah dihadapkan oleh banyak protes dari masyarakat dan oposisi yang menuduh Moïse diktator dan menjadi otoriter akibat melampaui mandatnya sebagai presiden walaupun tuduhan tersebut dibantah. Selain itu, terdapat tuduhan bahwa pemerintahan Moïse menjadi penyebab kekerasan politik dengan mendonorkan senjata dan uang kepada geng-geng untuk mengintimidasi musuh-musuh politiknya. Pada awal tahun 2021, di tengah tuduhan-tuduhan terhadap Moïse, ia menangkap 23 orang termasuk seorang hakim mahkamah agung dan seorang pejabat polisi senior dengan alasan terdapat kabar bahwa akan ada kudeta dan juga rencana pembunuhan terhadapnya.