6 September – Operasi Orchard: Misi Rahasia Israel terhadap Reaktor Nuklir Suriah
Pada bulan Maret 2007, serangan rahasia Mossad di rumah kepala Komisi Energi Atom Suriah di Wina mengungkapkan informasi tentang reaktor nuklir Suriah di timur laut Suriah di Sungai Eufrat.[1] Hal ini dipicu oleh kecurigaan para ahli asing membantu program nuklir Suriah, dengan keterlibatan Korea Utara. Badan intelijen Israel mengumpulkan bukti, termasuk foto pejabat Korea Utara di lokasi reaktor, untuk mengkonfirmasi sifat nuklirnya.
Operasi ini melibatkan aspek “siber”, yang tersebut berfokus pada mengganggu jaringan radar pertahanan udara Suriah, yang merupakan prasyarat untuk serangan fisik selanjutnya terhadap target utama.[2] Dilaporkan, intelijen Israel (Mossad) diam-diam menanamkan program “kuda trojan” di laptop seorang pejabat senior Suriah ketika dia berada di luar negeri, mengekstraksi informasi yang sangat sensitif dan rahasia, termasuk foto dan cetak biru fasilitas nuklir Al-Kibar.
Israel akhirnya memberi tahu Amerika Serikat mengenai situasi tersebut, dan meskipun AS memverifikasi klaim Israel, Israel menolak untuk melakukan serangan itu sendiri. Bush menginstruksikan CIA untuk memverifikasi klaim Israel, yang sebagian besar berhasil dilakukan oleh dinas keamanan. Operasi ini berbulan-bulan didiskusikan seara rahasia dengan pemerintahan Bush dan para pemimpin penting Israel, termasuk mantan Perdana Menteri Ehud Olmert mengizinkan misi rahasia untuk menghancurkan dugaan lokasi nuklir.[3]
Meskipun mengakui adanya aktifitas tersebut, Presiden Suriah membantah adanya niat untuk mengembangkan program nuklir militer, dan mengklaim bahwa bangunan yang menjadi sasaran hanyalah instalasi militer konvensional yang sudah tidak digunakan lagi. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memulai penyelidikan terhadap aktivitas Suriah di lokasi yang diduga sebagai lokasi reaktor nuklir dan dugaan keterlibatan Korea Utara.
Laporan IAEA menyimpulkan bahwa semua bukti yang ditemukan di lokasi tersebut mengindikasikan adanya aktivitas nuklir dan menyatakan bahwa Al-Kibar kemungkinan besar adalah sebuah reaktor nuklir.[4] Reaktor tersebut, yang disebut sebagai al-Kibar di Suriah, berpotensi menghasilkan plutonium tingkat senjata dan dihancurkan oleh Israel untuk mencegah ancaman terhadap keberadaannya.
Sebelum melakukan serangan utama terhadap dugaan reaktor nuklir, pesawat tempur Israel melakukan serangan elektronik terhadap situs radar Suriah di dekat perbatasan Turki di Tal Abyad, diikuti dengan serangan rudal berpemandu presisi.[5] Serangan hibrida ini untuk sementara mengganggu seluruh sistem radar Suriah, sehingga memungkinkan pasukan Israel memasuki wilayah udara Suriah tanpa terdeteksi selama operasi tersebut.
Serangan siber bertujuan untuk menonaktifkan sistem radar pertahanan udara Suriah, sehingga memfasilitasi serangan fisik berikutnya. Serangan kinetik tersebut bertujuan untuk menghancurkan fasilitas nuklir Suriah, dengan tujuan utama untuk mencegah Suriah mengembangkan senjata nuklir dan mencegah negara-negara regional lainnya seperti Iran untuk melakukan program nuklir serupa.[6]
Saking rahasianya, bahkan pilot yang terlibat tidak mendapat informasi lengkap sampai sesaat sebelum misi dimulai.[7] Misi tersebut melibatkan skuadron F-16I dan F-15I, dan pilotnya menerima perintah untuk menghancurkan target, meminimalkan risiko perang, dan mempertahankan penyangkalan.[8]
Operasi tersebut berlangsung pada tanggal 5 September, dengan jet tempur terbang melalui Turki tanpa izin untuk melakukan serangan mendadak. Delapan pesawat terbang ke utara di sepanjang perbatasan Suriah dan Turki dan sesaat sebelum pukul 01.00, menghancurkan fasilitas tersebut pada 6 September 2023.[9] Israel menjatuhkan 17 ton bahan peledak ke reaktor tersebut, dengan nama sandi Ein Habesor.
Selama beberapa tahun, Israel tidak membuka suara untuk mengklaim tindakan tersebut. Namun, Pada tahun 2018, Israel secara resmi mengkonfirmasi pada hari Rabu bahwa mereka menghancurkan reaktor nuklir Suriah di Deir Ezzor pada tanggal 6 September 2007, menandai berakhirnya kebijakan selama satu dekade untuk tidak mengakui peristiwa tersebut. Misi ini, yang dikenal sebagai Operasi Orchard, dilaksanakan sejalan dengan Doktrin Begin, yang diambil dari nama Perdana Menteri Menachem Begin, yang menyerukan penghapusan kemampuan nuklir negara musuh mana pun.[10]
[1] “Israeli Military Launches Operation Orchard”, Center for Israel Education, https://israeled.org/operation-orchard/
[2] “Operation Orchard/Outside the Box (2007)”, Cyberlaw, https://cyberlaw.ccdcoe.org/wiki/Operation_Orchard/Outside_the_Box_(2007)
[3] “Ending a decade of silence, Israel confirms it blew up Assad’s nuclear reactor”, The Times of Israel, 21 Maret 2018, https://www.timesofisrael.com/ending-a-decade-of-silence-israel-reveals-it-blew-up-assads-nuclear-reactor/
[4] Op. Cit., Cyberlaw
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Op. Cit., Times of Israel
[8] “Operation Orchard”, International Fellowship of Christians and Jews, 5 September 2022, https://www.ifcj.org/news/stand-for-israel-blog/operation-orchard
[9] Op. Cit., Center for Israel Education
[10] Op. Cit., Times of Israel