Sosok Pengganti Pemimpin Hezbollah, Hashem Safieddine Hilang Kontak
Kursi kepemimpinan Hezbollah mengalami kekosongan setelah Hassan Nasrallah tewas oleh serangan Israel pada Jumat, 27 September 2024. Sebuah nama, Hashem Safieddine kemudian dikabarkan sebagai calon pengganti organisasi tersebut.
Hashem Safieddine merupakan sepupu Nasrallah, lahir pada 1964 dan merupakan seorang ulama Syiah. Safieddine telah menunjukkan perannya dalam politik Hezbollah, terutama selama konflik Gaza. Ia dikenal sebagai pengkritik Israel dan Barat, serta memiliki hubungan erat dengan pemimpin Iran, termasuk Jenderal Qasem Soleimani, perwira militer senior Iran yang tewas pada tahun 2020 oleh serangan AS. Sejak 1997, AS telah menganggap Hezbollah sebagai organisasi teroris, dan menambahkan Safieddine dalam daftar tersebut pada tahun 2017.
Hezbollah yang belum secara resmi menunjuk pengganti pemimpin organisasi tersebut untuk Nasrallah kemudian dikabarkan kehilangan kontak dengan Safieddine sejak serangan udara Israel di kawasan Dahiyeh, Beirut, pada Jumat, 4 Oktober 2024. Ketua Dewan Eksekutif Hezbollah tersebut diyakini berada di markas intelijen bawah tanah Hezbollah saat serangan terjadi.
Hilangnya Safieddine memunculkan kekhawatiran terkait suksesi kepemimpinan dalam organisasi tersebut, meski Hezbollah mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan tentang nasib para pejabatnya hanyalah rumor, dan hanya media resmi mereka yang pernyataannya valid.
Disamping itu, analis politik Al Jazeera Marwan Bishara menyebutkan bahwa hilangnya kontak dengan Safieddine menunjukkan adanya kebocoran intelijen di dalam Hezbollah, yang memungkinkan Israel untuk menyerang beberapa pemimpin organisasi tersebut secara beruntun. Beberapa pihak menganggap hilangnya Safieddine merupakan indikasi bahwa ia mungkin telah tewas oleh serangan Israel, meski Hezbollah belum memberikan komentar resmi mengenai statusnya.
Serangan Israel ke Lebanon semakin intens dalam dua minggu terakhir, dengan fokus di perbatasan utara setelah serangkaian bentrokan lintas perbatasan. Pemerintah Israel mengatakan tujuan mereka adalah untuk memastikan keselamatan warga sipil Israel di perbatasan utara, sementara Hezbollah terus mengalami kerugian akibat serangan-serangan tersebut. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 2.000 warga Lebanon tewas dan 1,2 juta lainnya mengungsi akibat bombardir Israel.