Juru bicara Pentagon, Brigjen Patrick Ryder, pada Kamis (5/10) mengonfirmasi bahwa jet tempur F-16 milik Amerika Serikat (AS) menembak jatuh pesawat tak berawak milik Turki yang terbang di atas sebuah pangkalan di timur laut Suriah tempat pasukan AS berada.
Tepat jam 7 pagi waktu setempat, Juru bicara tersebut mengatakan bahwa pasukan AS mengamati drone yang melakukan serangan udara di dekat Hasakah di timur laut Suriah, termasuk di beberapa wilayah lain berjarak sekitar 100 meter-1 kilometer dari pasukan AS, kata Ryder. Tentunya, AS melihat drone tersebut sebagai ancaman potensial. Serangan udara itu terjadi di dalam area operasi terbatas milik AS, di mana para pasukan AS langsung direlokasi ke wilayah bunker.
Turki melakukan serangan untuk pasukan Kurdi
Turki baru-baru ini meningkatkan serangan terhadap pasukan Kurdi di Irak dan Suriah setelah pemberontak Kurdi mengaku bertanggung jawab atas pemboman di Ankara. Turki menganggap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sebagai sayap Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara.
Jatuhnya pesawat tak berawak milik sekutu NATO pasti akan meningkatkan ketegangan antara Washington dan Ankara, yang telah lama tidak senang dengan dukungan AS terhadap Pasukan Demokratik Suriah.
Sebelum menembak jatuh drone tersebut pada hari Kamis, para pejabat AS menghubungi militer Turki dan memperingatkan bahwa militer AS memiliki hak untuk membela diri, kata Ryder. Dia menekankan bahwa tidak ada tentara AS yang terluka dalam insiden tersebut dan Pentagon tidak memiliki indikasi bahwa Turki sengaja menargetkan pasukan AS.
“Menteri Pertahanan juga mengakui kekhawatiran Turki yang sah dan menekankan pentingnya koordinasi yang erat antara Amerika Serikat dan Turki untuk mencegah risiko apa pun terhadap pasukan militer,” kata Ryder kepada pasukan AS atau bagian dari “misi koalisi global untuk mengalahkan ISIS. ”
Juru bicara AS lain Dave Butler juga menginformasikan bahwa Sekretaris Negara AS Lloyd Austin dan perwakilan militer Jenderal Turki, Metin Gurak, melakukan pembicaraan setelah kejadian, di mana kedua pihak membahas “perlunya mengikuti protokol dekonfliksi umum untuk menjamin keselamatan personel kami di Suriah setelah insiden hari ini.”
Selain itu, Ryder juga mencatat bahwa untuk Suriah utara, Departemen Pertahanan masih khawatir “tentang potensi dampak eskalasi militer di wilayah tersebut,” dengan menyebutkan dampaknya terhadap warga sipil dan “kemampuan kami untuk terus fokus dalam memberantas ISIS.”
Seorang pejabat Turki pada hari Rabu mengatakan pasukan Turki telah mendeteksi dua teroris yang tiba di Turki dari Suriah dan memperingatkan bahwa fasilitas infrastruktur dan energi di Suriah dan Irak yang terkait dengan PKK atau YPG, sebutan Turki untuk SDF, kini menjadi “target yang sah.”
Sebuah sumber yang mengetahui masalah ini dan meminta anonimitas untuk membahas topik sensitif mengatakan drone itu milik pemerintah Turki dan dilengkapi dengan rudal udara-ke-darat. Sumber mengatakan bahwa drone ini adalah Bayraktar TB2, drone jarak menengah dan jauh yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Turki, Baykar dan terutama untuk angkatan bersenjata Turki. Namun, Kementerian Pertahanan Turki disebut telah membantah kepemilikan drone tersebut.
Hanya beberapa jam sebelum penembakan, seorang jenderal penting Amerika mengatakan kepada wartawan bahwa Amerika Serikat dan Turki memiliki hubungan militer yang “baik”, dan menyatakan bahwa “kami memiliki komunikasi terbuka dengan pusat operasi.”