Taiwan mengirim pesawat tempur dan mengerahkan kapal serta sistem rudal berbasis darat untuk mengawasi pesawat China pada 11 Juni 2023 setelah melihat 10 pesawat tempur China melintasi garis median yang memisahkan kedua negara di Selat Taiwan.
Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan empat kapal perang China juga melakukan patroli tempur. Aktivitas ini adalah yang kedua dalam waktu kurang dari seminggu menurut laporan Taiwan terkait aktivitas militer China yang baru saja diperbarui setelah 37 pesawat militer China terbang ke zona pertahanan udara pulau itu.
China memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, telah secara teratur menerbangkan angkatan udaranya ke wilayah udara dekat pulau itu selama tiga tahun terakhir. Namun, mereka belum memasuki ruang udara teritorial Taiwan.
Dalam sebuah pernyataan singkat, kementerian pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pada pukul 14:00 (06:00 GMT) pada hari Minggu, 11 Juni pihaknya telah mendeteksi 24 pesawat angkatan udara China, termasuk pesawat tempur J-10, J-11, J-16 dan Su-30. serta pembom H-6, dilansir di Al Jazeera.
Tidak disebutkan di mana pesawat itu terbang secara spesifik tetapi dikatakan 10 Juni lalu pesawat telah melintasi garis median Selat Taiwan, yang memisahkan kedua sisi dan sebelumnya berfungsi sebagai penghalang tidak resmi, yang tidak diakui China.
Empat kapal angkatan laut China juga terlibat dalam “patroli kesiapan tempur bersama”, tambah kementerian itu tanpa memberikan rincian. Kementerian pertahanan China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pada bulan April lalu, China mengadakan latihan perang di sekitar Taiwan menyusul perjalanan ke AS oleh Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Dalam pidato video pada 11 Juni waktu setempat kepada para pendukung di Kepulauan Matsu yang dikuasai Taiwan dekat dengan pantai China, Wakil Presiden Taiwan, William Lai mengatakan dia akan melakukan yang terbaik untuk “menstabilkan status quo damai di Selat Taiwan” jika dia memenangkan kursi kepresidenan. kata kantor kampanye.
Lai mencalonkan diri sebagai kandidat Partai Progresif Demokratik yang berkuasa. Tsai tidak dapat mencalonkan diri lagi karena batasan masa jabatan. Tsai telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan China tetapi ditolak karena Beijing memandang dia dan partainya sebagai separatis.